CARITAU MAGELANG – Bank Indonesia (BI) melakukan penguatan stimulus bagi perbankan dalam pertumbuhan penyaluran kredit melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang dinaikkan menjadi 4%, dari sebelumnya 2,8%.
Asisten Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Ina Nurmalia menjelaskan KLM yang diberlakukan per 1 Oktober 2023 tersebut guna mendorong penyaluran kredit perbankan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi dan memberikan daya ungkit pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Masifnya Digitalisasi Keuangan Dorong BI Perkuat Ketahanan Siber Perbankan
“Besaran likuiditas yang diberikan pada insentif sektor-sektor pembiayaan seperti pembiayaan prioritas , pembiyaan inklusif dan pembiayaan hijau yang sebelumya 2,8% dari dana pihak ketiga perbankan sekarang menjadi 4%. Yang terbaru intensif diberikan juga untuk pembiayaan inklusif ultra mikro,” papar Ina saat Capacity Building dan Bincang Media BI Perwakilan Jawa Timur pada Selasa, (14/11).
Ina menyebut BI memperkirakan kredit perbankan pada 2023 tumbuh 9-11%. Dalam implementasi KLM, BI melakukan penajaman sektor-sektor yang didorong untuk mendapatkan insentif likuiditas.
Sektor-sektor prioritas yang mendapatkan penyaluran kredit tersebut meliputi antara lain hilirisasi minerba dan non minerba seperti pertanian, peternakan, dan perikanan, perumahan termasuk perumahan rakyat, pariwisata termasuk perhotelan dan restoran, pembiayaan inklusif (usaha mikro, kecil dan menengah, KUR dan ultra mikro) serta pembiayaan hijau.
“Sektor-sektor tersebut dinilai bisa memberi daya ungkit ekonomi yang besar, memperbaiki struktur ekonomi sekaligus meningkatkan nilai tambah seperti perumahan, pariwisata, juga pembiayaan skala ultra mikro atau UMI,” imbuhnya.
Ina mengatakan dampak likuiditas intensif tersebut realisasi KLM dari sebelumnya Rp108,4 triliun posisi September 2023 naik menjadi Rp136,9 triliun per 6 Oktober 2023.
Asisten Direktur KPw BI Jawa Timur, Siti Rochmawati mengungkapkan perekonomian global sedang tidak baik-baik saja . Perlambatan ekonomi dipengaruhi perang Ukraina Rusia yang disusul agresi militer Israel ke Palestina, harga pangan dan energi dunia naik.
“Kebijakan suku bunga global yang naik membuat perbedaan obligasi jangka pendek dan jangka panjang yang melebar serta berdampak pada aliran dana dari berkembang ke negara-negara maju, sehingga hampir semua mata uang dunia mengalami depresiasi yang sangat signifikan, termasuk rupiah,” kata Wati , panggilan akrab Siti Rochmawati.
Karenanya, lanjut Wati untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah tersebut BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6%
“Saat ini tak hanya pelemahan rupiah, kita juga harus menjaga nilai devisa. Karenanya BI sudah menyiapkan beberapa instrument selain kenaikan suku bunga. Oleh karena itulah BI merasa perlu untuk terus menyosialisasikan kebijakan baru kepada masyarakat,” katanya.
Wati mengatakan peningkatan pemahaman kebijakan BI dalam kegiatan Capacity Building dan Bincang Media Jatim tersebut selain sosialisasi KLM juga sosialisasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) SDA, penerbitan sekuritas BI dan perluasan local currency transactions.(HAP)
Baca Juga: BI Rekomendasikan Tujuh Prioritas Mengakselerasi Perekonomian Jatim 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...