CARITAU MAKASSAR – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis data yang menunjukan Sulsel mengalami lonjakan inflasi sebesar 6,12%, naik dibanding tahun 2021. 

Dalam datanya, BPS menyebut peningkatan angka inflasi Sulawesi Selatan disumbang lima kabupaten kota di Sulsel antara lain Parepare dengan inflasi 7,66%.

Kemudian disusul Bone dengan inflasi 6,21%, Makassar dengan inflasi 6,06%, Palopo 5,86%, dan Bulukumba 4,70%. 

Kepala BPS Sulsel, Suntono menyebut Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi satu dari 10 komoditi yang menyambung inflasi terbesar jika dibandingkan tahun sebelumnya. 

BBM memiliki andil terbesar dalam peningkatan inflasi Sulawesi Selatan yakni 0,961%. Jika berkaca pada kenaikan harga BBM di tahun 2013 dan 2014, kenaikan BBM membawa dampak bagi kemiskinan. 

“Setiap ada kenaikan harga BBM selalu diikuti dengan kemiskinan. Pun jika tidak meningkat kemiskinan, bakal membawa pengaruh kepada komponen kemiskinan. Sama dengan di tahun 2013 lalu. Pasca kenaikan BBM, inflasi akan mengalami kenaikan. inflasi ini berkolerasi positif dengan jumlah kemiskinan," ungkapnya. 

Dalam datanya, ia menyebutkan kenaikan harga BBM berpengaruh pula terhadap komoditi lain seperti angkutan udara, minyak goreng, telur ayam ras, rokok filter, angkutan dalam kota, cabe rawit, kue kering berminyak, kontrak rumah dan dan sabun detergen. 

Sementara itu, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Sulsel, Syaiful mengungkapkan, saat ini pemerintah telah menghadirkan bantalan berupa bantuan untuk menanggulangi dampak kemiskinan akibat melejitnya harga BBM di kisaran Rp10 ribu. 

Biasanya, kata dia, produsen juga mengambil kesempatan menaikkan harga, itu sebabnya beberapa komoditi mengalami kenaikan harga. 

"Kita berharap kenaikan BBM tidak  membawa pengaruh yang berlangsung lama. Dan dengan bantalan yang diberikan pemerintah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Subsidi Upah maka diharapkan dapat menekan angka kemiskinan,” tandasnya. (KEK)