CARITAU JAKARTA - Menghitung jam menuju pergantian tahun 2024, warga Sumedang justru harus melewati malam pergantian tahun dengan suasana kurang menyenangkan. Gempa berkekuatan Magnitudo (M) 4,8 mengguncang Kota Sumedang, Provinsi Jawa Barat tepat pukul 20:34:24 WIB, Minggu (31/12/2023).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merangkum sejumlah analisis yang berkaitan dengan bencana tersebut. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat, pada koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dengan M 4,8 pada kedalaman 5 km.
Sebelumnya, stasiun BMKG pada hari yang sama, mencatat kejadian gempa bumi pada pukul 14:35:34 WIB dengan M 4,1, dan pukul 15:38:10 WIB dengan M 3,4.
Akibat peristiwa gempa, seperti dilansir laman sumedangkab.go.id, sebanyak 1.325 bangunan di 12 kecamatan terdampak. Tak ada korban jiwa, namun 10 orang mengalami luka-luka . Selain itu tercatat 1.603 jiwa harus mengungsi di 10 titik.
“Ada yang mengungsi siang dan juga mengungsi malam. Mereka mengungsi karena takut terjadi gempa susulan. Namun beberapa di antaranya sudah berangsur pulang ke rumah,” kata Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman.
Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, menjelaskan lokasi pusat gempa bumi terletak di daratan wilayah Kabupaten Sumedang. Di mana morfologi daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan dataran hingga dataran bergelombang, lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
"Berdasarkan data Badan Geologi (BG), wilayah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C). Wilayah ini secara umum tersusun oleh Endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau. Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan," ujar Hendra, Senin (1/1/2024).
Hendra melanjutkan, Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Kemudian pada morfologi pada pusat gempa, juga berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan analisa tersebut, PVMBG memprakiraan gempa bumi disebabkan aktivitas sesar aktif, yaitu Sesar Cileunyi-Tanjung Sari, yang merupakan sesar mendatar dan sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dengan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm/tahun.
Lima hari kemudian, perkiraan awal yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya gempa di Sumedang akibat sesar aktif Cileunyi-Tanjungsari terpatahkan oleh temuan terbaru dari Tim Tanggap Darurat Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam temuan baru tersebut, Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menemukan segmen patahan atau sesar baru, yaitu Patahan Cipeles dengan lokasi di Sungai Cipeles, arah segmen patahan ini Barat Daya-Timur Laut relatif ke arah Utara (NNE - SSW). Patahan ini pun diduga menjadi penyebab gempa bumi yang berpusat di daerah Babakan Hurip, Sumedang utara.
"Beberapa jam setelah kejadian gempa di Sumedang, kita bersama Tim Tanggap Darurat Badan Geologi langsung menuju ke lokasi bencana untuk mengambil data kerusakan dan fenomena geologi. Kami melakukan peninjauan dampak kerusakan kemudian mencari bukti-bukti kerusakan seperti retakan-retakan tanah. Kemudian yang esensial bagaimana gempa itu terjadi dan apa penyebabnya," kata Sukahar Eka Adi Saputra, penyelidik Bumi Ahli Muda Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi, Kementerian ESDM, di acara Geoseminar Mengupas Gempa Sumedang, di Bandung, Jumat (5/1/2024).
Eka menjelaskan, berdasarkan temuan yang yang didapat, rentetan gempa berlangsung selama tiga kali, yaitu pertama sekitar jam 14:00 WIB, kedua pada pukul 16:00 WIB dan yang paling besar itu pukul 20:00 WIB.
Penyelidik Bumi Ahli Muda dari Pusat Survei Geologi, Sukahar Eka Adi Saputra mengatakan Sesar Cipeles terdiri atas batuan vulkanik tua dan muda, serta pasir tumpahan. Selain itu, para peneliti menemukan arang kayu purba pada lapisan batu lempung.
"Kami menemukan arang kayu pada lapisan batu lempung yang kami interpretasikan sebagai Paleodebris atau longsoran purba," ujarnya.
Sejauh ini BG menduga arang kayu purba itu muncul akibat aktivitas tektonik masa lalu di zona Sesar Cipeles.
Menurut Eka, temuan itu masih menjadi misteri dan pihaknya berencana melakukan radiometric dating untuk menentukan umur absolut dari arang kayu purba tersebut. "Mudah-mudahan terjawab misteri Paleodebris di daerah tersebut," kata Eka.
Segmen Patahan Cipeles berada di ujung timur laut Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
"Berdasarkan analisa kami, patahan Cipeles kami duga sebagai penyebab gempa bumi di Sumedang yang episenternya di Kampung Babakan Hurip," terang Eka.
Namun Eka menjelaskan, temuan Tim BG masih terus diperbaharui karena masih berada di lapangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut keberadaan lurusan dari patahan Cipeles.
Pernyataan Eka diamini Joko Wahyudiono yang juga menjadi bagian dari Tim Tanggap Darurat BG. Menurut Joko, Patahan Cipeles yang baru saja ditemukan benar-benar sesar aktif yang muncul di permukaan tanah, memotong rumah dan merobohkan rumah di lokasi gempa.
"Jadi memang tidak terbantahkan sesar Cipeles ini sebuah sesar aktif," ujarnya.
Pada seminar di Bandung, para ahli mengatakan, jika pemantauan gempa bumi di sekitar Cekungan Bandung, termasuk wilayah Sumedang, telah lama dilakukan oleh Pusat Survei Geologi (PSG) BG.
Jaringan seismometer telah dipasang sejak tahun 1999 di empat lokasi, yakni di daerah Lembang, Padalarang, Ciparay dan Soreang. Hasil pemantauan gempa bumi mikro memberikan gambaran adanya pusat-pusat gempa berasosiasi dengan beberapa kelurusan di sekitar Cekungan Bandung, salah satunya kelurusan Cileunyi -Tanjungsari.
Kelurusan ini teridentifikasi dari citra landsat berarah relatif timur laut-barat daya dari sebelah barat kota Sumedang hingga sekitar Cileunyi. Hasil pemantauan gempa bumi mikro pada rentang waktu 1999 hingga 2008, terdapat dua event yang berada pada lajur kelurusan ini.
Kelurusan atau lineaments dalam geologi adalah bentukan memanjang atau batas tepi yang diasumsikan terbentuk karena proses geologi. Kelurusan geologi merupakan cerminan morfologi yang teramati di permukaan bumi sebagai hasil dari aktivitas gaya geologi dari dalam bumi.
Kemudian, data bawah permukaan dari hasil penyelidikan geofisika mengkonfirmasi keberadaan dan kemenerusan Sesar Aktif Cileunyi-Tanjungsari. Data tersebut menyebutkan, terdapat histori gempa merusak yang berpusat di daerah Tanjungsari (pada lajur kelurusan) yang menimbulkan cukup banyak korban dan kerusakan bangunan. Sejumlah event tersebut telah memberikan bukti bahwa kelurusan Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar aktif yang perlu diwaspadai.
Gempa di Sumedang awal tahun 2024 menambah keyakinan akan aktivitas sesar patahan Cipeles, karena pusat-pusat gempa juga berada pada lajur sesar. Tambahan data kegempaan di lajur sesar ini juga diperoleh dari jaringan 70 seismometer passive seismic tomography (PST) yang dipasang di wilayah Kabupaten Sumedang, Majalengka, Indramayu, Cirebon dan Kuningan, selama Agustus-September 2023.
Salah satu fokus perhatian pascagempa Sumedang adalah Terowongan Tol Cisumdawu sepanjang 472 meter. Kementerian PUPR mengungkapkan bahwa terowongan Tol Cisumdawu, yang berada di ruas tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan, dalam kondisi aman dilalui kendaraan pascagempa yang melanda Kabupaten Sumedang.
Apalagi sempat dikabarkan kondisi Terowongan Tol Cisumdawu mengalami retak setelah gempa.
Lokasi terowongan terletak pada Sta. 12+628 – Sta. 13+100, Desa Pamulihan dan Desa Cigendel, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Terowongan Cisumdawu termasuk dalam kriteria Terowongan Khusus sebagaimana diatur dalam Permen PUPR No. 10 tahun 2022.
"Sehubungan dengan terjadinya gempa di Kabupaten Sumedang pada 31 Desember 2023 dan gempa susulan pada 1 Januari 2024, Kementerian PUPR menurunkan tim Ditjen Bina Marga bersama Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) untuk melakukan inspeksi kondisi Terowongan Cisumdawu. Sesuai inspeksi awal tersebut, terowongan Cisumdawu saat ini dalam kondisi aman beroperasi," ujar Endra S Atmawidjaja, juru bicara Kementerian PUPR, di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Salah satu bagian penting yang diperiksa pada terowongan pascagempa adalah bagian portal terowongan yang diduga terdampak beban gempa.
"Berdasarkan hasil inspeksi awal, tidak ditemukan retakan pada permukaan beton. Pola mirip retakan beton pada terowongan tersebut merupakan tumpukan debu/kotoran yang menempel pada permukaan beton yang tidak rata, yang terlihat seolah dinding mengalami retak," kata Endra.
Selanjutnya untuk mengetahui kondisi Terowongan Cisumdawu secara keseluruhan pasca gempa, dilakukan pemeriksaan detail secara spesifik oleh Tim Ditjen Bina Marga dan KKJTJ untuk meyakinkan bahwa terowongan secara keseluruhan aman beroperasi.
Guna menjaga kondisi terowongan tetap berfungsi optimal dalam melayani pengguna jalan tol, dilakukan pemeliharaan rutin dan berkala, serta pemantauan tahunan dengan melakukan pemeriksaan secara visual, dan pemeriksaan kondisi geometrik terowongan.
Kementerian PUPR meminta masyarakat untuk senantiasa berhati-hati dalam melintasi terowongan Cisumdawu dan mematuhi arahan dari pihak kepolisian.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat melanjutkan proses verifikasi kerusakan rumah warga Sumedang yang terdampak gempa sekaligus menyalurkan bantuan untuk sebagian korban yang telah berstatus terverifikasi.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Dani Ramdan, mengatakan bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat melalui BNPB telah disalurkan untuk 300 rumah terdampak gempa Sumedang. Bahkan beberapa warga telah siap memperbaiki rumah dari bantuan yang diberikan.
"Saat ini karena sudah tidak terjadi gempa lagi jadi sekarang fokus ke asesmen dan yang sudah mendapatkan bantuan tinggal mengerjakan perbaikan rumah," katanya di Bekasi, Senin (8/1/2024).
Dani mengatakan, bantuan yang diberikan bervariasi mulai dari Rp15 juta hingga Rp60 juta. Berdasarkan laporan yang diterima, jumlah rumah yang diajukan mendapat bantuan akibat dampak gempa Sumedang berjumlah lebih dari 1.300 rumah. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 300 rumah yang telah diverifikasi dan kini menerima bantuan. Sedangkan sisanya masih dalam tahap verifikasi.
"Untuk tahap pertama, 300 rumah sudah diberikan bantuan karena laporan yang kami terima di atas 1.000 rumah, jadi kami lakukan verifikasi tingkat kerusakannya. Termasuk ada bangunan sekolah dan juga masjid yang terdampak," ucapnya.
Selain verifikasi kerusakan, pihaknya turut memastikan bantuan yang diberikan benar-benar sampai kepada warga terdampak dan digunakan untuk memperbaiki rumah. Seluruh tim diturunkan secara penuh untuk menyelesaikan kajian kebutuhan usai bencana.
"Kami membantu mengawasi agar betul-betul dananya untuk perbaikan rumah, sambil asesmen tahap dua. Kemudian agar laporan sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka kami turunkan tim penuh di Sumedang sejak hari pertama hingga sekarang secara bergantian," kata Dani.(IRFAN NASUTION)
badan geologi kementerian esdm Sesar Cipeles Pusat Survei Geologi gempa sumedang Patahan Baru Data Geologi
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...