CARITAU JAKARTA – Anis Hidayah (45), pendiri Migrant Care, lembaga yang mendedikasikan diri terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) buruh migran Indonesia di luar negeri, baru saja terpapar Covid-19 yang diduga kuat varian Omicron.
Seperti disampaikan Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada Rabu kemarin (16/2/2022), varian Omicron menjadi pemicu tingginya pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia dengan mendominasi 98% kasus.
Menurut Siti Nadia Tarmizi, tingkat penularan varian Omicron 4-5 kali lebih cepat dari varian Delta yang tentunya berdampak dengan semakin banyak orang yang akan terinfeksi, baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala.
Sementara berdasarkan data situs Worldometers, penyebaran varian Omicron berpotensi mendorong Indonesia menembus angka akumulasi lima juta kasus Covid-19 pada Kamis 17 Februari 2022 ini, setelah pada Rabu kemarin, jumlah kasus yang telah dilaporkan mencapai 4.966.046 kasus atau menempati urutan 17 kasus Covid-19 global.
Pada Rabu kemarin, Indonesia bahkan telah mencatat rekor kasus harian Covid-19 yang dilaporkan, yakni 64.718 kasus. Sementara puncak kasus harian di masa Covid-19 varian Delta atau gelombang kedua pandemi pada tahun 2021 lalu hanya 56.757 kasus.
Anis Hidayah, yang salah satunya sedang disibukkan dengan Kerangkeng Manusia di Kabupaten Langkat Sumatera itu, menuliskan pengalamannya terpapar Covid-19 melalui akun medsosnya FB dan Instgramnya @anishiedayah.
Atas persetujuan Anis, kami muat tulisannya tentang pengalaman terpapar virus Covid-19, yang semoga bisa menjadi pelajaran dan penguat kita semua melewati badai Omicron:
Tamu Dini Hari
Kamis sore lalu (10/02/2022) saya merasakan badan mulai meriang, kayak mau flu. Saat itu makin terasa jelang magrib, saat saya ke kebun bersama Teguh, mau petik oyong yang udah siap panen. Angin semilir di kebun, membuat sedikit merinding. Seusai panen oyong, saya langsung bergegas turun, tidak seperti biasanya yang suka berlama-lama di kebun hingga menunggu adzan magrib berkumandang.
Sore itu Teguh udah melarang saya untuk mandi sore karena saya udah kurang sehat. Saat magrib, saya sudah tidak ikut sholat jamaah bareng Teguh dan anak-anak. Saya sholat sendiri dan langsung tiduran masih dengan mukena yang melekat di badan.
Seusai sholat magrib, saya mulai mengeluh badan terasa tidak enak. Jam delapan malam, Teguh mencarikan obat di apotik K24 secara online. Saya mimun satu tablet pereda flu pusing demam, dan menghirup vicks inhaler yang juga baru beli saat itu.
Jam 10 malam, saya merasa badan makin demam dan mulai ngilu-ngilu. Jam 11 malam, ngilunya makin terasa di pinggang, kaki dan sendi-sendi. Saya seperti tidak bisa menahan rasa ngilunya karena makin hebat sakitnya.
Jam 12 malam, Teguh dan Orin akhirnya memutuskan untuk merebus air panas, ditaruh botol, lalu ditempelkan di badan saya secara bergantian yang terasa nyeri. Kompres botol panas lumayan membantu mengurangi sedikit, meskipun tidak menghilangkan ngilunya.
Sekitar jam 2 dinihari (Jumat 11 Februari 2022), saya merasakan ngilu makin hebat di pinggang dan kedua betis.
Air panas di botol sudah menjadi dingin. Saya tengok Teguh dan Orin sudah terlelap. Saya turun dari kasur sambil menahan sakit, saya nggak bisa berdiri tegak. Saya berjalan sambil membungkuk, berusaha mencari fresh care. Setelah saya ketemukan, saya oleskan sebanyak-banyaknya ke pinggang dan kedua betis. Saya berharap itu bisa mengurangi ngilu yang maha dahsyat.
Ya Allah, ngilu itu sama sekali tidak berkurang meski berkali-kali fresh care saya oleskan. Saya buat tiduran, ngilunya tidak tertahankan. Bantal saya udah basah dengan air mata, saya menangis sambil menahan sakit.
Saya merubah posisi tidur, dari miring, kaki diangkat, telungkap, gerakan yoga asal-asalan, dan berbagai gaya saya coba, tapi nihil. Serangan ngilu dinihari yang tiba-tiba datang bak tamu yang tak diundang sungguh sangat menyiksa.
Saya memutuskan turun dari kasur. Saya berjalan sambil membungkuk menahan sakit menuju kamar mandi. Saya berwudlu, saya siramkan sebanyak-banyaknya air di kedua betis sambil berharap ngilunya mereda.
Lalu saya ambil mukena, saya sholat dua rakaat, niatnya sholat hajat. Saat rukuk, pinggang saya kayak mau patah rasanya. Selesai sholat, saya merasa agak tenang. Tetapi itu hanya sebentar. Setelah itu, serangan ngilu datang dan tidak mau pergi. Saya kembali ke kasur, semua posisi tidur, kembali saya coba, tapi semuanya sakit.
Dalam suasana dinihari yang sepi, saya merintih kesakitan, menangis sejadi-jadinya karena tidak tahu apa yang mesti saya lakukan. Saya tidak tega membangunkan Teguh, Orin apalagi Sakwa yang semuanya tidur melingkar dalam satu kamar.
Saya mencoba duduk sambil menggerakan pinggang ke kanan dan kiri untuk mengalihkan ngilunya. Tapi kedua betis ngilunya kayak menyangga beban berat berton-ton. Saya ambil fresh care lagi, saya oleskan makin banyak.
Lalu saya mencari uang coin. Saya kerokin kedua betis dan pingang dengan fresh care. Setelah itu secara bergantian, saya pijit-pijit dengan sekuat tenaga kedua betis dan pinggang sambil terus menangis.
Sepanjang malam saya tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Saya juga tidak tahu apakah saya sempat pingsan, karena antara sadar dan tidak, sudah tidak jelas bedanya. Dalam hati saya bertanya, inikah covid?
Saya melirik jam di dinding menunjukkan pukul 4 lebih sedikit. Saya bertekad akan bertahan tidak membangunkan Teguh dan anak-anak sampai subuh karena mereka juga baru tidur.
Setelah adzan subuh berkumandang, saya bangunin Teguh sambil saya menangis sejadi-jadinya, meraung-raung seperti anak kecil. Saat bangun tidur, Teguh terlihat panik melihat saya yang menangis sambil menelungkup dan berteriak-teriak: sakit sakit sakit.
Sesekali Teguh memijit kedua kaki dan pinggang saya. Setelah hari agak terang, jam 5.30-an, Teguh mulai komunikasi dan konsultasi dengan satgas, puskesmas, mas Wahyu, ponakan yang perawat, dr Indro dan mba Nanik. Dari ponakan yang seorang perawat di Banyuwangi, kami dapat resep beberapa obat untuk mengurangi ngilu, pusing dan demam.
Lalu kita beli obat di apotik secara online. Mas Wahyu memberikan kontak klinik yang bisa home service untuk tes covid. Dr Indro dan mba Nanik memberikan resep ramuan 131 (jahe, sereh, lengkuas) untuk diminum.
Jam 07.00, obat dari apotik datang, langsung saya minum setelah sarapan bubur yang dibeli secara online juga. Setelah minum obat, saya bisa memejamkan mata dan tertidur sebentar.
Jam 07.30, klinik datang untuk tes covid. Kami semua di tes, dan hasilnya negatif semua. Ngilu di pinggang dan betis, mulai berkurang, meski belum hilang sama sekali. Tapi pusing datang. Saya batalkan jadwal narasumber di 2 zoom hari Jumat itu.
Mas Ilham menyarankan saya untuk isolasi dan tes lagi. Dan saya langsung isolasi ke kamar atas. Orin menyiapkan obat-abatan, baju, buku dll. Kamis malam hingga Jumat itu, menjadi hari yang sangat panjang dan melelahkan.
Benar dugaan saya, setelah tes lagi, hasilnya positif Covid. Akhirnya tamu yang tak pernah diundang oleh siapapun itu datang juga, setelah kami bergelut cukup terjal melawan gelombang Covid pertama yang kebetulan pasien 1, 2 dan 3-nya adalah tetangga kami.
Hari ini (Rabu 16 Februari 2022), setelah 5 hari isolasi dan mengkonsumsi obat-obatan, saya makin membaik. Hanya saja batuk masih tersisa dan saya sudah bisa tidur nyenyak saat malam. Dua hari terakhir, udah mulai joint di zoom dan berkebun yang ringan-ringan kalau pagi dan sore.
Semoga tak lama lagi, saat tes nanti, udah negatif. Terima kasih teman-teman yang sudah memberikan dukungan, doa, dan aneka makanan yang bertubi.
Depok, Rabu, 16 Februari 2022 (RIO)
Semen Curah Dongkrak Volume Penjualan SIG yang Ala...
Panglima Dozer Instruksi Relawan Tancap Gas Memena...
Perkuat Sinergi Bersama Kementerian PPPA RI, Pempr...
Gerindra Dukung Andalan Hati di Pilgub Sulsel, Pen...
Panglima Dozer Perintah Gaspol Menangkan Paslon 02...