CARITAU JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini akan adanya cuaca buruk dalam rentang waktu 9-15 Oktober 2022.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprediksikan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode seminggu ke depan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Potensinya bahkan mungkin meningkat dibandingkan sepekan sebelumnya yakni 2-8 Oktober.
Baca Juga: Ini Sejumlah Pesisir yang Rawan Banjir Rob Saat Libur Lebaran 2024
Tentunya, cuaca buruk dapat memicu sejumlah bencana hidrometrologi seperti banjir, tanah longsor hingga angin kencang.
Selain potensi hujan lebat, BMKG juga memperingatkan dua kondisi lainnya. Pertama, sejumlah perairan di Indonesia berpotensi gelombang tinggi pada tanggal 8-14 Oktober 2022.
"Kategori tinggi gelombang perairan Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, perairan Bali hingga Sumba," kata Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG Pusat.
Kedua, potensi pertumbuhan awan comulonimbus (CB) di wilayah Indonesia. Hal tersebut bakal menghambat aktivitas penerbangan maupun aktivitas yang lain.
Dengan rincian, Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL / Occasional) selama 7 hari kedepan diprediksi terjadi di: Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatra, Sebagian kecil Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua.
Lalu berpotensi juga di sebagian besar Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut anda, Laut Aru, Samudra Pasifik Utara Pulau Papua.
"Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ / Frequent) selama 7 hari kedepan diprediksi terjadi di: Laut Cina Selatan," sambung Dwikorita.
Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk melakukan persiapan menghadapi kemungkinan cuaca buruk tersebut.
"Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan. Selanjutnya melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng, atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif," terang dia.
Selanjutnya, Dwikorita meminta setiap jalan atau tempat memperhatikan kondisi pohon, yakni dengan melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
Kemudian Pemerintah Daerah (Pemda) mesti melakukan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat dalam menghadapi bencana dan cuaca.
"Pemda mesti lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG," tutup dia. (RMA)
Baca Juga: Sulsel Bakal Diguyur Hujan Hari Ini
Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap I Sudah 35%
Budi Daya Ikan di Tepian Sungai
GWK Bali Tutup Sementara, Buka Kembali 20 Mei
Keseleo hingga Uratnya Sobek Tak Bisa Sembuh Hanya...
Polda Sumut Temukan Ladang Ganja Lima Hektare Berk...