CARITAU SURABAYA – Dosen Ekonomi Islam Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Lina Nugraha Rani mengatakan mata uang emas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan uang fiat. Secara fisik, emas tidak mudah hancur serta mampu bertahan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
“Emas memiliki nilai intrinsik, terbukti memiliki tingkat harga yang stabil dari tahun ke tahun, mampu menjadi pelindung nilai ketika inflasi, dan pelindung aset ketika terjadi ketidakpastian perekonomian," kata Lina dalam keterangannya di Surabaya, Kamis (30/5/2023).
Pernyataan tersebut dikemukakannya menanggapi banyak usulan penggantian mata uang konvensional dengan emas di tengah fluktuasi nilai mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi global saat ini.
Gagasan itu menarik perhatian banyak orang karena emas dianggap memiliki nilai intrinsik yang stabil. Namun, langkah tersebut juga menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai kelayakan dan dampaknya terhadap perekonomian modern.
Lina mengutip sejarah penggunaan emas yang merujuk pada penelitian tentang penggunaan dinar dan dirham dalam perdagangan Arab sebelum masa Islam. Emas dan perak telah menjadi bagian integral dari sistem ekonomi sejak zaman dahulu, dengan nilai yang ditentukan oleh beratnya bukan hanya nominalnya.
Namun, penggunaan uang fiat yang lebih mudah dicetak dan dianggap lebih praktis telah menggantikan peran emas dalam sistem keuangan modern.
"Sebelum kemunculan Islam, emas dan perak telah digunakan oleh bangsa Lydia sejak tahun 570-546 SM sebagai alat tukar. Praktik ini diikuti oleh bangsa Yahudi dan Yunani, dan kemudian oleh bangsa Romawi dengan uang emas Denarius," katanya.
Lina menilai penggunaan mata uang emas memiliki peluang dalam memberikan solusi atas permasalahan inflasi yang disebabkan oleh penggunaan uang fiat. Namun, penerapan uang berbasis emas memerlukan upaya yang cukup tinggi dan tantangan besar, terutama jika tidak semua negara menggunakannya.
Menurut Lina, meskipun emas memiliki banyak keunggulan, penerapan kembali standar emas dalam perekonomian global saat ini memerlukan persiapan yang sangat tinggi.
"Ini merupakan tantangan besar bagi sebuah negara dan bank sentral. Semua negara harus menerapkan sistem dinar emas secara bersamaan untuk mendapatkan manfaat optimal. Jika hanya satu negara yang menerapkannya, sistem tersebut tidak akan efektif," ungkapnya. (HAP)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024