CARITAU JAKARTA – Sejumlah tragedi kemanusiaan berturut-turut terjadi di Bulan Oktober. Diawali oleh Kasus Tragedi Kemanusiaan yang terjadi di Kanjuruhan, Peristiwa Itaewon di Korea Selatan, hingga teranyar tragedi ambruknya jembatan gantung di India.
Jumlah korban tewas di ketiga kejadian tersebut pun masing-masing mencapai ratusan orang. Tentunya, hal itu menjadi peringatan tersendiri bagi masyarakat yang baru saja memulai kehidupan yang bebas, pasca adanya pembatasan kegiatan imbas masa wabah korona beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga: Dukungan Untuk Korban Tragedi Kanjuruhan
"Selama setahun terakhir, kerumunan orang semakin sering berkumpul sejak pembatasan pandemi secara luas dilonggarkan, faktor lain dalam lonjakan kerumunan baru-baru ini. Lebih banyak orang mungkin menghadiri acara seperti perayaan Halloween di Itaewon karena sudah lama dibatasi," kata Pakar Keamanan dan Analisis Kerumunan University of Suffolk, G. Keith Still dikutip Washington Post.
Seperti yang diketahui, dunia mulai bergairah kembali usai pembatasan kegiatan di masa wabah korona dicabut. Banyak event-event digelar meriah kembali, bahkan terjadi penambahan jumlah penonton cukup signifikan.
Still menambahkan bahwa peningkatan pertemuan massal menggarisbawahi perlunya pelatihan manajemen kerumunan, yang berkurang ketika masa wabah korona melanda karena acara besar jarang terjadi.
Senada dengan Still, Profesor Universitas Nothumbria Martyn Amos menegaskan pemerintah, maupun penyelenggara di seluruh dunia hendaknya membutuhkan perencanaan yang tepat dan orang yang terlatih untuk mengelola keramaian.
"Intinya secara umum adalah bahwa insiden ini akan terus terjadi selama kita tidak menerapkan proses manajemen kerumunan yang tepat yang mengantisipasi, mendeteksi, dan mencegah kepadatan kerumunan yang sangat tinggi," papar Martin.
Namun, apa-apa saja kejadian besar yang menyangkut keramaian di Bulan Oktober, berikut rinciannya:
Tragedi memilukan hadir dari ranah sepakbola Tanah Air. Pasalnya, pertandingan Derby Super Jatim harus tercoreng habis lewat kerusuhan yang datang pasca pertandingan, Sabtu (01/10/2022).
Teranyar, pihak Kepolisian Jawa Timur melaporkan setidaknya ada 136 korban jiwa dalam peristiwa naas tersebut, serta ratusan lainnya dinyatakan luka-luka.
Para korban terinjak-injak supporter lain, serta mengalami sesak nafas karena semprotan gas air mata ke arah tribun. Kebijakan ini dikritik habis oleh sejumlah pihak, karena telah dilarang FIFA.
Peristiwa itu pecah setelah adanya upaya dari sejumlah suporter yang merangsek ke dalam lapangan, maupun adanya tindakan represif dari aparat kepolisian.
Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, membuat Tragedi Kanjuruhan menduduki posisi kedua dalam daftar kelam kematian di pertandingan sepakbola.
"Sampai saat ini, kesimpulan kami gas air mata adalah penyebab utama terjadinya tragedi Kanjuruhan," ungkap Muhammad Choirul Anam, selaku Komisioner Komnas HAM RI.
Hingga berita ini diturunkan, kepolisian telah menetapkan enam tersangka, termasuk Direktur PT LIB Akhmad Lukita, penyelenggara maupun tiga polisi lainnya.
Sebanyak 154 orang tewas akibat berdesak-desakan dan memadati gang sempit dalam pesta Halloween di Seoul, Korea Selatan pada Sabtu malam (29/10/2022). Diperkirakan 100 ribu orang berkumpul di Itaewon untuk perayaan Halloween. Ini adalah perayaan di luar ruang terbesar di negara itu sejak wabah corona melanda.
Para saksi menyebut peristiwa nahas itu bermula sekitar pukul 20.00 WIB, ribuan orang memadati jalanan di Itaewon. Kian malam situasi makin tak terkendali. Ditambah lagi, dengan adanya kabar jika pesta ini akan dihadiri artis, membuat antusias peserta makin tinggi di perhelatan tersebut.
Hingga kemudian beberapa orang yang sudah berada di atas jalan akhirnya terjatuh dan mengenai orang yang masih berada di bawah.
Salah seorang saksi, Marwan yang merupakan warga negara asing Maroko menyebut saat situasi makin tak kondusif, tidak ada satu pun penjaga atau penyelenggara yang berusaha menghentikan situasi tersebut.
Ia bahkan menambahkan situasi di Itaewon saat itu sangat mengerikan bahkan sudah tidak terlihat seperti pesta.
“Tak ada satu pun penjaga atau bahkan para penyelenggara pesta yang berusaha menyetop situasi tersebut," ujar Marwan dikutip The Korea Herald, Minggu (30/10/2022).
Pejabat Departemen Pemadam Kebakaran Korsel, Choi Seong Beom kepada Reuters menyebut jika besar korban yang terluka atau tewas dalam insiden tersebut merupakan wanita, remaja atau yang berusia 20 tahunan.
"Sejumlah orang jatuh selama Festival Halloween, dan kami memiliki banyak korban. banyak dari korban adalah wanita berusia dua puluhan," ujar dia.
Selanjutnya, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol berjanji akan memerintahkan investigasi tragedi Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan.
Investigasi dilakukan agar kejadian serupa tak terulang kembali di masa mendatang.
"Kami bakal meminta kementerian terkait seperti Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan melakukan inspeksi darurat tidak hanya untuk acara Halloween tetapi juga untuk festival lokal dan mengelolanya secara menyeluruh sehingga dilakukan dengan tertib dan aman," kata Yoon dikutip dari CNN, Minggu (30/10).
Belum sembuh luka dunia akibat kejadian di Korea Selatan, kejadian yang hampir sama terjadi di India. Di mana sebuah jembatan gantung ambruk dan menewaskan sedikitnya 132 orang di Gujarat, India. Diketahui, jembatan tersebut runtuh lantaran tak kuasa menahan beban berat dalam satu waktu.
Diketahui, jembatan yang terbentang di atas Sungai Machhhu di Kota Morbi dipadati oleh ratusan wisatawan yang menikmati liburan.
Nahas jembatan tersebut runtuh, sehingga membuat pengunjung yang ditaksir berjumlah sekitar 400 orang itu langsung terjerumus ke dalam sungai.
"Jumlah korban tewas dalam insiden runtuhnya jembatan itu mencapai 132. Operasi pencarian dan penyelamatan terus berlanjut," kata pejabat senior, NK Muchhar, dikutip Reuters. Ia juga menambahkan bahwa jumlah korban bisa bertambah lagi.
Ditinjau dari video yang beredar di media sosial, melihat kondisi yang kalut di mana orang-orang berpegangan pada kabel logam dari jembatan gantung yang ambruk sebagian ke dalam sungai. Para petugas darurat dan penyelamat menggunakan perahu, serta ban pelampung untuk menjangkau orang-orang yang jatuh ke sungai saat jembatan ambruk.
Muchtar menerangkan, tim darurat distrik terdekat telah diturunkan untuk mencari dan melacak orang hilang, maupun melakukan penyelamatan.
Ia menambahkan, bahwa jembatan tersebut sejatinya telah berdiri sejak lama, bahkan dibangun sejak era kolonial.
Jembatan sepanjang 230 meter ini dibangun pada masa pemerintahan Inggris pada abad ke-19. Bahkan telah ditutup untuk renovasi selama enam bulan dan dibuka kembali untuk umum baru-baru ini.
"Pada perayaan Diwali, jembatan itu menarik banyak wisatawan karena ada Festival Cahaya," bunyi laporan tersebut.
Selain tiga kejadian di atas, kejadian serupa hampir terjadi kembali di Indonesia. Di mana dalam perhelatan acara Badendang Bergoyang di Istora Senayan, Jakarta pada Sabtu (29/10/2022) lalu, menyebabkan puluhan orang lemas dan pingsan karena kapasitas berlebihan.
"Di lapangannya overload dan sudah banyak yang pingsan tadi. (Korban pingsan) puluhan," terang Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin.
Komarudin menjelaskan bahwa beberapa penonton juga mengalami luka-luka karena pengunjung berdesak-desakan. Atas kejadian tersebut, kepolisian membatalkan Festival Badendang Bagoyang di hari ketiga. (RMA)
Baca Juga: Asosiasi Sepak Bola Belanda Kirim Ucapan Duka Cita untuk Korban Tragedi Kanjuruhan
tragedi kanjuruhan tragedi itaiwon tragedi jembatan runtuh di gujarat india pakar kerumunan dan keramaian
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024