CARITAU TORAJA – Pernahkan anda melihat mayat berjalan? Jika belum, anda bisa mengunjungi Tana Toraja, Sulawesi Selatan, karena di sana ada salah satu budaya menarik yaitu tradisi Upacara Mayat Berjalan atau Ma’Nene. Disebut mayat berjalan, karena yang kita lihat memang mayat asli atau jasad para leluhur di masyarakat Baruppu, pedalaman Tana Toraja.
Upacara adat itu dilakukan untuk mengganti pakaian mayat para leluhur yang jasadnya utuh karena diawetkan. Meskipun puluhan hingga ratusan tahun, jasad keluarga mereka masih baik. Masyarakat Toraja punya ramuan khusus untuk mengawetkan mayat. Selepas jasad mengering akan di simpan di dalam peti. Peti jenazah kemudian dimasukkan ke dalam Patane dan liang bukit berbatu. Cara pemakaman khas masyarakat Toraja.
Upacara Ma’Nene biasanya digelar setiap tiga tahun sekali, biasanya jatuh pada bulan Agustus. Bulan Agustus dipilih karena upacara Ma’Nene hanya boleh dilaksanakan setelah musim panen yang jatuh pada bulan tersebut.
Lebih lanjut, tradisi Ma' Nene erat kaitannya dengan konsep hidup masyarakat Toraja bahwa leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi, sehingga tak semestinya orang yang meninggal dunia jasadnya dikuburkan dalam tanah. Bagi mereka hal itu akan merusak kesucian bumi yang berakibat pada menurunnya kesuburan tanah di bumi.
Proses ritual dimulai dengan rombongan anggota keluarga menuju ke Patane, rumah kubur orang Toraja. Bersama sama mereka mengeluarkan jasad dari liang kubur. Berbagai jasad berumur puluhan hingga ratusan tahun ada di sana.
Tiap keluarga berbondong-bondong mengangkat jasad leluhur mereka. Layaknya orang yang masih hidup, keluarga yang sudah meninggal dibersihkan dengan teliti dan rapi. Kebersamaan mereka tergambar dengan hangat. Tanpa kesan takut sedikitpun, tiap keluarga bersuka ria saat menjalani ritual Ma'nene. Kamu bisa turut menyaksikan kebersamaan mereka selama ritual Ma'nene.
Usai jasad dibersihkan, mereka lalu mengganti pakaiannya. Pakaian baru akan menggantikan pakaian lama. Lengkap dengan kaca mata, ikat rambut bahkan ikat pinggang. Pakaiannya sama seperti yang dikenakan kala masih hidup.
Jasad yang sudah dibersihkan dan dikenakan pakaian baru kemudian ditata secara berjejer lalu diberdirikan layaknya orang hidup. Masyarakat Toraja melakukannya sebagai bentuk penghormatan leluhur. Ma'nene menjadi momen suka dan duka para anggota keluarga.
Foto Bersama Jasad Leluhur
Uniknya, selain mengenang dan memberikan penghormatan, anggota keluarga bahkan berfoto bersama jasad leluhur mereka. Kamu juga bisa berfoto bersama dengan jasad dan keluarga mereka. Tentunya menjadi pengalaman mendebarkan dan unik yang tak boleh dilewatkan.
Selepasnya, jasad yang sudah bersih dan rapi dimasukkan kembali ke dalam peti. Perbedaan liang jenazah menjadi penanda status sosial di Toraja. Kubur batu di bukit mengindikasikan ia adalah orang bangsawan. Sedangkan masyarakat biasa akan dikubur di kompleks perumahan kuburan Patane.
Ritual terakhir dari upacara Ma'nene adalah Sisemba. Di sini, seluruh anggota keluarga menggelar prosesi makan bersama. Sungguh terasa kehangatan dan keakraban di antara mereka setelah lelah melakukan ritual Ma'nene. Setiap keturunan memberikan makanan khusus dari keluarga mereka. Sebuah ritual yang unik dan fenomenal yang patut dilihat secara langsung.
Sejarah Ritual Ma’Nene
Ritual Ma'nene ini berawal dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong menemukan sebuah jasad manusia yang telah meninggal dunia dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Oleh Pong, jasad itu dibawanya dan dikenakan pakaian yang layak untuk dikuburkan di tempat aman.
Semenjak dari itu, Pong berturut-turut mendapatkan berkah. Tanaman pertanian miliknya panen lebih cepat dari waktu biasanya. Saat dia berburu pun, Pong kerap kali mendapatkan perburuannya dengan mudah.
Dengan adanya peristiwa tersebut, Pong beranggapan bahwa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap harus dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.
Pong lalu mewariskan amanahnya kepada penduduk Baruppu. Dan oleh penduduk Baruppu, amanah Pong tetap terjaga dengan terus dilaksanakannya ritual Ma' Nene tersebut.
Jika tertarik untuk menyaksikan upacara Ma’Nene di Tana Toraja, kamu harus berkendara sembilan jam dari Makassar. Alamnya yang asri dan budayanya yang kental menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Ritual Ma’Nene dan kekayaan budaya Toraja lainnya akan tetap lestari meskipun berada di tengah perkembangan zaman. (DIM)
Viral! Video Oknum Relawan Paslon Kotabaru 02 H Fa...
Perkuat Pengamanan Pilkada DKI Jakarta, Pj Teguh B...
Pj Teguh Pastikan Komitmen Forkopimda Sukseskan Pi...
Stiker Pilkada Jakarta 2024 Tuai Protes PDIP, Ini...
PT KAI Lakukan Perawatan Rel Jelang Libur Nataru 2...