CARITAU SEMARANG – Sebagai upaya menangkal gerakan radikal yang berpotensi menimbulkan perpecahan di negara ini, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen meminta para santri di berbagai pondok pesantren agar meneladani mendiang KH Maimoen Zubaer yang akrab disapa Mbah Moen. 

"Kecintaan Mbah Moen terhadap NKRI selalu diwujudkan dalam doa dan ajaran beliau," kata Wagub Taj Yasin Maimoen, di Semarang, Kamis (13/½022).

Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini mengatakan, para santri harus memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan ikut mensosialisasikan bahaya gerakan radikal, terorisme dan isu sekularisme.

Baca Juga: Polres Blitar Usut Pengeroyokan Santri yang Sebabkan Tewas

Wagub menambahkan, para santri dituntut dapat berkontribusi dan berkolaborasi dengan pemerintah dan salah satu langkah nyata yang harus dilakukan adalah turut menyukseskan vaksinasi Covid-19.

"Pertumbuhan ekonomi juga menjadi fokus santri yang perlu dikedepankan, apalagi di masa pandemi ini pertumbuhan ekonomi juga menjadi fokus pemerintah agar Indonesia dapat bertahan," pungkasnya. 

Mbah Moen dilahirkan pada 28 Oktober 1928 di Rembang, Jawa Tengah. Ayah KH Maimun Zubair bernama KH Zubair Dahlan dan ibunya bernama Nyai Mahmudah. Ia lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang agama Islam yang kuat. Ayahnya merupakan seorang ulama yang pernah berguru dengan Syekh Said Al-Yamani dan Syekh Hasan al-Yamani al-Makky.

Mbah Moen dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan pengasuh pondok pesantren Al-Anwar Rembang yang berkiprah di kancah politik dan tentu saja menjadi ulama panutan.

Pada 6 Agustus 2019, Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, saat melaksanakan ibadah haji. (RIO)
 

Baca Juga: Kisah Mbah Moen Minta Anies Selalu Bersabar, Jangan Melawan