CARITAU JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyoroti perihal wacana kemungkinan menduetkan Bakal Calon Presiden (Bacapres) Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto dengan Bacapres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo di kontestasi Pilpres 2024.
Adapun sejumlah pihak menilai, jika wacana itu terwujud maka pasangan itu ditenggarai bakal meraup suara telak pada kontestasi Pilpres 2024.
Disisi lain, apabila wacana itu nantinya terwujud maka kontestasi Pilpres 2024 nanti dinilai hanya akan di ikuti dua pasangan yakni,Prabowo dan Ganjar Pranowo.
Denny JA mengatakan, jika wacana format tersebut nantinya terwujud maka kontesasi Pilpres 2024 diprediksi akan berlangsung satu putaran. Dampaknya, Denny menyebut, apabila terjadi satu putaran, negara dapat menghemat anggaran puluhan miliar rupiah.
"Begitu pula dengan tenaga, pikiran, emosi untuk putaran kedua bisa dialihkan untuk hal-hal lain. Pilpres menjadi sangat efisien," ungkap Denny JA dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, dikutip Jumat (22/9/2023).
Denny menilai, Jika Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan capres-cawapres, maka Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo akan menang telak atas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Denny menjelaskan, adapun prediksi pasangan duet Prabowo-Ganjar bakal menang telak jika hanya dua poros kemungkinan terjadi lantaran berdasarkan hasil Survei LSI yang dilakukan pada September 2023 Prabowo dan Ganjar bakal memperoleh dukungan 64,9 persen.
Sementara, Anies dan Muhaimin hanya mendapatkan 16,6 persen suara. Artinya, kemenangan Prabowo dan Ganjar sangat telak atas duet Amin dengan selisih di atas 40 persen.
"Inilah kemenangan tertinggi dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia," ujarnya.
Denny mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menang besar di Pilpres 2004 dan 2009, namun kemenangannya di bawah 61 persen. Sementara, Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar bisa meraih kemenangan di atas 62 persen.
Apabila posisinya dibalik, Ganjar sebagai capres dan Prabowo cawapres, pasangan ini juga tetap menang, namun di angka 60 persen. Sementara, Anies-Cak Imin memperoleh 20,6 persen.
"Memang ini juga kemenangan telak. Tapi selisih kemenangannya di bawah 40 persen. Sementara, jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40 persen," tegas Denny.
Namun, yang menjadi pertanyaan, mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres Prabowo? Menurut Denny, jika kalkulasinya rasional, hal itu mungkin saja terjadi. Apalagi, kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres.
Dirinya menambahkan, Pilpres adalah peristiwa politik. Kalkulasinya adalah kalkulasi politik yang berbeda cara menghitungnya.
PDIP yang merupakan partai dengan suara terbesar pasti tak ikhlas jika kadernya hanya menjadi cawapres. Apalagi, jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua. Meski begitu, kata Denny, sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup, segala hal masih mungkin terjadi.
"Ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apapun. Itu juga termasuk bisa mengubah siapapun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres," tandas Denny. (GIB/DID)
Baca Juga: Seruan Moral UIN Sunan Kalijaga
survei denny ja duet prabowo - ganjar pilpres 2024 pemilu 2024
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...