CARITAU JAKARTA - Masjid Jami Tambora merupakan salah satu masjid tertua di Jakarta. Lokasi Masjid Tambora tak jauh dari kawasan pecinan Glodok. Masjid yang memiliki luas bangunan 435 meter persegi yang berdiri di atas tanah seluas 555 meter persegi.
Keberadaan Masjid Jami Tambora tak lepas dari perjuangan dua tokoh agama yakni KH Moestojib dan Ki Daeng. Dua tokoh ini berasal dari Ujung Pandang dan lama tinggal di Sumbawa, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyebarkan Islam. Nama Tambora juga merujuk pada Gunung Tambora.
Baca Juga: Jelang Akhir Liburan Sekolah, Warga Masih Berburu Mainan Anak di Pasar Asemka
Alkisah pada tahun 1176 H (1756 M), KH Moestojib dan Ki Daeng dikirim ke Batavia oleh Belanda karena menentang dan dihukum paksa selama 5 tahun. Usai dihukum, mereka berdua tak bisa kembali ke Sumbawa karena bersamaan dengan meletusnya Gunung Tambora. Dua ulama itu pun membangun masjid bernama Masjid Tambora.
Anggota Seksi Pendidikan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Tambora Muhammad Zubaedi Sumarna menuturkan setelah masjid berdiri, pergerakan KH Moestojib dan Ki Daeng masih juga diawasi tentara NICA.
“Dulu mereka (kompeni Belanda) selalu membawa kapal dan mencari-cari KH Moestojib dan Ki Daeng di masjid ini. Tapi, mereka berdua selalu tak ditemukan,” ujar pria yang akrab disapa Bang Didi ini dikutip dari senibudayabetawi.com.
Ternyata keduanya bersembunyi di balik kubah masjid. Mereka kerap mengintai kalau-kalau tentara Belanda datang. Menurut Bang Didi, tempat persembunyian di balik kubah itu memiliki tangga penghubung langsung dari bawah. Namun, pascarenovasi tangga di bawah dihilangkan.
Sebagai bentuk penghormatan, dua makam KH Moestojib dan Ki Daeng diletakkan di depan Masjid Tambora. Dua pendiri masjid ini meninggal sekitar 1836. Perjuangan KH Moestojib dan Ki Daeng dilanjutkan Imam Saiddin.
Setelah itu terjadi beberapa kali pergantian pimpinan terakhir pada 1370 H (1950 M) pimpinan dipegang oleh Madsupi dan kawan-kawan di Gang Tambora. Tahun 1945, masjid sempat dijadikan markas perjuangan hingga pernah diserang tentara NICA. Kemudian, perawatan dan perlindungan masjid diteruskan Yayasan Masjid Jami Tambora yang dipimpin Haji Memed (1959). (CARITAU - MUNZIR)
Baca Juga: Penetapan 1 Ramadan 1444 H
KPK Sita Rumah Rp5,5 Miliar Bupati Labuhan Batu No...
Petugas Gabungan Tertibkan Jalur Hijau Bantaran BK...
Shin Tae-yong Tebar Ancaman: Mohon Berhati-Hati Te...
Pusat Penjualan Ikan Teri Medan
Realisasi Anggaran Pemilu 2024 Capai Rp26 Triliun,...