CARITAU BERLIN – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyatakan Islam adalah bagian dari Jerman.
"Islam, agama bagi kaum Muslim, kehidupan Muslim, budaya Muslim, sudah mengakar di negara kita," kata Steimeier pada Sabtu (16/9/2023), saat berbicara pada peringatan ke-50 tahun Asosiasi Pusat Kebudayaan Islam (VIKZ) di Koeln.
Baca Juga: Sembilan Perusahaan Jerman Jajaki Kerja Sama Nusantara Power Kelola Pembangkit Energi Hijau
Pernyataan itu disampaikan di tengah rasisme dan Islamofobia yang membesar di Jerman yang dikobarkan propaganda kelompok-kelompok dan partai ekstrem kanan yang mengeksploitasi krisis pengungsi serta berupaya menanamkan kekhawatiran soal imigran.
"Dewasa ini, keragaman Islam, keragaman lebih dari lima juta Muslim, juga merupakan bagian dari negara kita," ujar Steinmeier.
Dia menyebutkan bahwa kebebasan beragama juga berarti memberikan perlindungan bagi hak-hak penganut agama.
"Jerman adalah negara yang netral secara ideologis. Namun, kebebasan beragama berarti bahwa kita memberikan ruang bagi agama-agama dan melindungi kebebasan para penganut, semua penganut," katanya.
Steinmeier menyampaikan hal itu setelah sebuah laporan menyebutkan bahwa rasisme dan Islamofobia sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Jerman.
Total 898 insiden anti Muslim terjadi di Jerman selama 2022 dan jumlah kasus yang tidak dilaporkan masih tinggi, kata Aliansi Penentang Islamofobia dan Kebencian terhadap Muslim dalam laporannya Juni.
Aliansi itu adalah lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Berlin.
Menurut laporan Anadolu yang dikutip Antara, rasisme menjadi kejadian sehari-hari yang dialami kaum Muslim di Jerman dan bahwa banyak kasus rasisme berkaitan dengan perempuan.
Di antara kasus-kasus yang didokumentasikan, 500 kasus berupa serangan verbal seperti pernyataan provokatif, penghinaan, dan pemaksaan.
Sebelas kasus berupa surat ancaman kepada masjid-masjid dan kerap ada "ancaman-ancaman terkait kekerasan dan penghilangan nyawa". Surat-surat itu diberi simbol Nazi.
Laporan itu juga menyebutkan 190 kasus diskriminasi dan 167 "perilaku mencelakakan", termasuk 71 kasus membahayakan fisik, 44 kasus kerusakan properti, tiga kasus pembakaran, dan 49 kasus kekerasan lainnya.
Serangan-serangan berbau rasisme terhadap kalangan muda dan anak-anak terus meningkat, di mana ada kasus perempuan diserang ketika sedang bersama anak-anaknya.
Juga ada kejadian perempuan yang sedang mengandung ditendang atau dipukul di bagian perut.
Para penulis laporan menduga jumlah kasus yang tidak dilaporkan masih tinggi karena tidak diliput secara luas oleh media.
Kejahatan anti Muslim kerap tidak diketahui karena kasus seperti itu atau orang-orang yang terdampak tidak melaporkan pengalamannya akibat kurang mempercayai pihak berwenang.
Negara berpenduduk lebih dari 84 juta orang itu memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.
Menurut berbagai data resmi, lebih dari lima juta Muslim tinggal di Jerman.(HAP)
Baca Juga: Inggris dan Jerman 'Kompak' Tolak Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...