CARITAU JAKARTA - Masjid Al Riyadh Kwitang merupakan salah satu masjid tertua di Jakarta dan berperan penting dalam penyebaran Islam.
Masjid ini didirikan oleh Habib Ali bin Abdurahman pada tahun 1911. Sebelumnya, masjid ini masih berupa surau. Awalnya nama masjid tersebut adalah Masjid Al Makmur, namun kemudian masjid tersebut dibangun kembali dengan inisiatif dari tokoh di Kwitang pada tahun 1938.
Baca Juga: Jika Anies Gagal Tiket Capres 2024
Saat direnovasi ketiga kalinya pada tahun 1963, Presiden Soekarno berjanji untuk memberikan nama baru untuk masjid yang dikenal dengan nama Masjid Kwitang ini. Akan tetapi, situasi politik saat itu kurang memungkinkan.
Awal mula perkembangannya pun tak lepas dari peran Habib Ali Alhabsyi bin Abdurrahman Alhabsyi atau yang sering dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam syiar agama Islam di Jakarta.
Pengelola Masjid Al-Riyadh, Ustaz Rofiq menerangkan, di lokasi inilah, Habib Ali mendidik murid-muridnya. Menurut Rofiq, banyak murid Habib Ali yang juga menjadi ulama terkenal dan berperan besar dalam berdakwah, seperti KH Abdullah Syafii, KH Tohir Rohili, dan banyak lainnya.
Rofiq menerangkan, pada awalnya, rumah ibadah ini bernama Khuwatul Ummah, sebab pada mulanya bangunan ini difungsikan sebagai tempat berkumpulnya umat Islam. "Namanya Khuwatul Ummah. Jadi Khuwatul Ummah itu artinya tempat berkumpulnya umat," kata Rofiq.
Beberapa tahun berselang, namanya diubah menjadi Masjid Al-Riyadh yang berarti Taman Surga. Rofiq bercerita, masjid ini juga berperan dalam menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan RI.
Jika ditilik dari arsiteturnya, masjid ini tidak memiliki halaman luas seperti tempat ibadah bersejarah lainnya. Kendati demikian, tempat ibadah tersebut tetap mempunyai sejumlah keunikan.
Salah satunya dari sisi arsitektur. Masjid Al-Riyadh dirancang dengan arsitektur yang cukup megah. Dari luar, tampak masjid dicat dengan warna putih yang mendominasi.
Dari depan gerbang utama, tampak bedug yang masih digunakan sebagai penanda waktu sebelum adzan. Bangunannya sendiri memiliki dua lantai. Lantai pertama dimanfaatkan sebagai tempat untuk shalat.
Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai tempat belajar atau madrasah di lantai. Lokasinya berada di lantai kedua yang berbentu seperti mezanin.
Namun untuk acara-acara tertentu, seperti shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, dan shalat Jumat, lantai kedua masjid juga digunakan untuk beribadah. Keunikan lain dari masjid ini adalah mimbar kayu yang menjadi tempat khatib menyampaikan ceramah.
Bagian luar mimbar terdapat ukiran dan beberapa anak tangga. Selain itu, ketika memasuki masjid, jemaah juga akan disambut dengan pemandangan lampu gantung. Pada malam hari, ketika seluruh lampu dihidupkan, lampu gantung tersebut menjadi salah satu pemandangan menarik di dalam masjid.
Habib Ali wafat pada tahun 1968 dalam usia 102 tahun. Atas anjuran pemerintah saat itu dan untuk menghormati beliau atas jasa-jasanya, ia dimakamkan di kompleks masjid. Habib Muhammad yang menggantikannya juga kemudian dimakamkan disana.
Hingga kini kedua makam pendiri masjid dan penyebar agama Islam di DKI Jakarta tersebut masih sering dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh Indonesia. Para peziarah tidak henti-hentinya memanjatkan doa setiap berziarah ke kedua makam tersebut. (CARITAU - MUNNZIR)
Baca Juga: Berikut Prakiraan Cuaca Indonesia di Hari Lebaran Idul Fitri, Sabtu 22 April 2023
caritau ramadhan masjid al riyadh kwitang. proklamsi jakarta
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...