CARITAU JAKARTA – Indonesia berpeluang menjadi negara ekonomi maju dunia karena memiliki para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang kuat.
“Indonesia adalah negara kuat dan pasti bisa maju karena memiliki UKM yang kuat, mempunyai kualitas manusia yang besar, bertanggung jawab dan saling gotong royong. Indonesia akan menjadi salah satu negara paling maju di dunia,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, di Jakarta, Minggu (13/3/2022).
Baca Juga: Harga Beras Meroket, Jenis Kualitas Bawah I Capai Rp12.450 per Kg
Mendag menyampaikan, UKM berkontribusi terhadap 61,97 terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia serta menyerap lebih dari 97% tenaga kerja pada 2021.
Namun dari sisi ekspor pada triwulan ketiga 2021, kontribusi UKM terhadap ekspor nonmigas Indonesia baru mencapai 15,65%, sementara dari segi jumlah pelaku hanya sekitar 16,96% eksportir yang berasal dari UKM.
Adapun produk UKM yang diekspor di antaranya produk mesin sederhana, aksesoris kendaraan, peralatan rumah tangga, produk kayu, tekstil dan hasil laut.
“Untuk itu kita perlu melihat tantangan ke depan untuk memajukan usaha sebagai pilar utama memajukan Indonesia,” tandas Mendag Lutfi.
Keluar Jebakan Kelas Menengah
Saat membuka Briefer's Event Empowering SMEs To Recover Stronger secara virtual pada Jumat (11/3/2022), Mendag mengungkapkan, pada 2045 PDB Indonesia diprediksi menempati urutan keempat berdasar nilai tukar pasar dengan per kapita sebesar USD28,934 di bawah Tiongkok, Amerika Serikat dan India.
Indonesia juga diprediksi akan keluar dari jebakan kelas menengah pada 2034. Guna mencapainya, investasi harus tumbuh 7,3% dengan kontribusi PDB sebesar 39%, manufaktur tumbuh 7,8% dengan kontribusi terhadap PDB 32%, ekspor tumbuh 7,9% dengan kontribusi 54%.
Sementara untuk keluar dari jebakan kelas menengah, Indonesia harus melakukan investasi pada infrastruktur dan transfer teknologi.
“Saat ini infrastruktur sedang digenjot agar biaya logistik menjadi lebih murah dan transfer teknologi sedang dikerjakan. Agar berhasil melakukan transfer teknologi, Indonesia harus memiliki pendidikan yang berkualitas agar sumber daya manusia di masa mendatang menjadi kelas prima,” jelas Mendag Lutfi.
Mendag menjelaskan, terdapat beberapa tren yang harus diantisipasi masa yang akan datang, yaitu megatren dunia pada 2045, evolusi ekspor Indonesia ke produk industri dan industri berteknologi tinggi, serta ekonomi digital.
Mendag Lutfi menyebut, pada 2045 penduduk dunia akan tumbuh menjadi 9,45 miliar orang. Saat itu demografi penduduk dunia didominasi oleh orang lanjut usia.
Sementara 66% penduduk tinggal di perkotaan dan 95% dari urbanisasi tersebut terjadi di negara emerging market seperti Indonesia.
Keuangan internasional saat itu juga menjadi jauh lebih transparan dan tertelusur (tracebility) yang menyebabkan mata uang regional menjadi lebih banyak dan tidak dikuasai oleh mata uang tertentu seperti hari ini.
Selain itu 8,1 miliar atau 84% dari penduduk dunia termasuk dalam kelas menengah. Jumlah tersebut tren yang bagus untuk konsumsi dan baik untuk pertumbuhan UKM.
Pertumbuhan konsumsi juga bagus untuk pertumbuhan negara karena konsumsi turut membantu pertumbuhan ekonomi sebesar 54%.
“Di masa depan, kompetisi penguasaan sumber daya alam akan semakin meningkat dengan benua Asia dan Afrika menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, kita harus menjaga cadangan sumber daya alam untuk memastikan yang terbaik untuk kepentingan Indonesia,” kata Mendag Lutfi.
Mendag menambahkan, pada masa ini terjadi perubahan iklim. Suhu muka bumi akan naik antara 3%—3,5% sehingga memberikan efek pada negara kepulauan, seperti Indonesia.
Di masa mendatang yang harus diantisipasi adalah penguasaan teknologi seperti kecerdasan buatan, bioteknologi dan ekonomi sirkular.
“Di masa depan, 71% peranan ekonomi akan berada di negara emerging market dan 54% berada di Asia. Jadi kita akan memastikan peperangan melawan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi harus dapat dicapai sebelum batas waktu tahun 2038,” imbuh.
Pada 2020 total PDB Indonesia tercatat sebesar Rp15.400 triliun. Dari jumlah tersebut, ekonomi digital berkontribusi 4% atau Rp632 triliun.
“Pada 2030, PDB Indonesia akan tumbuh menjadi Rp24.000 triliun. Pada periode ini, ekonomi digital tumbuh empat kali lipat menjadi Rp4.531 triliun atau berkontribusi sebesar 18% dari total PDB. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu sektor pendidikan dan kesehatan yang mempunyai peran untuk menyelamatkan generasi emas Indonesia,” pungkasnya. (HAP)
Baca Juga: Hari Pertama Ramadan 1444H, Mendag Jamin Harga Pangan Stabil
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024