CARITAU JAKARTA – Dua kabar positif dari dalam negeri tak mampu menahan nilai tukar rupiah yang kembali melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (2/9/2022) pagi.
Tekanan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed)yang cukup agresif membuat rupiah Jumat pagi ini melemah 20 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp14.903 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.883 per dolar AS.
"Dari dalam negeri sebetulnya terjadi deflasi di bulan Agustus 2022, inflasi lebih rendah dari bulan Juli yaitu 4,69 persen dari sebelumnya 4,94 persen dan PMI mengalami pertumbuhan dari bulan Juli dari 51,3 ke 51,7, tetapi sepertinya dua sentimen ini masih belum cukup untuk mengatrol nilai rupiah untuk menghadapi USD," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama.
S&P Global melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur naik menjadi 51,7 pada Agustus, dari bulan sebelumnya 51,3.
Kenaikan tersebut menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian Indonesia berputar lebih kencang.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia periode Agustus 2022. Secara bulanan memang terjadi deflasi, tetapi secara tahunan inflasi tetap berada di level tinggi.
Pada Kamis (1/9/2022), Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan terjadi deflasi 0,21% pada Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Kali terakhir terjadi deflasi adalah Februari 2022.
Namun dibandingkan Agustus 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 4,69 persen. Meski masih relatif tinggi, tetapi melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 4,94 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Dunia sedang mengalami masalah inflasi tinggi, termasuk Indonesia meski bisa dikatakan masih terkendali. Sehingga, ketika terjadi deflasi atau melambatnya inflasi, maka akan memberikan sentimen positif ke pasar finansial.
"Untuk sentimen hari ini masih seputar ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga oleh The Fed. Imbasnya dolar masih menguat dan menekan rupiah," kata Revandra dikutip Antara.
Ekspektasi untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya secara berturut-turut pada pertemuan bank sentral pada September meningkat, didukung data ekonomi AS yang solid.
Perhatian pelaku pasar sekarang akan beralih ke laporan penggajian non-pertanian atau nonfarm payrolls (NFP) AS pada Agustus yang akan menjadi salah satu poin data utama yang memandu anggota Fed ketika mereka bertemu akhir bulan ini.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp14.850 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.
Pada Kamis (1/9/2022) rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS. (HAP)
Buka 35.000 Lowongan Pekerjaan, Pj Teguh Resmikan...
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...