CARITAU LONDON – Tragis betul nasib Chelsea musim ini. Di bawah kendali Graham Potter, kemenangan jadi suatu hal yang langka. Di akhir pekan kemarin, The Blues takluk 0-2 dari Tottenham Hotspur di Liga Premier Inggris. Gol Harry Kane di menit ke-82 semakin membenamkan Chelsea di papan tengah klasemen, terpaut jauh dari posisi empat besar.
Mereka bahkan punya catatan mencetak gol minus dua karena sudah kebobolan 25 gol sedangkan jumlah golnya baru 23. Sungguh pemandangan yang sangat aneh untuk klub sekaya dan sebesar Chelsea.
Baca Juga: Sundulan Van Dijk di Perpanjangan Waktu Antarkan Liverpool Juara Carabao Cup
Bayangkan, dari lima laga terakhir di Liga Premier Inggris, tak satupun kemenangan berhasil diraih oleh tim dari London tersebut, dengan hasil tiga kali imbang dan dua kali kalah. Jika ditarik dari awal tahun 2023, Graham Potter juga baru berhasil membawa timnya meraih satu kemenangan. Rekornya empat kali kalah, empat kali imbang, dan sekali menang.
Sumpah serapah dan cacian pun mengalir ke Graham Potter. Bahkan pelatih asal Inggris itu kini mendapat ancaman pembunuhan dari salah satu fans Chelsea. “Salah seorang fans mengatakan ingin membunuhku dan anak-anakku,” kata Graham Potter kepada Mirror, Sabtu (25/2/2023).
Masih menurut Mirror, ancaman pembunuhan tersebut dikirimkan kepada Graham Potter oleh salah soerang fans ‘sakit’ Chelsea lewat email.
Terlepas dari tindakan fans yang kelewat batas tersebut, perasaan fans Chelsea saat ini memang tengah hancur lebur. Mereka tak menyangka ratusan juta poundsterling yang dibelanjakan di bursa transfer Januari ini tak ada dampaknya sama sekali.
Selain seret kemenangan, Chelsea juga seret gol. Sepanjang bulan Februari, Kai Haverz dkk cuma bisa bikin sebiji gol ke gawang lawan. Gol semata wayang itu dicetak oleh Joao Felix ke gawang West Ham pada laga yang berakhir 1-1.
“Gol Joao Felix lawan West Ham akan menjadi gol terbaik bulan ini (di Chelsea) karena memang cuma itu gol mereka bulan ini,” sindir SportBible dalam salah satu postingannya di media sosial. Sindiran itu mendapat respon dari fans Chelsea, mayoritas meledek kiprah dari sang manajer, Graham Potter.
“Selamat buat Joao Felix yang sudah memenangi gol terbaik Februari buat tim putra Chelsea karena sudah mencetak gol tunggal kami bulan ini,” ejek seorang netizen.
“Joao Felix tak punya lawan meraih gol terabik Chelesa bulan Februari. Chelsea bikin 23 gol musim ini, Haaland bikin 27 gol,” timpal netizen lainnya.
Tumpulnya lini depan adalah salah satu penyebab terpuruknya Chelsea musim ini. Tapi Potter sepertinya tidak menyadari hal ini. Bukannya membeli penyerang top, ia malah memboyong striker medioker seperti David Fofana dari Molde serta Chukwunonso Madueke dari PSV.
Tuchel dan Potter, Ibarat Langit dan Bumi
Membandingkan Thomas Tuchel dan Graham Potter seperti ibarat langit dan bumi. Tuchel kenyang pengalaman melatih tim besar, sebut saja Borossia Dortmund, Paris Saint Germain, dan terakhir Chelsea. Pelatih berkebangsaan Jerman itu juga sudah mengoleksi gelar juara bersama tiga dari lima tim yang ia besut, termasuk gelar bergengsi, Liga Champions yang ia persembahkan untuk Si Biru.
Sementara CV Potter hanya berisi klub-klub semenjana seperti Otsersund, Swansea City, dan terakhir Brighton and Hove Albion. Dilihat dari dua perbandingan itu saja, keputusan memecat Tuchel untuk diganti dengan Graham Potter cukup menggelikan bukan?
Masih mau melihat perbandingan yang lain? Oke, kita bandingkan statistik kemenangan keduanya. Graham Potter yang dielu-elukan saat melatih Brighton ternyata di atas kertas hanya memiliki rekor kemenangan 31,1% saja, hasil dari 42 kali menang, 46 kali imbang, dan 47 kali kalah. Di Chelsea, statistik itu sedikit membaik menjadi 34,6% dengan catatan 9 kali menang, tujuh kali imbang, dan 10 kali kalah.
Sementara Tuchel, satu-satunya catatan buruk terjadi saat menangani Mainz 05 di Bundesliga Jerman. Dari periode 2009 sampai 2014, ia membukukan rekor kemenangan 39,1%, pun masih lebih baik dari statistik Potter.
Statistik menang-kalah Tuchel melesat ketika ia ditunjuk menangani Dortmund pada 29 Juni 2015. Total selama tiga tahun melatih Dortmund, ia memimpin 107 laga dengan rekor 67 kali menang, 23 kali imbang, dan 17 kali kalah atau 62,6% persentase kemenangannya. Sangat impresif bukan?
Di PSG, statistik nya semakin membaik. Ia punya catatan 74,3% kemenangan ketika melatih Neymar dkk di Liga Prancis. Rekornya, 104 kali menang, 16 kali imbang, dan 20 kali kalah.
Karena itu, melihat Todd Boehly, pemilik anyar Chelsea sangat bernafsu mendatangkan Potter sebagai juru taktik baru The Blues, bikin kita terheran-heran. Ia rela merogoh kocek sebesar 21 juta poundsterling untuk membayar kompensasi kepada Brighton and Hove Albion agar bisa memboyong Potter bersama seluruh staf teknisnya.
Todd Boehly ketika itu mengatakan jika Graham Potter sesuai dengan visi misi klub dan ia siap membantu pelatih berusia 47 tahun tersebut untuk bersinar di Stamford Bridge.
“Kami sangat senang bisa membawa Graham ke Chelsea,” kata presiden Todd Boehly dalam sebuah pernyataan di situs resmi Chelsea.
“Dia adalah pelatih yang terbukti dan inovator di Liga Inggris yang sesuai dengan visi kami untuk Chelsea. Tidak hanya dia sangat berbakat di lapangan, dia memiliki keterampilan dan kemampuan yang akan membuat Chelsea menjadi klub yang lebih sukses."
“Dia memiliki dampak besar di klub sebelumnya dan kami menantikan dampak positifnya di Chelsea. Kami berharap dapat mendukungnya, tim pelatihnya, dan skuatnya dalam mewujudkan potensi penuh mereka dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.”
Dari pernyataan Boehly tadi, jelas bahwa ia ‘hanya’ melihat karier Potter bersama Brighton. Ia sama sekali tidak mempertimbangkan tantangan besar melatih klub sekelas Chelsea yang dipenuhi banyak pemain bintang, berbeda jauh dengan klub sekelas Brighton.
Oke masih ada faktor potensi dalam diri Potter. Tapi apakah tidak terlalu riskan memilih pelatih hanya berdasarkan potensi, tapi tidak punya sama sekali pengalaman meraih trofi atau melatih klub besar? Bahkan klub sebesar Real Madrid saja tidak berani mengontrak pelatih yang tidak punya pengalaman melatih tim besar sebelumnya.
Berkaca dari Kesuksesan Los Galacticos
Dalam dunia sepak bola, klub-klub besar selalu berinvestasi demi meraih prestasi, tak terkecuali Chelsea. Meski tak melulu mengangkat trofi, tapi Chelsea beberapa kali merasakan buah investasinya mendatangkan pemain-pemain top dengan beberapa gelar bergengsi.
Salah satu klub yang sukses menggelontorkan banyak uang demi meraih kesuksesan adalah Real Madrid, khususnya di era Los Galacticos nya Presiden Florentino Perez. Di periode pertamanya, Los Galacticos-nya Perez berisi nama-nama beken seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, David Beckham, Ronaldo, Michael Owen, dan Robinho.
Los Galacticos ketika itu berhasil meraih dua trofi Piala Spanyol dan trofi kesembilan Liga Champions. Pada periode kedua kepemimpinannya, Perez Kembali memakai stategi membuat Los Galacticos di timnya. Ia membeli Kaka dari AC Milan, Cristiano Ronaldo dari Manchester United, Raul Albiol dari Valencia, Karim Benzema dari Lyon, Xabi Alonso dari Liverpool, dan Arvalo Arbeloa dari Liverpool.
Tak cukup sampai di situ, selama tiga tahun berikutnya, beberapa pemain top Kembali ia datangkan ke Santiago Bernabeu. Ada wonderkid Jerman, Mesut Ozil, juga Angel di Maria, di mana kedua pemain itu bersinar di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Real Madrid berhasil mematahkan dominasi Barcelona dengan meraih trofi Copa Del Rey tahun 2011, kemudian gelar La Liga tahun 2012 dengan memecahkan rekor meraih 100 poin.
Tahun-tahun berikutnya, kebijakan membangun Los Galacticos terus dilakukan Perez. 2013, ia memboyong pemain muda berbakat yang digadang-gadang jadi penerus Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dari Tottenham Hotspur, dengan biaya yang memecahkan rekor dunia kala itu, 86 juta poundsterling. Dua pemain muda berbakat Spanyol, Isco dan Asier Illarramendi, juga menghiasi bursa transfer Madrid saat itu.
Hasilnya, dua trofi berhasil digondol El Real. Yang pertama Copa del Rey, dan gelar kesepuluh di Liga Champions. Tidak sia-sia bukan?
Madrid di era Perez memang bergelimang trofi berkat kebijakan transfer nya yang jor-joran. Selama musim panas 2014, Perez lagi-lagi royal di bursa transfer dengan membeli James Rodriguez, Toni Kroos, dan Keylor Navas. Di bawah pelatih anyar, Zinedine Zidane, pamor Madrid sebagai tim tersukses di daratan Eropa semakin berkilau.
Mereka berhasil meraih trofi Liga Champions tiga kali berturut-turut pada tahun 2015-16, 2016-17, dan 2017-18, rekor yang belum pernah dilakukan sejak Bayern Muenchen meraih gelar ketiga beruntunnya pada tahun 1975-76 silam.
Kesuksesan Los Galacticos era Perez ditutup dengan gelar ke-34 La Liga pada musim 2019-20 yang merupakan gelar kelima Perez di Liga Spanyol, atau kedua di era Zidane. Musim 2021-22, Madrid meraih gelar keenam La Liga dan titel keenam Liga Champions di bawah kepemimpinan Perez, menyamai catatan yang diraih oleh legenda Madrid, Santiago Berbabeu.
Pembelian Gila-gilaan Chelsea di Era Potter
Graham Potter sepertinya terinspirasi oleh kesuksesan Real Madrid. Ia juga melakukan hal yang sama, membeli banyak sekali pemain berharga mahal ke Chelsea. Di bursa transfer musim ini, Potter memboyong tak kurang dari 16 pemain.
Dilansir dari Transfermarkt.com, pemain termahal adalah Enzo Fernandez yang dibeli dari Benfica seharga 121 juta euro. Disusul Wesley Fofana dari Leicester (80,40 juta euro), Mykhaylo Mudryk dari Shakhtar (70 juta euro) dan Marc Cucurella dari mantan klubnya sendiri (Brighton) seharga 65,5 juta euro.
Total ia menghabiskan dana 611, 49 juta euro atau sekitar Rp93 trilun di bursa tranfer, jumlah yang sangat fantastis.
Berikut daftar belanja Chelsea di musim ini:
Enzo Fernandez (Benfica) : 121 juta euro
Wesley Fofana (Leicester) : 80,40 juta euro
Mykhaylo Mudryk (Shakhtar) : 70 juta euro
Marc Cucurella (Brighton) : 65,30 juta euro
Raheem Sterling (Manchester City): 56,20 juta euro
Benoit Badiashile (Monaco) : 38 juta euro
Kalidou Koulibaly (Napoli) : 38 juta euro
Noni Madueke (PSV) : 35 juta euro
Malo Gusto (Lyon) : 30 juta euro
Carney Chukwuemeka (Villa) : 18 juta euro
Andrey Santos (Vasco da Gama) : 12,5 juta euro
David Fofana (Molde) : 12 juta euro
Pierre-Emerick Aubameyang (Barca): 12 juta euro
Joao Felix (Atletico) : 11 juta euro (pinjam)
Gabriel Slonina (Chicago) : 9,09 juta euro
Denis Zakaria (Juventus) : 3 juta euro (pinjam)
Belanja jor-joran yang dilakukan Potter musim ini ternyata tak berbanding lurus dengan performa Chelsea di atas lapangan. Potter hanya mampu membukukan sembilan kemenangan dari total 27 laga yang ia lakoni.
Mereka terseok-seok di papan tengah klasemen Liga Premier Inggris dan terancam tersingkir di Liga Champions setelah takluk 0-1 di leg pertama lawan Borossia Dortmund.
Graham Potter kini tercatat sebagai manajer terburuk Chelsea di era Premier League. The Sun menyebut, rasio kemenangannya di Liga Inggris menjadi yang paling rendah sejak era Premier League dimulai.
Di era Liga Premier Inggris sendiri, Chelsea sudah merekrut 19 manajer. Dan Potter punya rasio kemenangan terendah sejauh ini.
Pria berusia 47 tahun itu sudah memimpin Chelsea bertanding sebanyak 18 laga. Baru lima kemenangan ia berikan, dengan sisanya 6 kali imbang dan 7 kali kalah. Rasio kemenangannya cuma 27,8 persen.
Catatan Potter lebih rendah dari Ian Potterfield, yang punya rasio kemenangan 31 persen dari 29 laga, dengan rincian 9 kali menang dan menelan hasil seri dan kalah masing-masing 10 kali.
Tuntutan Fans: Segera Pecat Potter
Rentetan hasil buruk Chelsea di tangan Graham Potter membuat fans murka. Salah satu fans setia Chelsea dari Indonesia, Edwin Cokelat menilai sudah seharusnya Graham Potter dipecat.
“Potter adalah manajer terburuk dalam sejarah Chelsea. Dia tidak berpengalaman memanajeri sebuah tim besar, dengan materi pemain yang bergelimang pemain bintang dan kayaknya dia juga tidak bisa menguasai ruang ganti,” kata Edwin kepada caritau.com, Kamis (2/3/2023).
Dengan semua rekor negatif yang diraih Potter, gitaris band Coklat itu mengaku heran kenapa pemilik Chelsea, Todd Boehly tidak segera memecatnya. Karena itu, menurut Edwin, Boehly juga punya peranan atas terpuruknya Chelsea musim ini.
“Heran juga Todd Boehly masih memberi kesempatan. Padahal dengan semua rekor buruk, termasuk Chelsea hanya bisa mencetak satu gol di bulan Februari ini, Potter harusnya sudah dipecat,” imbuhnya.
Kekesalannya kepada Boehly semakin menjadi. Pria yang bernama lengkap Edwin Marshal Syarif itu menilai salah satu konglomerat asal Amerika Serikat itu tidak mengerti sepak bola Inggris. Tak heran Chelsea dibawa Boehly terpuruk sampai seperti ini.
“Boehly gak tau sepak bola, bukan fans berat bola seperti Abramovich. Salah satu pemegang keputusan transfer kan sekarang Todd Boehly. Maksud gw kan, lu yang belom ngerti-ngerti amat sepak bola, main ganti-ganti pelatih, terus asal beli pemain, itu konyol sih,” kata Edwin kesal.
Ketika ditanya siapa pengganti yang tepat jika Graham Potter dipecat, Edwin dengan singkat menjawab, Jose Mourinho. Menurutnya, hanya pelatih keras dan punya kaliber seperti Mourinho yang bisa menyelamatkan Chelsea saat ini.
“Gua fans nya Mourinho, berharap dia balik lagi walaupun berat. Harus selevel itu. Atau ada Pochetino dan Zinedine Zidane. Tapi menurut gua, kalau gak Mourinho ya Antonio Conte. Alasannya adalah karena mereka adalah pelatih yang keras, gila Graham Potter gak ada keras-kerasnya gitu,” pungkas Edwin.
Hingga artikel ini diturunkan, posisi Graham Potter di Chelsea masih aman. Tidak ada desas-desus dirinya bakalan dipecat dari kursi pelatih The Blues. Mungkin Boehly baru bergeming jika hasil dua laga berikutnya berakhir dengan kekalahan. Pertama Chelsea akan menjamu Leeds United di Liga Premier Inggris (4/3) disusul dengan laga hidup mati melawan Borossia Dortmund di Liga Champions (8/3). Jika Chelsea kalah, tapi Potter juga masih belum dipecat, berarti biang keroknya sudah pasti…Todd Boehly! (DIM)
Baca Juga: Demi Klopp, Liverpool Siap Mati-matian Menangkan Final Piala Liga
graham potter dicela fans dibela boehly chelsea semakin frustasi chelsea the blues terpuruk pecat graham potter
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...