CARITAU JAKARTA - Sentimen anti-Jepang meningkat di China, usai Jepang memulai pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut. Warga Jepang yang berada di China disebutkan, mendapatkan tindakan ancaman dan teror seperti melalui panggilan telepon yang mengganggu dan seruan di internet untuk memboikot produk-produk Jepang.
Dilansir dari laporan Kyodo, sebuah batu dilemparkan ke halaman sebuah sekolah Jepang di Qingdao pada Kamis lalu. Kemudian, sekolah Jepang lainnya di Suzhou juga dilempari telur pada Jumat (28/8/2023), menurut sejumlah sumber Pemerintah Jepang. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Baca Juga: Menlu China Sebut Beijing dan Moskow Bertanggungjawab untuk Stabilitas Global
Beberapa pengguna media sosial China mendesak para pengikutnya untuk menyerukan protes terhadap Jepang dan memboikot produk-produk Jepang. Seruan itu mendorong peningkatan keamanan di sekitar kantor-kantor Jepang di China.
Meskipun Pemerintah Jepang mengatakan pembuangan air limbah secara besar-besaran dalam jangka waktu sekitar 30 tahun akan dilakukan dengan cara yang aman, pemerintah China bereaksi keras dengan melarang semua impor produk makanan laut dari Jepang, dikutip dari laporan Antara.
Jepang telah menerima sejumlah panggilan telepon yang mengganggu sejak pelepasan air Fukushima dimulai. Tokyo menuntut Beijing mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi tersebut.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan kepada Kedutaan Besar China di Tokyo pada Sabtu bahwa panggilan telepon yang mengganggu tersebut “sangat disesalkan” dan “mengkhawatirkan.”
Pernyataan tersebut disampaikan dalam siaran persnya, "Kami meminta Pemerintah China mengambil tindakan yang tepat, seperti dengan meminta masyarakat untuk bereaksi dengan tenang."
Sebuah pusat kebudayaan di daerah Edogawa di Tokyo dibanjiri panggilan telepon dari nomor dengan kode negara China, 86, yang berisi pesan dalam bahasa Jepang yang mengatakan "jangan membuang" air ke laut.
Panggilan telepon semacam itu, yang juga dilakukan dalam bahasa Mandarin dan Inggris, telah dilaporkan sejak pelepasan air dimulai, kata kantor pemerintah setempat.
Menurut sumber-sumber Pemerintah Jepang, seruan serupa juga telah dilakukan ke institusi medis dan restoran.
Kedutaan Besar Jepang di Beijing telah memperingatkan melalui platform media sosial China, Weibo, bahwa panggilan telepon yang mengganggu tersebut dapat disebut sebagai "aksi kriminal" karena panggilan yang ditujukan kepada fasilitas komersial dapat mengakibatkan gangguan ekonomi, sedangkan panggilan yang ditujukan ke rumah sakit dapat membahayakan nyawa.
Kedutaan telah meminta warga negara Jepang di China untuk tidak berbicara bahasa Jepang dengan suara keras dan bertindak hati-hati.
Pelepasan air di Fukushima juga berdampak pada kegiatan tur kelompok orang-orang China ke Jepang. Media China yang mengutip pejabat agen perjalanan melaporkan bahwa banyak orang China yang membatalkan rencana perjalanan mereka ke negara tetangga tersebut. (IRN)
Baca Juga: Bahas Denuklirisasi, Jubir AS Sebut Joe Biden Siap Bertemu Kim Jong-un Tanpa Prasyarat
Pembuangan Limbah Radioaktif Reaktor Fukushima nuklir jepang china
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...