CARITAU JAKARTA – Kantor Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 atau ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menyatakan permintaan domestik masih menjadi mesin utama pertumbuhan ASEAN+3 saat ini.
Negara-negara ASEAN+3 yaitu 10 negara anggota ASEAN ditambah tiga negara Asia Timur yaitu China, Jepang dan Korea Selatan.
Baca Juga: Wamendag Jerry Dorong Ekspor Indonesia Melalui Ritel Rusia
"Tingginya pengeluaran rumah tangga didukung oleh kondisi lapangan kerja yang ketat dan peningkatan pendapatan rumah tangga," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers yang diikuti virtual di Jakarta, Rabu (5/10).
Pertumbuhan ASEAN+3 terbebani oleh lemahnya ekspor manufaktur pada 2023 namun diperkirakan akan menguat pada 2024, didukung oleh ketahanan permintaan domestik dan pemulihan sektor manufaktur.
“Kawasan ASEAN+3 diproyeksikan tumbuh sebesar 4,3 persen pada 2023 dan 4,5 persen pada 2024,” ujarnya.
Hoe menuturkan kondisi lapangan kerja yang kuat dan peningkatan pendapatan rumah tangga terus mendukung kuatnya konsumsi swasta. Kegiatan di sektor-sektor yang berorientasi domestik seperti perdagangan ritel dan makanan dan minuman, juga didukung oleh kuatnya pemulihan sektor perjalanan dan pariwisata.
Belanja konsumen yang kuat pada gilirannya telah membantu meningkatkan sentimen bisnis di seluruh kawasan meskipun terdapat hambatan eksternal, dan aktivitas investasi terus meningkat di beberapa negara.
Selain itu, ia mengatakan situasi terburuk akan segera berakhir pada ekspor barang ASEAN+3. Dengan melemahnya permintaan dari mitra dagang utama dan siklus penurunan sektor elektronik global, ekspor barang ASEAN+3 masih lemah.
Peningkatan awal volume ekspor yang dimulai pada April 2023, terhenti pada Juli 2023, yang mencerminkan hambatan terhadap ekspor China.
Namun demikian, kontraksi tampaknya mulai mereda di seluruh kawasan. Tujuh dari 10 negara mengalami peningkatan volume ekspor dalam tiga bulan terakhir dibandingkan rata-rata Januari‒April. Indikator Indeks Manajer Pembelian pada Juli‒Agustus mengenai pesanan ekspor di masa depan juga menunjukkan berkurangnya pesimisme di antara eksportir ASEAN+3.
Kontraksi ekspor nonteknologi berkurang, sehingga menjadi penyeimbang terhadap pelemahan tajam ekspor terkait chip. Nilai ekspor otomotif ASEAN+3 pada paruh pertama 2023 tumbuh sekitar 50 persen tahun-ke-tahun, yang sebagian mencerminkan peningkatan permintaan barang tahan lama di Amerika Serikat.
Hal tersebut akan mendukung prospek ekspor jangka pendek di kawasan tersebut, meskipun ada tanda-tanda moderasi yang disebabkan oleh jasa dalam keseluruhan aktivitas ekonomi Amerika Serikat. Sementara itu, ekspor chip akan menjadi pendorong pertumbuhan tambahan pada 2024 seiring dengan meningkatnya siklus semikonduktor global secara bertahap.
Di sisi lain, aktivitas pariwisata yang pesat terus meningkatkan ekspor jasa di kawasan ASEAN+3. Rata-rata kedatangan wisatawan ASEAN+3 telah melampaui 70 persen dari tingkat sebelum pandemi pada kuartal kedua 2023.
Ekspor jasa di sebagian besar negara mencapai sekitar 80 persen dari nilai pada 2019, kecuali di Thailand dan Kamboja yang sekitar 60 persen, karena besarnya sektor pariwisata dan keterpaparan mereka terhadap wisatawan China.
"Volume wisatawan ASEAN+3 diperkirakan akan kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun depan, seiring dengan meningkatnya pariwisata outbound China," kata Hoe Ee Khor. (HAP)
Baca Juga: Diskusi dengan Pengusaha Ritel dan Properti, Pj Heru Akselerasi Peningkatan Ekonomi Riil
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024