CARITAU JAKARTA - Saat ini, Umat Islam di dunia telah mulai menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan pada pekan ini. Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada Kamis (23/3/2023).
Di Indonesia, durasi berpuasa dilakukan dengan durasi relatif seimbang dibanding total waktu sehari. Umat Muslim di negara kita umumnya menghabiskan waktu berpuasa kurang lebih 13 jam.
Tapi, tahukah kamu jika waktu puasa di beberapa negara lain bisa mencapai 17 jam sehari? Hal ini disebabkan karena jarak antara waktu Subuh dan Magrib terpaut cukup jauh.
Baca Juga: Garuda Diskon Tiket hingga 80% Hanya Sepekan
1. Nuuk, Greenland: 17 jam
2. Reykjavik, Islandia: 17 jam
3. Helsinki, Finlandia: 17 jam
4. Stockholm, Swedia: 17 jam
5. Glasgow, Skotlandia: 17 jam
Baca juga: Hari Pertama Ramadan dan Hari Raya Nyepi Disambut Peristiwa Astronomi Langka, Ini Penjelasan LAPAN
Jika ada waktu terlapa, tentu ada juga beberapa Negara dan Kota yang durasi puasanya lebih singkat. Berikut adalah Kota dan Negara dengan puasa tersingkat:
1. Cape Town, Afrika Selatan: 12 jam
2. Montevideo, Uruguay: 12 jam
3. Canberra, Australia: 12 jam
4. Puerto Montt, Chili: 12 jam
5 Christchurch, Selandia Baru: 12 jam
Pertanyaannya, mengapa jumlah waktu siang dan malam di satu negara dengan negara lain bisa berbeda? Waktu siang di sebuah wilayah berkaitan erat dengan posisi titik balik Matahari, yakni pergantian posisi Matahari dalam setahun dari utara ke selatan Bumi dan sebaliknya.
Terlebih, pada tahun 2023 ini seperti yang diberitakan Caritau.com sebelumnya, 1 Ramadan kali ini bertepatan dengan fenomena astronomi Kulminasi Matahari dan Ekuinoks Vernal.
Dilansir dari LAPAN, fenomena kulminasi matahari sudah terjadi sejak 20 Februari hingga 5 April, sementara ekuinoks vermal pada 21 Maret 2023.
"Fenomena Kulminasi Matahari dan Ekuinoks Vermal ini menyambut Hari Raya Nyepi dan Awal Ramadhan," tulis akun Instagram @lapan_ri dalam dikutip Selasa (21/3/2023).
Lantas, apa sebenarnya kulminasi matahari? Dijelaskan, kulminasi tersebut adalah kondisi ketika Matahari mencapai titik tertinggi saat tengah hari.
Sementara, ekuinoks matahari adalah fenomena ketika bintang dari tata surya kita melintasi ekuator Bumi. Jadi panjang siang maupun malam tidak akan terlalu panjang atau pendek.
Dengan fenomena tersebut, Indonesia akan mengalaminya karena membentang dari 6 derajat LU-11 derajat LS. Matahari akan berada di atas negara kita selama 44 hari. Pun, dengan fenomena Ekuinoks yang terjadi karena dilintasi garis khatulistiwa.
Oleh karena itu, Muslim yang tinggal di negara paling selatan Bumi, seperti Chili atau Selandia Baru, akan berpuasa rata-rata selama 12 jam. Sementara itu, mereka yang tinggal di negara paling utara Bumi, seperti Islandia atau Greenland, bakal berpuasa lebih dari 17 jam.
Di kota paling utara seperti Longyearbyen di Norwegia, Matahari tidak akan terbenam dari 20 April hingga 22 Agustus 2023. Oleh sebab itu, Muslim di sana bisa mengikuti waktu Mekah, Arab Saudi, atau negara Muslim terdekat sesuai fatwa di negaranya. (IRN)
Baca Juga: Salat Tarawih Pertama Ramadan 1445 H di Jakarta
ramadan satu ramadan lapan kulminasi matahari durasi puasa puasa terlama puasa terisingkat umat muslim bulan ramadan
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...