CARITAU CHICAGO – Harga emas menguat pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat atau Rabu (2/11/2022) pagi WIB, menghentikan kerugian tiga hari berturut-turut saat pertemuan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dimulai, ditopang oleh pelemahan dolar AS di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve (FED) akan memberi sinyal pengetatan yang lebih lambat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 9,0 dolar AS atau 0,55 %, menjadi ditutup pada 1.649,70 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan di kisaran tertinggi 1.660,30 dolar AS dan terendah di 1.633,60 dolar AS.
Baca Juga: Modal Asing Hengkang dari RI Capai Rp13,61 Triliun di Awal Maret 2024
Emas berjangka tergelincir 4,10 dolar AS atau 0,25 % menjadi 1.640,70 dolar AS pada Senin (31/10/2022), setelah anjlok 20,80 dolar AS atau 1,25 % menjadi 1.644,80 dolar AS pada Jumat (28/10/2022), dan merosot 3,60 dolar AS atau 0,22 % menjadi 1,665,60 dolar AS pada Kamis (27/10/2022).
Dolar AS melemah pada perdagangan Selasa (1/11/2022) karena pelaku pasar menantikan keputusan penting oleh Federal Reserve. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04 % menjadi 111,4800.
Secara luas diperkirakan bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan tersebut. Tetapi yang lebih penting, investor akan menunggu pernyataan Ketua Fed Jerome Powell untuk petunjuk ukuran pergerakan suku bunga Desember, yang diperkirakan akan menjadi kenaikan yang lebih kecil.
Menurut analis, pandangan The Fed tentang kebijakan moneter akan diawasi dengan ketat, di tengah beberapa ekspektasi bahwa bank sentral akan melunakkan sikap hawkish-nya, sebagaiman dikutip Antara.
Pasar beragam atas kemungkinan kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh The Fed pada Desember, terutama di tengah ekspektasi bahwa suku bunga yang tinggi kemungkinan akan mengikis pertumbuhan ekonomi.
Namun, suku bunga AS berada pada level tertinggi sejak krisis keuangan 2008, dan diperkirakan akan menjaga dolar tetap kuat dan emas melemah dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Selasa (1/11/2022) beragam. Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS dari S&P Global turun ke 50,4 pada Oktober dari 52,0 pada September. Ekonom yang disurvei memperkirakan indeks akan tetap tidak berubah dari pembacaan awal 49,9.
Indeks Manajer Pembelian Oktober dari Institute for Supply Management (ISM) berada di 50,2 persen, 0,7 poin persentase lebih rendah dari September dan level terendah sejak Mei 2020. (HAP)
Baca Juga: Rupiah Akhir Pekan Menguat ke Rp15.493 Per Dolar AS
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...