CARITAU JAKARTA - Pengamat politik dari Departemen Politik Universitas Airlangga, Fahrul Muzakki, membeber bahwa jika pengikut Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia telah mencapai 59,5 persen dari asumsi 270 juta total jumlah penduduk Indonesia maka warga NU saja berkisar 159 juta.
Di Jawa Timur, dengan komposisi 40 juta penduduk, dengan hak pilih 31 juta, dan dalam survei sekitar 42 persen warga NU di barisan Prabowo, artinya bisa tembus 13 juta pemilih NU ke Prabowo. Paslon lain tentu di bawahnya.
Fahrul, melihat di momentum elektoral ini ada hubungan mutualisme Prabowo-Gibran dengan NU dan Muhammadiyah.
"Gelombang besarnya di Paslon 02. Paslon lain kecil. Bahkan ada yang menyebut survei Prabowo tembus 55-60 persen untuk Jatim saja," kata Fahrul, bincang santai di studio Podcast Wes Wayahe, Rumah Asprasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jatim, di Jalan Diponegoro, Surabaya, Jumat (2/2/2024).
Fahrul melanjutkan, sebagai daerah dengan penduduk atau hak pilih terbanyak kedua setelah Jabar, Provinsi Jatim sangat menentukan peta politik nasional. "Jatim itu miniatur politik Indonesia,” tandasnya.
Hanya saja, dia melihat bahwa faktor magnet tidak semata karena calonnya. Ibarat calon itu barang yang dipajang di etalase toko. "Kenapa sebab menarik? Ya..kita harus melihat ke dalam isi toko. Di sana ada apa saja, siapa saja, dan strateginya gimana,” ujarnya.
Dirinya mengingatkan kepada kubu Prabowo di Jatim bahwa dukungan besar itu jangan lantas membuat terlena. "Sisi yang menguntungkan, selama ini ternyata Prabowo sering di balik layar. Diam-diam menemui kiai, ditambah faktor Pak Jokowi,” tuturnya.
“Apalagi sejak Khofifah, masuk TKN. Dia kan merepresentasikan NU, ditambah seorang gubernur Jatim. Maka Khofifah effect luar biasa dukungan NU ke Prabowo-Gibran," terangnya.
Sementara itu Profesor Biyanto, menyebut banyak tokoh muda Muhammadiyah semisal Daniel Simanjuntak, mantan PP Muhammadiyah, Anthony, Najih dan Zulfikar, Sekjen & Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, di barisan Prabowo.
“Masih banyak lagi tokoh Muhammadiyah yang menempati di barisan Paslon 02,” tambahnya.
Apa sebab dukungan itu ? Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim ini, memastikan ada sinkronisasi Prabowo-Gibran dengan concern Muhammadiyah, yakni bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Hal itu dibuktikan dengan hasil survei Poltracking yang menyebut bahwa warga Muhammadiyah yang ada di barisan Paslon Prabowo-Gibran mencapai 42 persen.
Padahal, karakter pemilih Muhammadiyah itu suaranya otonom, mandiri, dan tidak tergantung elit. Kondisi itu membuat Muhammadiyah, terjaga menjadi circle society.
“Di Muhammadiyah, memilih pemimpin itu memakai kriteria dan cukup memakai isyarat. Cenderung logika dan kecerdasan akal,” imbuhnya.
Karakter dasar suara Muhammadiyah sulit dimobilisasi. Tidak ada gus, tapi yang ada hanya gaes. Semua pribadi memiliki otoritas. Jika ingin dukungan maksimal, harus benar-benar beririsan dengan program Muhammadiyah.
Siapa yang bisa meyakinkan itu, akan punya keuntungan elektoral. Soal satu putaran atau dua putaran terserah masyarakat. Plus minusnya ada. Berpulang kepada masing-masing.
Sementara itu Gus Miftah, Wakil Sekretaris PCNU Surabaya dengan gamblang mengatakan tradisi warga Nahdliyin adalah nderek kiai. Jika kiai mendukung ke Paslon 02, maka otomatis warga NU akan mengikuti. “Tradisi NU itu tawadhu kepada kiai panutannya,” ujarnya.
Namun secara organisasi, struktural pengurus NU tidak boleh terlibat di politik praktis.
“Otomatis terlibat di model Pemilu langsung ini yang one man one vote. Itulah sebabnya warga NU pasti masih tanya ke tokoh tadi, harus ke mana, setelah itu mereka mengikuti panutannya tadi,” pungkasnya. (DID)
khofifah indar parawansa khofifah effect gandakan suara prabowo-gibran pilpres 2024 nahdlatul ulama
Waka MPR Sebut Pelantikan Prabowo-Gibran Jadi Perh...
Capai Target, Pj Heru Apresiasi Pembangunan LRT Ja...
Paslon 02 di Pilgub Sulsel, Andi Sudirman-Fatmawat...
Pemerintah Tetapkan Libur Nasional dan Cuti Bersam...
Perempuan Berinisial IA yang Tewas di Hawaii Sempa...