CARITAU MAKASSAR - Fenomena hujan es terjadi di Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Senin (14/11/2023).
Fenomena hujan es itu pun viral di berbagai platform media sosial (Medsos).
Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Sulsel Hari Ini: Hujan Intensitas Ringan Hingga Sedang
Terlihat dalam video yang beredar, beberapa warga yang tengah beraktivitas di luar rumah melihat dan merasakan hujan es tersebut, membuat mereka berkumpul dan berbincang-bincang mengenai kejadian tak biasa ini.
Menanggapi hal itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah IV Makassar Hanafi Hamzah mengatakan, fenomena hujan wa itu terjadi karena awan tumbuh secara vertikal, yang terjadi di wilayah Pattalassang itu karena adanya awan kumulonimbus.
"Tadi yang kita lihat, kalau saya lihat dari gambar setelit namanya awan kumolonimbus," ungkapnya.
Hanafi mengatakan, awan tersebut tumbuh secara vertikal. Adapun ketinggiannya bisa mencapai 11 km.
"Dari puncaknya saja kelihatan di atas, pressing level istilahnya, di atas titik nol derajat lebih dingin dari batasnya tersebut," tuturnya.
Ia menambahkan, pada sel awan itu terdapat arus udara kacau, turbolensi ada yang naik, turun, mendatar dan sebagainya.
"Arus udara kacau ini dari puncak ke bawah turun, bagian dari awan itu ada yang turun ada yang naik," ucapnya.
Dibeberkan Hanafi, massa pembentukan awan ada tiga, ada berupa cair, gas, dan padat.
"Padat itu ada di puncaknya, di atas pressing level. Jadi pada saat terjadi gerakan turun yang sangat kuat belum sempat berubah wujud menjadi cair sudah sampai ke permukaan bumi," ungkapnya.
Dituturkan Hanafi, hujan es sejatinya merupakan hal yang biasa terjadi.
"Awal-awal hujan, yang seperti ini umumnya bisa terjadi di mana saja," imbuhnya.
Hanafi menyebut, hujan es bisa disebut kondisi cuaca ekstrem. Alasannya, karena pada saat terjadi arus angin kecepatannya di dalam sel awan bisa lebih dari 35 km perjam.
"Tapi ini tidak berlangsung lama, hanya paling lima menit selesai. Jadi hal yang seperti ini pada saat awal atau peralihan dari kemarau ke musim hujan adalah lumrah terjadi," tukasnya.
Yang perlu diantisipasi, kata dia, dampaknya bermacam-macam, dari segi ketahanan tubuh, hingga kondisi lingkungan.
"Paling saya soroti adalah kondisi lingkungan. Kalau ada pohon dengan dahan yang begitu rindang, pada kondisi sekarang itu dimohon untuk diamankan. Diamankan bukan berarti ditebang, dipangkas," tandasnya.
"Jadi tidak menghalangi arus angin yang sementara bertiup. Jadi kita bisa meminimalisir peluang terjadinya pohon tumbang. Karena begitu rapuh, rindang, itu sering sekali terjadi," kuncinya. (KEK)
Baca Juga: Cuaca di Makassar dan Sekitarnya Berawan Sepanjang Hari
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024