CARITAU BOGOR – Edisi Ciamis (Caritau Cerita Mistis) kali ini menghadirkan kisah mistis di Goa Langkop. Goa itu dikenal mistis karena dipercaya dijaga oleh makhluk astral berbentuk sepasang kalajengking dan harimau. Berbagai cerita mistis sering terjadi di goa ini.
Goa Langkop terletak di Kampung Tapos Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Butuh waktu satu jam untuk menuju Goa Langkop dengan berjalan kaki menyusuri bukit sepanjang 4 km dari kaki bukit.
Baca Juga: Aktivitas Gempa Meningkat, PVMBG Jelaskan Status Gunung Salak Masih Normal
Situs Goa Langkop merupakan temuan arkeologi yang sudah tercatat pada Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Serang, sehingga situs ini dilindungi, dipelihara dan dibina menurut ketentuan Undang-Undang No. 5 tahun 1993 dan sekarang telah masuk dalam daftar Inventaris dari berbagai benda Cagar Budaya yang dilindungi.
Menurut Juru Pelihara (Jupel) Situs Goa Langkop, Abah Jaja (60), di komplek Situs Goa Langkop terdapat tempat kabuyutan, selain dipercaya sebagai petilasan tempat moksanya Prabu Siliwangi, juga tempat bersemayamnya dan petilasan Syekh Sahadat Sakti, Eyang Jagaraksa, Prabu Sakti dan Raden Purbakawasa dan Presiden RI pertama Soekarno.
Konon, kabuyutan itu berdiri sebelum masa Prabu Siliwangi. Di masa penghujung peralihan kekuasaan, di saat Prabu Siliwangi dikejar-kejar putranya yang bernama Raden Kiansantang, tempat kabuyutan itu dipilihnya untuk berlindung dan bertapa selama 40 hari.
Namun, prosesi bersemedinya baru 21 hari sudah mendapat wangsit, bahwa keberadaannya telah tercium oleh Raden Kiansantang dan pasukannya mulai mendekat. Prabu Siliwangi pun bangun dari pertapaannya di atas batu menhir, lalu mendekat ke mulut Goa Langkop.
“Sebelum moksa, tak jauh dari samping mulut Goa, Prabu Siliwangi sempat menancapkan batu lingga. Lalu masuk ke Goa Langkop dan menghilang,” kata Abah Jaja.
Abah Jaja menambahkan, bongkahan batu posisinya masih utuh tanpa direkayasa. Hanya dijaga dan dibersihkan oleh orang tua dahulu secara turun temurun. Untuk mengenang dan menghormati kabuyutan, warga setempat tiap 10 Muharam melaksanakan ritual doa bersama dengan sedekahan potong hewan (kambing atau kerbau).
“Lama lama, diketahui para pengunjung dari luar daerah, hingga banyak yang ikut serta dalam ritual sedekah 10 Muharaman. Mereka dari berbagai kalangan,” pungkas Abah Jaja. (CARITAU - MUNZIR)
Baca Juga: Dampak Gempa Bumi di Sukabumi
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...