CARITAU JAKARTA – Belum lama ini, Candi Borobudur menjadi topik hangat dibicarakan masyarakat setelah pemerintah melalui Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marives) Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan bakal menaikan tarif tiket masuk untuk wisatawan domestik sebesar Rp750.000 dan wisatawan asing dikenakan tarif sebesar U$ 100 atau jika dirupiahkan sekitar Rp1.500.000.
Pro dan kontra terjadi usai Menko Luhut menyampaikan wacana tersebut. Munculnya pelbagai komentar dari masyarakat tentu saja bukan hal yang aneh. Mengingat candi ini identik dengan tempat wisata yang mampu memikat hati wisatawan untuk datang ke sana.
Mengingat nama Candi Borobudur tidak dapat dilepaskan begitu saja dari sejarah perkembangan peradaban Indonesia yang dahulu dikenal sebagai wilayah Nusantara.
Candi yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini terdaftar sebagai situs sejarah peninggalan nenek moyang yang telah diakui UNESCO sebagai 7 keajaiban dunia sejak 1991 silam.
Candi Borobudur menjadi candi Buddha terbesar di dunia, di mana setiap bangunannya memiliki karakteristik dan makna tersendiri.
Baca Juga: Ritual Suluh Papadang Kapitayan di Borobudur
Candi Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Sementara Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini.
Meski berbagai literasi sudah membahas panjang lebar soal candi ini, namun belum ditemukan bukti catatan sejarah dengan jelas siapa yang membangun Candi Borobudur.
Lantas bagaimana penjelasan mengenai sejarah Candi Borobudur?
Dilansir dari laman Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pada Selasa (7/6/2022), Candi Borobudur disinyalir didirikan secara bertahap oleh tenaga kerja sukarela yang bergotong royong, demi kebaktian ajaran agama pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra antara tahun 750 hingga 842 Masehi.
Jika dilihat dari besaran ukuran candi, keunikan relief dan bahan material yang digunakan, pembangunan Candi Borobudur diperkirakan memakan waktu puluhan tahun bahkan ratusan tahun.
Budayawan sekaligus Dosen Ilmu Sejarah dari Insitut Kesenian Jakarta (IKJ), Romo Donny Ranoewidjojo menyebut Borobudur diperkirakan dibangun pertama kali pada masa kerajaan Mataram Budha yang dipimpin oleh Dinasti Syailendra.
Romo Donny menuturkan, monumen Candi Borobudur pada masa itu menjadi monumen agama, sebagai tempat ritual bagi masyarakat jaman itu yang juga menggambarkan perjalanan sang Buddha, sekaligus menjadi simbol hubungan antara raja dan rakyatnya.
"Seperti peribatan atau tempat berdoa masyarakat Budha jaman itu. Borobudur bentuknya mirip dengan punden berundak yang diperkirakan sebagai tempat asli nenek moyang sebelum pengaruh India datang atau sebelum pengaruh Hindu dan Budha datang," kata Romo Donny kepada caritau.com, Selasa (7/6/2022).
Romo Donny menjelaskan, zaman itu punden berundak sendiri dipercaya masyarakat memiliki arti sebagai tempat untuk bersatu padu mengheningkan cipta untuk para leluhur yang sudah dahulu menemui Tuhan.
"Nah itu konsep punden berundak itu seperti gunung, seperti piramida dan konsep Borobudur sendiri menurut saya mirip dengan konsep pundan berundak yang juga ada di negara lain dahulu kala," jelas Romo Donny.
Menurut Romo Donny, konsep candi-candi di nusantara berbeda dengan candi lain di negara India ataupun negara negara lain, Romo mencontohkan, misalnya di India tempat ibadah umat Hindu dan Budha mirip dengan gereja bukan seperti candi seperti yang ada di Indonesia.
"Mereka beribadah di ruangan yang cukup luas, sedangkan candi-candi di Indonesia itu ruangannya hanya cukup untuk satu atau dua orang, kemungkinan dulu dipergunakan untuk melantunkan doa dan memberikan penghormatan. Dulu konsep ibadahnya seperti tawaf di Mekah, yaitu diputari. Jadi menurut saya ini sama persis seperti konsep agama kuno seperti zaman Nabi Ibrahim," tambah pria berkacamata ini.
Menurut Romo Donny, pembangunan Candi Borobudur dibangun oleh seorang Biku (profesor) dan juga memiliki kemampuan arsitek yang bernama Gunadharma, namun secara ilmiah mengenai pembangunan Candi Borobudur secara historis belum dapat diketahui secara pasti.
Sedangkan sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya yang diterbitkan pada 1950 memperkirakan pendiri Candi Borobudur adalah Samaratungga yang memerintah pada tahun 782-812 pada masa Dinasti Syailendra.
Tetapi menurut Casparis, pembangunan Borobudur memakan waktu hingga setengah abad dan baru selesai pada masa putrinya, yakni Ratu Pramudawardhani.
"Dulu yang memerintahkan Gunadharma Biku (profesor) untuk membangun Candi Borobudur adalah Raja Samaratunga dari Dinasti Syalendra yang disinyir digunakan sebagai pusat keagamaan, pusat kerajaan dan pusat pemerintahan,"ujar Romo Donny.
Kedatangan Jenderal Gubernur Inggris Thomas Stanford Rafles ke Indonesia
Pada abad ke XVIII, kondisi Candi Borobudur diperkirakan sudah tidak terawat lagi sehingga tertutup oleh tanah, semak blukar, bahkan tertutup debu vulkanik yang disinyalir dampak dari letusan gunung berapi pada abad itu.
Pada tahun 1814 Letnan Gubernur Inggris, Sir Thomas Stanford Raffles, memerintahkan pembersihan kembali Candi Borobudur yang saat itu kondisinya tidak terawat bahkan bangunannya tidak terlihat seperti bangunan candi.
"Borobudur ini lama tertinggal ya, mau tidak mau kita berterimakasih kepada Rafles karena ketika Rafles menjadi Jenderal Gubernur Inggris dia yang berinisiatif untuk menggali candi Borobudur," ujar Romo Donny Ranoewidjojo.
Romo Donny menjelaskan, kehadiran Rafles di Indonesia saat itu berawal dari perang antara Inggris dan Perancis yang berujung pada kekalahan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon dengan Inggris. Masuknya Rafles ke Indonesia disinyalir mengantikan Deandles yang merupakan utusan Napoleon.
"Lalu saat itu Thomas Rafles terpaksa pulang ke Brithis Hindia atau wilayah kekuasaan Inggris yang sekarang dikenal Malaysia dan kemudian Inggris memberikan wilayah kekuasaannya ke tangan Belanda, dahulu Malaysia merupakan Brithis Hindia atau wilayah kekuasaan Inggris, sedangkan Indonesia merupakan Netherland Hindia atau wilayah kekuasaan Belanda," jelas Romo Donny.
Romo Donny mengatakan, sebelum Thomas Rafles menemukan Candi Borobudur, sebetulnya masyarakat setempat sudah mengetahui bahwa terdapat reruntuhan yang tertutup semak belukar dikawasan sekitar.
Namun, lanjut Romo Donny, mengingat kondisi saat itu tidak memungkinkan bagi masyarakat untuk melakukan penggalian, maka Thomas Rafles memerintahkan jajaranya untuk membantu menggali candi yang tertutup semak belukar itu.
"Perjalanan Rafles dibukukan olehnya dengan judul Historis Of Java, Jadi berdasarkan itu, orang dijaman modern mengenal kembali Borobudur yang sudah lama tertidur dan tertutup materil vulkanik mengingat disekitar kawasan terdapat gunung-gunung berapi," ujar Romo Donny.
Untuk membuka tabir keberadaan bangunan Candi Borobudur yang tertutup semak belukar dan bebatuan vulkanik gunung berapi, Thomas Rafles kemudian mengutus Cornelius, seorang warga negara Belanda untuk membersihkannya.
Selanjutnya pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedua bernama Hartman pada 1835. Hartman tak hanya membersihkan area sekitar Borobudur, dia juga melakukan penelitian terhadap stupa yang terletak di puncak candi.
Namun amat disayangkan, laporan mengenai penelitian yang dilakukan oleh Hartman hingga saat ini tidak pernah dipublikasikan.
Kemudian, pendokumentasian bangunan dan relief dilakukan oleh F. C. Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849. Pendokumentasian yang dilakukan itu berupa foto yang di inisiasi oleh Van Kinsbergen pada tahun 1873.
Selanjutnya J. W. Izerman berhasil menemukan sebuah relief yang sangat tersembunyi sekitar tahun 1885. Di kemudian hari, relief yang ditemukan tersebut dikenal dengan nama relief Karmawhibangga.
"Jadi perjalanan Candi Borobudur bisa terungkap dan dapat dikenal oleh dunia itu sangat panjang, berabad-abad. Mulai dari Rafles datang, lalu pulang ke India cerita mitos yang berkembang hingga peristiwa pemboman yang terjadi pada tahun 1980,"
"Setelah di bom itu akhirnya perhatian dunia terpusat ke Candi Borobudur lalu tak lama kemudian pada tahun 1990-an dilakukan pemugaran dan penetapan sebagai situs warisan sejarah dan 7 keajaiban dunia oleh UNESCO," pungkasnya. (GIBS)
Baca Juga: Perjalanan Bhikkhu Thudong ke Borobudur
sejarah candi borobudur candi borobudur romo donny nusantara
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...