CARITAU JAKARTA - Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) yang digunakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) banyak dikeluhkan. Dari hasil pantauan di sejumlah platform pada 14 hingga 16 Februari, Sirekap mendapatkan sentimen negatif cukup tinggi.
Untuk Twitter misalnya, memiliki sentimen negatif terhadap Sirekap 85 persen, netral 9 persen, positif 7 persen; TikTok punya sentimen negatif 70 persen, sentimen positif 13 persen, dan netral 16 persen; YouTube punya 90 persen negatif, dan 10 persen positif, tanpa ada yang netral.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan, netizen mengkritik Sirekap karena adanya kesalahan dalam konversi data antara formulir C hasil perolehan suara dengan Sirekap. Hal ini mengakibatkan ketidaksesuaian data yang ditampilkan.
"Netizen menganggap bahwa aplikasi Sirekap tidak sebaik aplikasi lain seperti PINJOL (Pinjam Online). Mereka merasa bahwa Sirekap kalah bagus dalam hal fungsionalitas dan kehandalan," ujar Ismail Fahmi dalam akun twitternya, dikutip Jum'at (16/2/2024).
Tidak hanya itu, dia juga menyoroti ketidaksesuaian data yang ditampilkan Sirekap. Menurutnya, netizen menyoroti adanya ketidaksesuaian antara data C1 asli dengan data yang ditampilkan di Sirekap. Angka suara paslon tertentu terkadang berubah secara drastis di Sirekap, yang menimbulkan kecurigaan terhadap integritas data.
"Netizen menduga adanya unsur kesengajaan dalam perubahan data di Sirekap untuk memenangkan paslon tertentu. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap legitimasi penyelenggaraan pemilu," tegasnya.
Banyaknya kritik terhadap Sirekap, ungkapnya, netizen juga menyalahkan KPU sebagai penyelenggara pemilu karena kesalahan dalam konversi data dan ketidaksesuaian data di Sirekap. Mereka merasa bahwa KPU tidak kompeten dalam mengelola data pemilu.
"Netizen merasa bahwa Sirekap tidak transparan dalam menampilkan data pemilu. Mereka merasa bahwa data yang ditampilkan tidak valid dan tidak dapat dipercaya," tegasnya.
Netizen juga mengkritik integritas data DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan hasil OCR (Optical Character Recognition) di Sirekap. Mereka merasa bahwa data yang ditampilkan tidak sesuai dengan data asli yang diunggah ke Sirekap.
Menurutnya, netizen mengkhawatirkan keamanan aplikasi Sirekap. Beberapa netizen bahkan menyebut adanya potensi backdoor dan celah keamanan dalam aplikasi tersebut.
"Beberapa netizen mungkin memiliki pengalaman pribadi yang buruk dengan Sirekap, seperti data yang dikunci oleh KPU untuk menjegal seseorang. Hal ini membuat mereka merespon negatif terhadap Sirekap secara keseluruhan," jelasnya.
Sirekap merupakan aplikasi untuk mendokumentasikan formulir hasil penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS) untuk kemudian meneruskannya ke jenjang rekapitulasi berikutnya. (DID)
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...