CARITAU JAKARTA - Pengamat politik Citra Institute, Efriza menyoroti soal semakin kencangnya desakan kegiatan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di internal Partai Golkar yang masif berhembus di dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Rafael Alun Didakwa Terima Gratifikasi Rp16,6 Miliar oleh JPU KPK
Adapun munculnya desakan Munaslub tersebut disinyalir sebagai buntut kasus dugaan korupsi pemberian izin ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang telah melibatkan nama Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto.
Desakan Munaslub tersebut muncul ke permukaan sebagai bentuk representasi sikap sejumlah kader dalam rangka menuntut sosok Airlangga Hartarto mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Efriza menilai, desakan Munaslub itu telah membuat kondisi Airlangga tak tenang lantaran harus menghadapi situasi penting yakni mengikuti tahapan kasus dugaan korupsi izin minyak mentah dan merespon soal isu tersebut.
Efriza mengungkapkan, kondisi itu diperparah dengan meluasnya desakan Munaslub Partai Golkar yang ditandai dengan munculnya kritik pedas dari Dewan Pakar Partai Golkar terhadap Airlangga mengenai kasus yang menyeret namanya tersebut.
"Airlangga tak bisa tenang, karena sudah ada aktor-aktor yang siap dari Bahlil, LBP, juga memungkinkan Bamsoet. Dewan pakar juga mulai mempertanyakan Airlangga yang diduga ada "noda" terkait kasus hukum yang diduga menyeret namanya," kata Efriza kepada caritau.com, Minggu (30/07/2023).
Disisi lain, menurut Efriza, ditengah isu desakan Munaslub itu, Partai Golkar juga telah memiliki sejumlah tokoh-tokoh yang ditengarai memiliki pengalaman politik yang cukup mumpuni untuk menggantikan Airlangga di kursi Ketum Golkar.
Efriza menerangkan, sejumlah tokoh politik itu ditengarai dapat memperkuat sinyal desakan mundurnya Airlangga dari kursi Ketua Umum Golkar.
Disisi lain, tuntutan desakan Munaslub itu juga disinyalir sebagai bentuk kekhawatiran para kader terhadap merosotnya elektabilitas Golkar buntut dari mencuatnya kasus dugaan korupsi tersebut.
"Jadi ini artinya aktor sudah ada, isu itu tidak lagi tunggal seperti kekhawatiran merosotnya potensi suara dan kursi Golkar. Isu dapat terjadinya Munaslub sudah mulai digulirkan, Airlangga terindikasi tidak bersih. Maka di internal akan semakin besar desakan Golkar untuk Munaslub," ungkap Efriza.
Efriza menambahkan, kondisi Airlangga saat ini kemungkinan semakin terjepit lantaran Presiden Jokowi sebelumnya menyatakan tak ingin ikut campur perihal mencuatnya isu Munaslub di internal Partai Golkar tersebut. Dengan begitu, Airlangga dalam kondisi semakin sulit untuk menghindar dari desakan Munaslub di internal partainya.
"Jadi dengan ditambahnya posisi Presiden tidak cawe-cawe di Pilpres, ini urusan internal, begitu pernyataan presiden. Maka Airlangga makin terjepit. Jadi Airlangga tidak dapat meminta perlindungan kepada Presiden," tandas Efriza. (GIB/IRN)
Baca Juga: Pengamat Nilai Golkar Lebih Pas Berkoalisi dengan Gerindra Dibading PDIP, Ini Alasannya
airlangga hartarto golkar partai golkar munaslub partai golkar munaslub golkar korupsi dugaan korupsi
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...