CARITAU JAKARTA - Pengamat politik Citra Institute, Efriza menyoroti ikhwal kritik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terkait pembangunan proyek food estate (lumbung pangan), yang diduga menyerang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Adapun sindiran itu disinyalir merupakan buntut kemarahan dari PDIP, terkait putusan bergabungnya Partai Golkar dan PAN ke dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Baca Juga: Menlu AS Antony Blinken Ucapkan Selamat kepada Prabowo
Tak cuma itu, melesatnya elektabilitas Prabowo dan Partai Gerindra atas sokongan masuknya Golkar dan PAN kedalam KKIR itu juga disinyalir telah menambah akumulasi kemarahan PDIP kepada Presiden Jokowi dan Prabowo.
Menurut Efriza, masuknya Golkar dan PAN sebagai bentuk dukungan Presiden Jokowi ke Prabowo untuk maju menjadi Bacapres dalam kontestasi Pemilu 2024.
Dirinya menilai, terdapat empat poin yang melatarbelakangi kritik PDIP untuk Prabowo dan Presiden Jokowi.
Adapun poin pertama, menurut Efriza serangan itu merupakan bentuk kepanikan PDIP, dengan mencoba membangun narasi secara bersama antara elite PDIP untuk mencoba meruntuhkan klaim kubu Prabowo yang didukung Jokowi.
Selain itu, poin kedua, lanjutnya, merupakan bentuk kekesalan atas perilaku dan sikap Jokowi yang ditenggarai telah ikut campur cawe-cawe dan membelot mendukung Prabowo menjadi Bacapres 2024.
Disisi lain, kritikan PDIP yang meminta PPP keluar dari koalisi jika memaksakan sosok Sandiaga Uno menjadi Cawapres Ganjar juga merupakan bentuk amarah terhadap PPP, karena tidak bisa melihat kondisi internal yang sedang carut-marut.
"Ini sangat tampak dan akhirnya PDIP tak bisa menyembunyikan emosionalnya lalu terbawa sehingga menyatakan PPP silahkan keluar jika memaksa Sandiaga Uno sebagai cawapres. Lalu ketiga, bentuk kekecewaan, mereka menyatakan bahwa KKIR belum tentu solid," ungkap Efriza kepada Caritau.com, Kamis (24/8/2023).
Adapun poin keempat menurut Efriza, serangan yang dibangun merupakan cara PDIP menguatkan hati para kadernya.
Hal itu, kata dia, dapat terlihat saat narasi
PDIP yang menyebut pihaknya telah terbiasa di keroyok dalam dua kali momentum Pemilu yaitu pada 2014 dan 2019 lalu.
"Seperti elite PDIP menyatakan ini de ja vu 2014, mereka biasa di keroyok, dan hal biasa untuk mengalahkan Prabowo sudah dua kali dilakukan, serta penguatan konsolidasi internal maupun di daerah-daerah seperti di Jawa Tengah sebagai basis kekuatan besar PDIP," ujar Efriza.
Dia menilai, berbagai komentar yang menunjukkan perilaku PDIP ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya telah menyadari mengenai adanya kegagalan dalam membangun komunikasi dengan koalisi partai-partai pendukung pemerintah.
Sebab, menurutnya, PAN sudah berkomunikasi dengan Ketua Umum Megawati. Selain itu, Partai Golkar sebelumnya juga sudah membentuk tim teknis bersama PDIP.
Adapun keputusan kedua partai itu hengkang dari koalisi PDI Perjuangan ditenggarai lantaran sikap dari PDI sendiri yang diduga jumawa dan juga dilatarbelakangi hasil survei semakin anjlok elektabilitas Ganjar jelang Pilpres 2024.
"Bahkan, secara tidak langsung Ganjar sudah menyadari karena elektabilitas dirinya melorot, sedangkan Prabowo tinggi, maka ramai-ramai pindah ke Prabowo," jelas Efriza.
Kendati demikian, Efriza mengatakan, adalah hal wajar jika PDIP melancarkan serangan melalui narasi-narasi, lantaran menginginkan elektabilitas Prabowo Subianto anjlok dan posisi Ganjar naik menjadi nomor Wahid.
Berdasarkan komentar kader PDIP itu lah menurut Efriza, menandakan bahwa saat ini partai berlogo moncong banteng putih itu tidak lagi merasa nyaman dengan adanya Prabowo di dalam pemerintahan Presiden Jokowi.
"Mereka sudah melakukan serangan terbuka, mereka ingin menurunkan elektabilitas Prabowo secepat mungkin, maka wajar langsung keluar statement mengenai kasus HAM dan penculikan di awal reformasi, sasarannya Prabowo," terangnya.
"Kemudian PDIP juga langsung "menyerang" Jokowi, KPP, dan KKIR, terkait Komentar Hasto masalah food estate sebagai sebuah kejahatan lingkungan hal mana Kemenhan ditugasi membantu program ini, dengan dipimpin oleh Kementan dari Nasdem sedangkan Jokowi adalah yang menggagasnya," sambung Efriza.
Efriza menambahkan, serangkaia serangan pada Gerindra dan juga Prabowo itu merepresntasikan bahwa PDIP sudah menandakan mesin untuk siap bertarung dengan Prabowo Subianto maupun Anies Baswedan di kontestasi Pilpres 2024m
"PDIP akan mulai terus menyerang Prabowo secara terbuka. PDIP punya alasan yang kuat yakni ingin membawa Prabowo agar terlihat kembali sikap emosionalnya, sebab jika Prabowo dalam posisi perilakunya yang santun seperti sekarang, PDIP menyadari Prabowo akan terus menguat elektoralnya," tandas Efriza. (GIB/DID)
Baca Juga: Apresiasi Pertemuan Jokowi-Surya Paloh, TKN: Contoh Teladan untuk Selesaikan Masalah Bangsa
food estate pdip presiden jokowi prabowo subianto pilpres 2024 pemilu 2024
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...