CARITAU SLEMAN – Pondok Pesantren Al Falahiyyah Mlangi, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Khaul KH R. Zamruddin Mlangi ke 26 sekaligus peringatan 100 hari Gus Misbahus Sudur pada Jumat (6/1/2023) lalu. Pada acara khaul tersebut, turut hadir dua tokoh yaitu mantan Ketua Umum PBNU, Kyai Said Aqil Siroj, kemudian Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar.
Dalam sambutannya, Khodim Ma’had Pondok Pesantren Al Falahiyyah, KH Fahmi Basya Lc melontarkan alasannya mengundang Kyai Said dan Gus Muhaimin ke Khaul Mbah Zamruddin Mlangi. Menurutnya, dulu, Ponpes Al Falahiyyah Mlangi juga pernah mengundang KH Ma’ruf Amin ke acara khaul Mbah Zamruddin, dan seperti yang diketahui, KH Ma’ruf Amin saat ini menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.
Baca Juga: Gus Ipul Komentari Cuitan Cak Imin yang Sebut "Saipul Makelar"
“Karena pada sosok beliau berdua inilah tercermin sebuah cita-cita besar kami yaitu bagaimana nanti ada figur dari perwakilan santri dan kyai yang bisa melanjutkan kepemimpinan nasional seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Prof KH Ma'ruf Amin, yang saat ini menjadi Wakil Presiden RI, dulu sebelum jadi wapres beliau KH Ma'ruf Amin juga sempat mengisi acara khaul Simbah KH R Zamruddin, semoga tahun ini berkah peringatan khaul ini kita akan dapatkan semua amin ya robal alamin, berkah atau barokah itu artinya ziyadatul khoir (tambahnya kebaikan) jadi harapan kami dimulai dari acara ini nantinya kita akan mendapatkan pemimpin nasional di 2024 dari sosok yang benar benar merepresentasikan gerakan dari santri dan kyai Nahdlotul Ulama,” ujar Gus Fahmi.
Selain Gus Muhaimin dan Kyai Said, turut hadir juga KH Yusuf Chudori Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, Romo KH Mas'ud Masduqi Syuriah PWNU DIY, KH Dr Tamyiz Mukharom Ketua Yayasan Nur Iman Mlangi, beserta jajaran dan civitas akademika YNI.
“Tak lupa hadir juga di sini H Halim selaku Bupati Bantul, H Agus Sulis Ketua DPW PKB DIY, H Sukamto DPR RI PKB dari DIY, serta semua pengurus Nahdlotul Ulama mulai PCNU, MWCNU sampai ranting syuriyatan wa tanfidiyatan dan alumni serta wali santri Ponpes Al Falahiyyah Mlangi,” lanjut Gus Fahmi.
Pada sambutannya, Gus Fahmi juga ikut mengulas soal keterkaitan antara politik dan Nahdlatul Ulama. Menurut beliau, bagaimanapun sejak berdirinya, NU tidak bisa dilepaskan dari politik.
“Ini pernah terjadi pada tahun 1951 kemudian pada tahun 1971. NU Sebagai Partai Politik menjadi runner up di bawah PNI, banyak orang khawatir dan ketakutan dengan kekuatan & kebesaran wadah Nahdliyyin ini hingga pada masa Orba dengan dalih stabilitas, Presiden Soehaarto menggagas vusi untuk penyederhanaan partai dengan cara penggabungan partai partai Islam, Masyumi, Permusi, Persis, termasuk NU, dijadikan satu dalam wadah PPP dengan lambang Ka'bah, kemudian PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katholik, Murba dijadikan satu menjadi PDI yang saat ini menjadi PDI Perjuangan, Sementara Kosgoro, MKGR, Para Tokoh Tokoh TNI bekerja berkumpul menjadi Partai Golkar,” tandasnya.
Sementara itu, Gus Muhaimin dalam sambutannya mengatakan Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari beserta para Masayikh sebetulnya diawali dari pesantren, membangun masyarakat dari keluarga, berkembang tumbuh menjadi kekuatan umat yang cinta dan menjadi pengikut loyal, akhirnya mau tidak mau menjadi kekuatan politik dalam rangka menjaga dan meneruskan seluruh nilai-nilai yang telah ditanam dan telah berkembang.
“Politik ini jalan kelanjutan dari seluruh rangkaian yang dibangun dari pesantren-pesantren kita. Makannya kalau pesantren dipisahkan dari politik, itu artinya tidak sesuai dengan ajaran Hadratusyekh Mbah Hasyim, Kyai Wahab Hasbullah, dan Kyai Bisri Samsuri,” tegas Gus Muhaimin.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapan Cak Imin itu juga mengamini apa yang dikatakan Gus Fahmi bahwa NU bisa besar hingga hari ini karena politik juga menjadi dalam rangkaian perjuangan.
“Oleh karena itu, politik menjadi jalan tol untuk mempercepat seluruh ikhtiar batiniah, ilmiah, Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan para masayikh kita,” imbuhnya.
Dalam sambutannya, Cak Imin juga menyoroti adanya pendangkalan parah pada dunia politik di Indonesia. Menurut Wakil Ketua DPR RI itu, politik saat ini diartikan transaksi uang recehan, yang sepele, hilang dari nilai yang sesungguhnya dari politik.
“Pertanyaannya siapa yang bisa merubah? Jawabannya hanya satu, di mana ada cinta, loyalitas, solidaritas, di situlah yang akan bisa menolong yaitu keluarga besar Ahlusunnah Wal Jamaah, selagi ada Ahlusunnah Wal Jamaah tidak usah ngomong anti politik, anti uang, dengan loyalitas kepada Hadratusyekh Hasyim Asy’ari, politik sempit akan berakhir dengan seiring waktu,” tandas Cak Imin. (FAR)
Baca Juga: Cak Imin Sebut Gibran Tantangan Terberat di Debat Cawapres
khaul kh r zamruddin ke-26 cak imin dan kyai said didoakan melanjutkan kepemimpinan nasional di 2024 muhaimin iskandar pkb nu
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...