CARITAU QATAR – Grup H Piala Dunia 2022 Qatar mempertemukan empat tim yang menarik. Portugal dan Uruguay selaku kandidat yang difavoritkan lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2022 sepertinya tidak bisa santai-santai, karena Korea Selatan dan Ghana siap memanfaatkan momentum dan dapat memberikan kejutan apabila dianggap remeh.
Grup ini juga menjadi grup yang menarik bagi Uruguay dan Ghana. Pasalnya, ini akan menjadi pertemuan mereka setelah terakhir bertemu di Piala Dunia 2010 lalu, di mana pertandingan tersebut menuai kontroversi bagi Ghana.
Baca Juga: Pemerintah Korsel Minta Dokter Tetap Layani Pasien Meski Aksi Mogok
Saat itu, Ghana dan Uruguay bertemu di babak perempat final dimana Ghana harus tersingkir secara kontroversial karena handball sengaja yang dilakukan oleh Luis Suarez terhadap sundulan dari Dominic Adiyiah di penghujung babak perpanjangan waktu. Sayangnya, Asamoah Gyan yang menjadi eksekutor saat itu gagal mencetak gol setelah bola yang ia tendang mengenai mistar atas dan melambung tinggi. Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan Uruguay 4-2 di babak tos-tosan, dan mengubur harapan Ghana untuk menuju semifinal Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Selain pertemuan antara Ghana dan Uruguay pasca peristiwa 2010 tersebut, banyak juga drama yang terjadi di grup H apabila dilihat dari sisi sejarah. Contohnya saja Portugal dan Uruguay di mana pada Piala Dunia edisi 2018 Portugal ditaklukkan oleh Uruguay di babak 16 besar, atau mantan pelatih Portugal era 2010-2014, Paulo Bento yang saat ini melatih Korea Selatan dan akan bertemu Portugal pada laga penyisihan Grup H mendatang.
Portugal di atas kertas jadi unggulan pertama di Grup H. Biar begitu, skuad asuhan Fernando Santos tersebut sepertinya akan menemukan kesulitan apabila lengah pada babak penyisihan grup H, karena Korsel, Uruguay, dan Ghana siap memanfaatkan kelengahan tersebut.
Dalam beberapa laga internasional, Portugal bermain cukup baik meskipun harus tersingkir dari fase grup di mana mereka dikalahkan Spanyol pada penyisihan Liga A Grup 2 UEFA Nations League yang beranggotakan Spanyol, Swiss, Portugal, dan Republik Ceko.
Dalam turnamen UEFA Nations League tersebut, anak asuh Fernando Santos tersebut kantongi 10 poin dari 3 kemenangan, 1 hasil imbang dan 2 kekalahan. Di satu sisi, permainan mereka terlihat cukup apik dan kompak,berkat materi pemain mereka yang punya skill tinggi dan mehibur.
Namun apabila melihat dari keseluruhan, Portugal dalam beberapa kasus terlihat minim kreativitas serangan meskipun memiliki banyak penyerang yang mematikan. Permainan Portugal di bawah Fernando Santos lebih mengutamakan pemain yang memiliki skill individu tinggi.
Sebenarnya, gaya bermain Portugal hampir sama dengan Brazil, yakni mengutamakan pemain dengan skill individu. Maka dari itu, tak jarang kita melihat pemain Portugal seperti Bernardo Silva, Joao Felix, dan Bruno Fernandes membawa bola atau berlari sejauh 20 meter sebelum melepaskan umpan atau tembakan. Mereka mengutamakan pergerakan individu baik dengan bola ataupun tanpa bola untuk mencari dan membuka ruang.
Taktik ini terlihat berhasil untuk beberapa tim yang memiliki kualitas lebih rendah dari mereka. Namun ketika mereka melawan tim besar dan berpengalaman, terlihat bahwa taktik ini tidak sepenuhnya berhasil. Portugal lebih sering mengandalkan kecepatan pemain mereka untuk melakukan counter attack, apabila dilihat secara materi pemain, Portugal seharusnya mampu menghadapi tim besar seperti Spanyol dan Perancis dan memberikan perlawanan sengit.
Dalam tim Portugal, nama Cristiano Ronaldo saat ini menjadi sorotan publik karena sampai sekarang masih belum menemukan permainan terbaiknya di Manchester United. Meski begitu, dirinya tetap dipanggil oleh Portugal untuk memperkuat skuad mereka di Piala Dunia 2022 Qatar mendatang. Apabila dilihat dari segi umur, Piala Dunia 2022 mendatang kemungkinan besar adalah Piala Dunia terakhirnya.
Permainan Ronaldo saat ini dapat dikatakan menghawatirkan. Ia baru mencetak 3 gol di seluruh kompetisi, sangat jauh bila dibandingkan dengan musim lalu dengan torehan 24 gol. Itu membuktikan performa Ronaldo saat ini kian menurun seiring dengan usia yang sudah tidak lagi muda. Ketidakcocokan CR7 dengan taktik Erik Ten Hag juga menjadi salah satu faktor menurunnya performa pria 37 tahun tersebut di lapangan hijau.
Biar begitu, di Portugal CR7 tetap tidak boleh dianggap remeh. Ia saat ini adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Portugal dengan catatan 117 gol. Pertama kali tampil di Portugal pada 2003 silam, ia telah membela Portugal selama 19 tahun dan telah memenangkan EURO 2016, UEFA Nations League 2019. Ia juga berpartisipasi dalam 4 edisi Piala Dunia dan 4 edisi EURO yang berbeda. Mampukah CR7 bawa Portugal berjaya di sela-sela karirnya yang mulai meredup?
Uruguay seperti yang kita ketahui merupakan tim yang kuat dan memiliki kiprah yang baik di beberapa edisi Piala Dunia terakhir. Mereka adalah tim yang siap menghadapi siapapun, di manapun, dan dengan cara apapun, hal itulah yang membuat mereka menjadi tim yang mengerikan.
Meski begitu, saat ini kesiapan Uruguay sedang dipertanyakan karena sederet penampilan mereka yang tidak mencerminkan Uruguay yang dikenal para fans. Ini dikarenakan pelatih mereka yang sudah menjadi nahkoda ‘Tim Biru Langit’ sejak 2006, Oscar Tabarez, dipecat dan digantikan oleh Diego Alonso pada 2021 lalu.
Diego Alonso berhasil membawa Uruguay lolos menuju Piala Dunia 2022 setelah menduduki peringkat 3 Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Amerika Selatan. Namun setelah kualifikasi, mereka kembali tersandung masalah inkonsistensi di beberapa pertandingan persahabatan, yang membuat kesiapan Uruguay di Piala Dunia 2022 kembali dipertanyakan.
Apabila dilihat dari sejarah, Uruguay telah memenangkan Piala Dunia sebanyak dua kali. Yakni pada Piala Dunia pertama yang digelar di Argentina pada 1930, dan Piala Dunia 1950 di Brazil. Uruguay dikenal selalu memiliki penyerang yang berbahaya di setiap generasinya. Sebut saja Diego Forlan, Luis Suarez, Edinson Cavani, dan saat ini Darwin Nunez.
Apabila membahas pemain kunci, Luis Suarez dan Edinson Cavani sepertinya masih akan dipercaya menjadi ujung tombak utama Uruguay. Mereka saat ini menjadi pemain senior dan dipercaya untuk memimpin lini depan Uruguay dengan segudang pengalaman mereka meskipun saat ini mereka sudah tidak berada di kondisi terbaiknya, baik di klub masing-masing atau di Tim Nasional
Meskipun mengandalkan dua pemain senior, kedalaman skuad Uruguay di lini depan sebenarnya cukup bagus. Sebut saja Darwin Nunez, meskipun saat ini mendapat kritikan karena penampilannya di Liverpool yang tidak sebanding dengan harganya.
Namun, kita tidak boleh melupakan musim fantastis Darwin Nunes bersama Benfica dengan torehan 32 golnya. Darwin Nunes juga belum memiliki banyak pengalaman di turnamen Internasional. Namun dengan Suarez dan Cavani yang merupakan pemain veteran di Uruguay yang kemungkinan akan membantunya, ia mungkin akan menampilkan permainan terbaiknya di Piala Dunia 2022.
Di tengah, Uruguay memiliki Federico Valverde yang saat ini sedang menjalani karir yang fantastis bersama Real Madrid. Banyak pendukung Uruguay dan bahkan pundit yang mengatakan bahwa saat ini Valverde adalah pemain terbaik yang dimiliki Uruguay, cukup adil apabila berkaca pada penampilannya di Real Madrid dua musim terakhir ini.
Momen ketika Ghana dikalahkan Uruguay pada perempat final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan lalu, merupakan prestasi terbaik Ghana pada turnamen Piala Dunia. Mereka bisa saja memecahkan rekor sebagai tim pertama dari Afrika yang berhasil melaju ke semifinal andai saja kontroversi handball Luis Suarez tidak terjadi pada pertandingan tersebut. Namun yang membuat pecinta sepak bola takjub adalah penampilan Ghana yang luar biasa sehingga bisa melaju sampai ke babak perempat final, padahal mereka tidak memiliki sejarah kuat di turnamen Piala Dunia.
Ghana pertama kali tampil di Piala Dunia pada 2006 silam. Mereka melaju sampai 16 besar setelah lolos dari Grup E menemani Italia yang berstatus sebagai juara Grup. Namun, mereka harus tersingkir di babak 16 besar setelah dikalahkan Brazil. Pada 2010 Ghana mencapai perempat final setelah lolos dari Grup D menemani Jerman, dan mengalahkan Amerika Serikat di babak 16 besar, sebelum akhirnya disingkirkan Uruguay di perempat final.
Pada 2014 mereka gagal lolos dari fase grup setelah tergabung dalam Grup G yang berisikan Jerman, Amerika Serikat, dan Portugal. 2014 merupakan Piala Dunia terakhir mereka, karena di 2018 mereka tidak lolos kualifikasi. Namun apabila melihat hasil di seri Piala Dunia yang mereka ikuti dan mempertimbangkan fakta bahwa mereka baru tampil 3 kali di Piala Dunia, hasil tersebut sangat baik.
Saat ini Ghana mungkin menjadi tim yang sulit diprediksi secara permainan dan skuad yang mereka miliki, karena mereka banyak memiliki pemain dengan dua kewarganegaraan yang saat ini banyak memilih Ghana sebagai tim yang akan dibela di Piala Dunia nanti.
Sebut saja Inaki Williams yang saat ini menjadi ujung tombak tim yang dinahkodai oleh Otto Addo tersebut. Inaki tumbuh besar di Spanyol, saat ini masih membela klub Athletic Bilbao dan punya satu caps bersama Tim Nasional senior Spanyol. Tapi karena tak dilirik Luis Enrique, ia akhirnya memilih bermain untuk Ghana.
Selain itu, ada Muhammed Kudus saat ini mencuri perhatian fans Ghana dan fans sepak bola berkat penampilan apiknya musim ini bersama Ajax. Gelandang serang muda tersebut saat ini telah mengemas 4 gol dan 2 assist di 6 laga Liga Champions musim ini.
Meskipun dihuni oleh pemain berbakat, Ghana belum mampu menunjukkan perfoma terbaiknya sampai saat ini. Bahkan, mereka tampil mengecewakan di Piala Afrika 2022 lalu ketika mereka menghuni juru kunci klasemen grup C tanpa sekalipun kantongi kemenangan. Namun pada kualifikasi Piala Dunia 2022 kemarin, performa mereka mulai menunjukkan peningkatan dan sepertinya jadi salah satu ancaman bagi para tim unggulan.
Korea Selatan saat ini menjadi kuda hitam dalam penyisihan Grup H Piala Dunia 2022 bersama dengan Ghana. Namun apabila melihat dari sejarah, Korea Selatan tidak bisa dipandang sebelah mata, karena mereka mampu memberikan kejutan lewat etos kerja yang tinggi dari setiap pemainnya.
Mereka memiliki banyak pemain yang tampil cukup konsisten di setiap musimnya. Namun saat ini, pemain Korea Selatan yang paling menjadi pusat perhatian adalah Son Heung-Min. Penampilannya yang gemilang dan konsisten dari musim ke musim bersama Tottenham Hotspur membuat pelatih Paulo Bento mempercayakan lini depan Korea Selatan kepada Son meskipun sempat diragukan tampil di Piala Dunia karena masalah kebugaran.
Selain itu di lini bertahan, nama Kim Min-Jae saat ini menjadi pusat perhatian setelah performa apiknya bersama Napoli. Saat ini, Napoli sedang menjalani musim yang fantastis, dan Kim Min-Jae berperan penting dalam kesuksesan Napoli musim ini. Kim Min-Jae dibeli oleh Napoli pada awal musim lalu untuk menggantikan peran Koulibaly yang pindah ke Chelsea, dan langsung menjadi pilar utama pertahanan Napoli.
Meski kiprah Korea Selatan di Piala Dunia seringkali tidak konsisten, namun kita harus mengingat bagaimana mereka menaklukkan Jerman di penyisihan Grup Piala Dunia 2018 kemarin, bukti bahwa skuad mereka dapat menjadi ancaman bagi tim sekelas Jerman sekalipun. Korea Selatan juga pernah mencapai semi final Piala Dunia 2002, namun diwarnai dengan kontroversi pengaturan skor dan pengaturan pertandingan yang sampai sekarang masih menjadi bahasan pecinta sepak bola di seluruh dunia. (ZAS)
Baca Juga: Pemerintah Selidiki Tuduhan Korsel: Insinyur Indonesia Curi Data Jet KF-21
preview grup h piala dunia 2022 portugal uruguay unggulan grup h korsel ghana siap beri kejutan jadwal piala dunia prediksi piala dunia
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...