CARITAU JAKARTA - Perayaan Imlek atau yang biasa disebut sebagai Tahun Baru Cina jatuh pada Minggu, 22 Januari 2023 mendatang. Tapi, tahukah anda kalau perayaan Imlek ini berasal dari 3.500 tahun silam.
Dikutip dari berbagai literasi, tradisi ini bermula dari Dinasti Shang (1600-1046 SM). Pada pada saat itu, masyarakat mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa, dan leluhur di awal atau akhir setiap tahun.
Dalam perjalanannya, perayaan Imlek lantas berkembang menjadi salah satu bentuk bersyukur dari masyarakat Tionghoa jelang menyambut tahun baru. Tradisi Imlek ini sendiri dilakukan secara turun temurun, dan berbeda di setiap daerah serta negara.
Dilansir dari China Highlight, Imlek juga saat ini dianggap sebagai salah satu festival tradisional paling penting di Tiongkok. Perayaan ini menandakan awal musim semi, dan awal tahun baru berdasarkan kalender lunar.
Pentingnya Tahun Baru Imlek salah satunya adalah sebagai momen dan kesempatan bagi keluarga untuk bersatu kembali dan menghabiskan waktu bersama.
Imlek sendiri berasal dari bahasa Hokkien yang umum digunakan di kalangan Tiongkok. Arti dari ‘imlek’ adalah ‘kalender bulan’. Maka dari itu, Tahun Baru Imlek juga dapat diartikan sebagai tahun baru yang dihitung berdasarkan kalender bulan.
Baca Juga: Hari Raya Imlek segera Tiba, Ternyata Ini Makna Lilin Merah yang Selalu Hadir di Vihara
Berdasarkan perhitungan kalender bulan, para petani butuh 29,5 hari untuk menunggu pergantian bulan baru, dan 12 putaran bulan membutuhkan 354 hari. Dalam setiap pergantian tahun, akan ada pula pergantian menuju musim semi, dan itu merupakan waktu bagi petani untuk bercocok tanam.
Dalam merayakan Imlek, terdapat sejumlah tradisi yang dihidupkan oleh masyarakat Tionghoa saat merayakan Imlek. Dari mulai mendekorasi rumah, tradisi kuliner, hingga memberikan angpao.
Baca juga: Mengenal Makna Kelinci Air pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2023
Merah Sebagai Warna Keberuntungan
Mendekorasi rumah menjelang perayaan Imlek ini mungkin jadi salah satu hal yang paling sering kita lihat. Imlek identik dengan warna merah, sehingga masyarakat yang merayakan dianjurkan untuk menghias seluruh rumah dengan dekorasi khas warna merah.
Dari mulai pintu hingga beberapa bagian rumah akan dicat ulang agar lebih indah, serta dihias dengan berbagai macam kertas bertulis kalimat atau kata bijak.
Warna merah sangat mendominasi perayaan Imlek. Hal tersebut dikarenakan warna merah memang dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kesejahteraan. Selain itu, warna merah diyakini punya kekuatan untuk mengusir Nian atau mahluk buas yang hidup di dasar laut serta gunung. Nian konon keluar saat musim semi atau saat tahun baru tiba.
Tradisi Kuliner
Selain mendekor bagian rumah dengan segala pernak pernik Imlek, sajian makanan atau ragam kuliner khas menjadi bagian dari perayaan Imlek. Kita mungkin familier dengan Siu Mie (mie panjang, Kue Keranjang atau di beberapa daerah disebut dengan dodol imlek, kemudian, Manisan, Jeruk Mandarin, hingga telur yang direbus dengan teh dan masih banyak lagi.
Namun, ada yang menarik dari kebiasaan menyantap penganan masyarakat Tionghoa saat imlek. Jika biasa bubur adalah salah satu jenis makanan kerap disantap sebagai sarapan. Namun, memakan bubur hari Imlek rupanya dianggap sebagai hal yang tabu.
Sebagian masyarakat Tionghoa menilai bubur merupakan simbol kemiskinan. Menurut keyakinan mereka, memakan bubur saat tahun baru Imlek akan membuat keberuntungan menjauh dan berganti menjadi kesialan.
Alih-alih bubur, orang keturunan Tionghoa umumnya bakal menyajikan makanan yang menjadi simbol hoki, kesejahteraan, dan keharmonisan keluarga seperti kue keranjang, jeruk santang atau mandarin, hingga mie goreng.
Selain bubur, masyarakat Tionghoa di Indonesia juga pantang mengonsumsi durian dan salak saat Imlek. Buah-buahan dengan kulit kasar berduri ini nyaris tak pernah disajikan saat Imlek karena dianggap tabu serta merepresentasikan kehidupan yang sulit.
Kulit buah tajam konon melambangkan kesialan, ketidakharmonisan, dan pertengkaran, sehingga tidak pernah disajikan saat Imlek. Sebagai gantinya saat Imlek, masyarakat Tionghoa akan mengonsumsi buj dan sajian yang penuh dengan makna positif.
Memberi Angpao
Angpao atau hongbao adalah amplop berwarna merah yang biasanya berisi uang tunai. Angpao biasanya menjadi salah satu tradisi perayaan Imlek yang diberikan sebagai hadiah untuk menyambut tahun baru Imlek. Angpao memiliki makna pemberian rezeki, di mana warna merah angpau melambangkan kekuatan, kesejahteraan, dan hoki.
Angpao biasanya diberikan oleh anggota yang sudah berkeluarga, sementara yang menerima angpao adalah anak-anak atau orang yang belum menikah. Dalam kepercayaan Tionghoa, uang di dalam angpao tidak boleh mengandung angka 4 karena dianggap membawa sial.
Dalam merayakan hari raya Imlek, kebiasaan serta tradisi yang ada di masyarakat sangat bervariasi di berbagai daerah. Namun, Imlek adalah bentuk perayaan besar yang juga dapat dirasakan oleh siapa saja.
Tak hanya berperan untuk menyatukan, Imlek juga bertujuan untuk mengenang para leluhur serta menguatkan iman di dalam doa bersama demi menapaki kemakmuran menuju tahun baru. Imlek juga bertujuan untuk menghilangkan nasib buruk. (IRN)
Baca Juga: Menyambut Imlek 2024, Tahun Naga Kayu yang Penuh Potensi dan Keberuntungan
imlek 2023 tahun baru imlek 2023 perayaan tahun baru imlek masyarakat tionghoa kelenci air tahun kelinci air
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024