CARITAU JAKARTA - Budayawan, sastrawan sekaligus jurnalis senior Remy Sylado mendunia, Senin (12/12/2022). Pria nyentrik bernama asli Japi Panda Abdiel Tambayong itu meninggal dunia pada usia 77 tahun.
Kabar duka tersebut disampaikan politikus Partai Gerindra dan anggota DPR, Fadli Zon melalui unggahannya di akun Twitter @fadlizon.
"Selamat jalan Bang Remy Sylado. Baru beberapa hari lalu ngobrol ttg Elvis Presley n manajernya Kolonel Tom Parker. RIP," tulis Fadli Zon.
Kondisi kesehatan kondisi Remy diketahui menurun sejak dua tahun terakhir. Pada Januari tahun ini, Remy sempat menjalani operasi hernia. Setelah operasi tersebut, kondisi Remy perlahan menjadi lebih baik. Bulan lalu, Remy Sylado kembali masuk rumah sakit dan sampai harus menjalani perawatan di ICU.
Sepanjang perjalanan kariernya, Remy dikenal sebagai seniman yang serba bisa. Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.
Tak hanya menjadi wartawan, ia juga rutin menulis kritik, puisi, cerpen, novel (sejak usia 18), drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi.
Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama Jeihan dan Abdul Hadi WM.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak akan film. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa. Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi.
Sebagai penulis fiski, Remy juga tak main-main. Novelnya dibarengi dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Di usianya yang sudah tak lagi muda, Remy rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua dan menelusuri pasar buku tua.
Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi dan kebudayaan. (RIO)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024