CARITAU SURABAYA – Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan drone kapal autonomous yang sanggup mencari korban kecelakaan laut berbasis computer vision yang diberi nama YOLO-Boat yang memiliki daya jelajah 6,8 km dan 44 menit.
“Inovasi YOLO-Boat dirancang untuk membantu tim SAR menghindari bahaya saat proses penyelamatan korban kecelakaan di laut seperti faktor cuaca dan sulitnya lokasi kecelakaan. Kami termotivasi membuat suatu alat yang dapat membantu operasi penyelamatan,” kata Andreas Raja Goklas Sitorus, ketua tim perancang YOLO-Boat di Surabaya,Kamis (2/12/2021).
Menurut Andreas, YOLO-Boat dirancang dapat bekerja mandiri dalam mendeteksi korban sehingga mampu meminimalisasi risiko bahaya pada proses penyelamatan.
Pemilihan nama YOLO-Boat merupakan akronim You Only Live Once bertujuan agar kapal dapat menjadi harapan bagi para korban.
“Seringkali dalam proses penyelamatan, terlihatnya korban untuk kali pertama adalah satu-satunya kesempatan bagi penyelamat untuk menolong dengan kata lain tidak ada kesempatan kedua,” ungkap Andreas.
Mahasiswa Departemen Teknik Perkapalan tersebut memaparkan, YOLO-Boat menggunakan beberapa teknologi, seperti lambung kapal katamaran atau lambung dua, di mana lambung didesain memiliki stabilitas baik dalam melakukan misi.
Pada teknoogi sistem pendorong, digunakan sistem propulsi azimuth yang dapat meningkatkan kapabilitas YOLO-Boat dalam bermanuver di perairan.
“Kami juga mendesain sistem elektrikal seefisien mungkin, baik dari sistem kontrol maupun manajemen power kapal,” tambahnya.
Pengoperasian YOLO-Boat menggunakan Robot Operating System (ROS) sebagai kerangka kerja utama, menggunakan beberapa sensor yang berfungsi memberi data lokasi dan orientasi yang nantinya digunakan dalam guided navigation YOLO-Boat.
Juga penggunaan teknologi Computer Vision yang menggunakan model object detection khusus, yakni arsitektur YOLOv4 berbasis Convolutional Neural Network (CNN). “Computer vision inilah yang mengidentifikasi dan memungkinkan YOLO-Boat untuk datang mengamankan korban,” beber Andreas.
Sebelum diuji di laut, YOLO-Boat terlebih dahulu diuji algoritmanya dengan menggunakan simulator agar dapat memprediksi proses operasi penyelamatan.
Sanggup Deteksi Wajah
Pada penggunaannya, YOLO-Boat harus dibawa terlebih dahulu menggunakan kapal penyelamat ke perairan yang ditetapkan sebagai lokasi kecelakaan, kemudian dilepaskan ke laut dan memulai proses pencarian korban. Jika korban terdeteksi, YOLO-Boat akan segera memberikan pelampung kepada korban.
YOLO-Boat yang dapat beroperasi 44 menit dengan jarak tempuh maksimal 6.780 meter juga mengirimkan sinyal kepada kapal penyelamat untuk datang menghampiri lokasi korban ditemukan.
“Idealnya akan dibutuhkan banyak YOLO-Boat yang bekerja sama untuk meningkatkan efektivitas penyelamatan korban,” tambah Andreas.
Keefektifan YOLO-Boat mengidentifikasi korban telah dibuktikan dengan kemampuannya mendeteksi korban meskipun bagian tubuh korban yang muncul di permukaan laut hanyalah wajah.
“Kami juga telah banyak berdiskusi dengan Badan SAR Nasional (BASARNAS) Indonesia dan menampung masukan terkait potensi beserta kelemahan yang mungkin terjadi pada saat YOLO-Boat dipakai di lapangan,” katanya.
Berkat YOLO-Boat, Andreas bersama tim berhasil menyabet medali perak pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2021 untuk kategori ‘Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta’ (PKM-KC).
Tim beranggotakan Achmad Zidan Akbar dari Departemen Teknik Informatika 2018, Nawab Aditya asal Teknik Elektro 2019, Rahyan Damar Ramadhan asal Teknik Sistem Perkapalan 2019, serta Zulieta Krisna Damayanti dari Teknik Perkapalan 2019.(BIM)
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...