CARITAU JAKARTA – Pangi Syarwi Chaniago, CEO & Founder Vokpol Center Research and Consulting menyoroti langkah kepolisian menggunakan gas air mata untuk membubarkan suporter bola Aremania yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Menurut Pangi, langkah polisi membubarkan suporter dengan gas air mata hanya ada di Indonesia lantaran dirinya belum pernah menemukan hal itu terjadi di negara-negara lain.
Baca Juga: PSSI: Kebijakan Jeda Kompetisi Liga 1 Demi Mendukung Piala Asia U-23
"Coba tunjukan negara mana yang mau membubarkan supporter bola pakai gas air mata, setahu saya hanya ada di Indonesia, mungkin karena kecanduan membubarkan demo mahasiswa kebawa-bawa perilakunya. Apakah engga cukup pakai water Canon, pakai gas air mata hari ini kita meneteskan air mata," kata Pangi melalui cuitannya di Twitter dikutip oleh caritau.com Senin (3/10/2022).
Kata Pangi, tragedi Kanjuruhan itu menambah catatan baru bagi instansi kepolisian terkait sikap penyalahgunaan wewenang (abouse of power) dalam melakukan pengamanan.
Oleh sebab itu, Pangi meminta ada pembenahan di dalam institusi kepolisian karena tindakan penyalahgunaan wewenang oleh polisi semakin masif terjadi.
"Polisi oh polisi, waktu yang tepat meletakan mereka di bawah Kementerian Dalam Negeri atau di bawah Kementerian Pertahanan, 'abuse of power' mereka belum ada tanda-tanda dihentikan," ujar Pangi.
Diketahui, berdasarkan data resmi dari Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, sebanyak 174 orang tewas, 11 luka berat dan 298 luka ringan dalam tragedi Kanjuruhan tersebut. Sementara berdasarkan data kepolisian jumlah orang yang tewas sementara ada 130 orang.
Atas tragedi ini, Pangi lantas mempertanyakan sikap para pejabat yang menurutnya tidak dapat dibanggakan karena hingga saat ini belum ada satupun pejabat yang mundur pasca tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan nyawa itu.
"Apakah yang bisa kita banggakan? Tingkah laku pejabatnya, sudah banyak orang meninggal dalam 'tragedi stadion Kanjuruhan'. Ini nyawa bukan angka, sampai hari ini belum ada yang mundur, 'bertanggung jawab'? Di dunia lain, kok mudah sekali pejabatnya minta maaf lalu mundur ya? Nanya cius," tanya Pangi.
Oleh karena itu, kembali lagi Pangi menegaskan pentingnya reorganisasi Polri yaitu dengan meletakannya di bawah kementerian. Hal itu dilakukan guna menghentikan sikap arogansi dan kekerasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian baik dalam melaksanakan tugas mengawal demo ataupun dalam melaksanakan tugas lainya.
"Ini salah satu cara menghentikan tingkah kasar, arogansi institusi ini ke rekan-rekan mahasiswa, hidup mahasiswa, merdeka," ujar Pangi. (GIB)
Baca Juga: Respon Djanur Usai Persikabo 1973 Jadi Tim Pertama yang Pastikan Degradasi ke Liga 2
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024