CARITAU NEW YORK - Harga emas naik tipis pada akhir perdagangan Senin (21/3/2022) atau Selasa pagi WIB. Konflik di Ukraina memicu aksi borong emas namun kebijakan moneter Bank Sentral AS turut memengaruhi pergerakannya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, naik 0,2 dolar AS atau 0,01 persen menjadi 1.929,50 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Sekjen PBB Desak Rusia segera Patuhi Piagam PBB
Akhir pekan lalu, emas berjangka merosot 13,9 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.929,30 dolar AS.
Sehari sebelumnya, harganya melonjak 1,78 persen menjadi 1.943,20 dolar AS pada Kamis (17/3/2022), setelah anjlok 20,5 dolar 1,06 persen menjadi 1.909,20 dolar AS pada Rabu pekan lalu, dan anjlok 1,59 persen menjadi 1.929,70 dolar AS pada Selasa.
"Eskalasi lain di sekitar Ukraina akan mendorong aliran safe-haven yang signifikan ke emas, bahkan lindung nilai inflasi bergerak jika kita melihat sanksi yang memicu lonjakan komoditas lain," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan tentang isu-isu "kritis", menteri luar negeri Turki mengatakan pada Minggu (20/3/2022), tetapi permintaan untuk aset-aset berisiko mundur dan harga minyak naik karena pertempuran berlanjut.
Potensi terjadinya kompromi selama akhir pekan membawa harga emas turun dari tertinggi, "landasan peluncuran berikutnya untuk emas akan menjadi area 1.900 dolar AS," kata Rob Lutts, kepala investasi di Cabot Wealth Management.
Pekan lalu, emas turun lebih dari 3,0 persen di tengah harapan untuk kemajuan dalam pembicaraan dan kenaikan suku bunga AS.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan di National Association for Business Economics pada Senin (21/3/2022) bahwa inflasi "terlalu tinggi" dan memungkinkan kemungkinan bahwa Fed dapat menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada 2022.
Seperti dilansir dari Antara, harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 22,6 sen atau 0,9 persen, menjadi ditutup pada 25,313 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 8,8 dolar AS atau 0,85 persen, menjadi ditutup pada 1.044,70 dolar AS per ounce. (IRW)
Baca Juga: Tewaskan 52 Orang, PBB Sebut Serangan Udara Rusia di Kharkiv Paling Mematikan
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...