CARITAU JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia pada 2022 berhasil tumbuh 5,31% dsbanding tahun sebelumnya (year -on-year/yoy) di tengah ketidakpastian global.
“Perekonomian Indonesia berhasil tumbuh solid kembali mencapai level 5% (yoy) seperti sebelum pandemi COVID-19. Ini merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak 2013 yang kala itu mencapai 5,56%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Baca Juga: DKI Jakarta Raih Peringkat Pertama Penghargaan Anindhita Wistara Data BPS
Perekonomian domestik berhasil tumbuh pada tahun lalu berkat tingginya pertumbuhan pada triwulan IV-2022 yang naik 5,01% (yoy).
Selain itu, secara nominal pun perekonomian Indonesia sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi COVID-19 yakni di tahun 2019 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp15,83 ribu triliun dan PDB atas dasar harga konstan (ADHK) Rp10,95 ribu triliun.
Sementara di tahun 2022, Margo menyebutkan PDB ADHB berhasil meningkat mencapai Rp19,59 ribu triliun dan PDB ADHK Rp11,71 ribu triliun, dengan PDB per kapita mencapai Rp71 juta atau 4.783,9 dolar AS.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2022 terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 19,87 % (yoy), diikuti sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,97 % (yoy), dan jasa lainnya sebesar 9,47 % (yoy).
Adapun industri pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 4,89 % (yoy), sedangkan pertanian, kehutanan, dan perikanan serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masing-masing tumbuh sebesar 2,25 % (yoy) dan 5,52 % (yoy).
Yuwono menjelaskan lapangan usaha transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum berhasil tumbuh paling tinggi didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
"Namun industri pengolahan yang mendominasi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,01 % masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional," tuturnya.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 16,28 % (yoy), yang didorong oleh windfall alias penerimaan tak terduga dari komoditas unggulan.
Pertumbuhan tertinggi selanjutnya diraih oleh impor sebesar 14,75 % (yoy), yang didorong kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Kemudian, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 5,64 % (yoy), konsumsi rumah tangga 4,93 % (yoy), serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,87 % (yoy).
Kendati demikian, konsumsi pemerintah tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,51 % (yoy).
“Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,61 %,” kata Margon Yuwono. (HAP)
Baca Juga: Harga Beras Makin Turun Picu Deflasi di Mei 2024
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024