CARITAU INDRAMAYU - Pondok pesantren (Ponpes) Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, masih terus menuai kontroversi di masyarakat. Salah satunya, saat Ponpes Al-Zaytun menggelar salat Idul Adha pada Kamis pagi (29/6/2023). Salat berjamaah yang disiarkan secara langsung di akun YouTube Al-Zaytun Official kembali mendapat beragam respons dari warganet. Warganet kembali mengomentari perihal pencampuran shaf laki-laki dan perempuan.
"Buat yang waras mari kita lihat kesesatan ini, imam 3, saf longgar, laki perempuan campur, tunggu apa lagi agama kita dinodai mereka dengan seenak dengkulnya si panji," begitulah komentar akun Indo Railfans, dikutip Kamis (29/6/2023).
Komentar tersebut menjadi 1 di antara banyak komentar yang bertuliskan senada. Sevelumnya, saat Salat Idul Fitri yang digelar Ponpes Al-Zaytun juga memicu kontroversi dan membuat hingga membuat warganet geger.
Pasalnya, dalam video tersebut selain saf jamaah dibuat berjarak, dalam foto terlihat ada seorang jemaah wanita yang berdiri dibelakang Imam.
Para jemaah Salat Id di Ponpes Zaytun itu juga terlihat kompak. Mereka mengenakan pakaian rapi dilengkapi kopiah hitam hingga sajadah yang sama. Terlihat juga di samping para jemaah terdapat kursi yang telah disediakan.
Bukan Kali Saja Ini Tuai Kontroversi
Bicara pondok pesantren Al-Zaytun, bukan kali ini saja menjadi kontroversi. Sejak beberapa puluh tahun lalu pondok pesantren Al-Zaytun sudah diasosiasikan dengan jaringan NII (Negara Islam Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia pernah menyelidiki dugaan adanya hubungan antara Negara Islam Indonesia alias NII dengan Ponpes Al-Zaytun.
Pada saat itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang menjabat sebagai Ketua MUI membenarkan bahwa Ponpes Al-Zaytun telah menyimpang dari ajaran Islam.
“Terdapat penyimpangan paham dan ajaran Islam yang dipraktikkan organisasi NII KW IX. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara lain dalam hal mobilisasi dana yang mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang dan mengkafirkan kelompok di luar organisasi mereka,” bunyi hasil investigasi MUI terkait Ponpes Al-Zaytun.
Selain itu, antropolog dan orientalis asal Belanda, Martin Van Bruinessen dalam tulisannya berjudul ‘Traditionalist and Islamist pesantrens in contemporary Indonesia’ (2008) yang membahas tentang pesantren tradisional di Indonesia, menyebutkan pesantren yang didirikan pada tahun 1989 oleh Syekh AS Panji Gumilang alias Abu Toto memiliki hubungan yang kontroversial dengan gerakan radikal NII palsu. Beberapa pengurus Pesantren Al Zaytun diduga memiliki keterlibatan dengan NII dan sebagian besar santri di pesantren ini juga berasal dari keluarga yang terkait dengan NII.
Sosok Panji Gumilang alias Abu Toto juga sempat dilaporkan oleh mantan pegawai Pondok Pesantren Al-Zaytun terkait kasus pelecehan seksual pada 2021 lalu. Namun sayangnya, kasus tersebut menguap begitu saja. Tak hanya itu, ia juga sempat melontarkan pernyataan kontroversial karena ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Al-Zaytun Diselidiki
Menko Polhukam Mahfud MD memastikan proses penyidikan dugaan tindak pidana yang terjadi di Ponpes Al-Zaytun akan terus dilakukan.
"Al-Zaytun itu ada aspek hukum pidana. Yang aspek hukum pidana itu tentu akan ditangani oleh Polri dan tidak akan diambangkan," ujar Mahfud usai menjadi khatib salat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang, Kamis (29/6/2023).
Ponpes yang dipimpin Panji Gumilang itu secara keseluruhan dievaluasi mulai dari kurikulumnya, penyelenggaranya, hingga konten pengajarannya. (IRN)
Baca Juga: Budi Daya Anggur Impor di Indramayu
Baca Juga: Pameran dan Kontes domba Indramayu
pondok pesantren al-zaytun indramayu jawa barat polemik al-zaytun menko polhukam mahfud md
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...