CARITAU JAKARTA – Pemerintah memutuskan untuk membatalkan kebijakan PPKM Level 3 secara serentak di seluruh wilayah pada saat Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Padahal para ahli sudah memberikan peringatan akan potensi meledaknya kembali kasus positif seperti tahun lalu, apalagi ada varian Omicron yang katanya lebih menular dari varian Delta.
Saat memberi keterangan pers, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan rupanya yakin akan kekuatan antibodi Covid-19 masyarakat Indonesia saat ini.
Dia menyampaikan keputusan pembatalan PPKM level 3 saat Nataru ini juga didasarkan pada capaian vaksinasi dosis 1 di Jawa-Bali yang sudah mencapai 76% dan vaksinasi dosis 2 mendekati 56%. Sementara untuk vaksinasi lansia, jumlahnya terus digenjot hingga saat ini mencapai 64% dan 42% untuk dosis 1 dan 2 di Jawa-Bali.
"Sebagai perbandingan, belum ada masyarakat Indonesia yang divaksinasi pada periode Nataru tahun lalu. Hasil sero-survei juga menunjukkan masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 yang tinggi," tutur Luhut.
Kebijakan Lebih Seimbang
Sebagai ganti penerapan PPKM Level 3 serentak, Luhut mengatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk membuat kebijakan yang lebih seimbang. Artinya, pemerintah tidak lagi menyamaratakan perlakuan di semua wilayah menjelang momen perayaan Nataru.
"Penerapan level PPKM selama Nataru akan tetap mengikuti asesmen situasi pandemi sesuai yang berlaku saat ini, tetapi dengan beberapa pengetatan," kata Luhut.
Adapun kebijakan PPKM level 3 saat Nataru ini sebelumnya direncanakan akan mulai 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022. Namun, pemerintah batal menerapkannya karena penanganan pandemi Covid-19 yang menunjukkan perbaikan yang signifikan dan terkendali.
"Indonesia sejauh ini berhasil menekan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian dengan stabil di bawah angka 400 kasus," jelas Luhut.
Selain itu, kata dia, kasus aktif dan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari belakangan. Luhut menyebut perbaikan penanganan pandemi Covid-19 juga terlihat dari tren perubahan level PPKM kabupaten/kota di Jawa dan Bali.
"Berdasarkan assessmen per 4 Desember 2021, jumlah kabupaten kota yang tersisa di level 3 hanya 9,4% dari total kabupaten/kota di Jawa-Bali atau hanya 12 kabupaten/kota saja," kata Luhut.
Ketahanan Covid-19 di Bawah Malaysia
Keputusan pembatalan PPKM Level 3 serentak ini tak lantas membuat kita terlena lalu bepergian dan menimbulkan kerumunan. Pasalnya, berdasarkan laporan dari Bloomberg tentang penilaian ketahanan negara terbaik dan terburuk dalam respons pandemi COVID-19, Indonesia disebut berada di posisi bawah, bahkan lebih buruk dari negar jiran Malaysia.
Negara Eropa sebagian besar turun peringkat lantaran diamuk gelombang baru, seperti anjloknya Austria ke peringkat 31 karena kasus melonjak lagi sehingga menjadi negara pertama di Eropa yang kembali lockdown nasional.
Di posisi pertama atau negara dengan ketahanan respons Covid-19 terbaik di dunia adalah Uni Emirat Arab. Beberapa hal yang mendukung adalah kasus di UEA tercatat rendah di bawah 100 per hari sejak pertengahan Oktober lalu. Kematian karena Covid-19 juga jarang dilaporkan. EUA menjadi salah satu negara dengan cakupan vaksinasi tinggi di dunia, lebih dari 200 dosis per 100 orang.
Di kawasan Asia Tenggara, selain Indonesia, banyak negara yang menempati peringkat terbawah. Filipina berada di posisi paling terakhir, diikuti oleh Indonesia, Vietnam dan Malaysia. Dua posisi paling terakhir yakni Filipina dan Indonesia telah memberikan kurang dari 100 suntikan vaksin Covid-19 per 100 orang, penghalang utama untuk meningkatkan skor mereka menurut Bloomberg.
Awal Oktober lalu, peringkat Indonesia lebih tinggi dari Malaysia dalam ketahanan melawan COVID-19. Namun, kini Malaysia berada di peringkat 50, dua peringkat lebih unggul ketimbang Indonesia.
Singapura berada di posisi ke-37, naik dua peringkat dari sebelumnya. Meski catatan kasus per 100 ribu di satu bulan terakhir Indonesia tercatat rendah, case fatality rate (CFR) atau tingkat kematian di Singapura 'hanya' 0,3%.
Sementara dalam catatan Bloombergtiga bulan terakhir, CFR Indonesia berada di 6,5%, Malaysia 1,5%. Itulah yang menjadi penyebab lain peringkat Indonesia turun empat posisi, ke ranking 52.
Analisis Bloomberg per 30 November ini belum melibatkan kekhawatiran atas munculnya varian Omicron. Maka dari itu, mereka memberikan catatan ada kemungkinan risiko masing-masing negara kini bisa berubah usai mencatat Omicron.
Sebagai catatan, Bloomberg hanya menganalisis 53 negara untuk penilaian ketahanan terbaik dan terburuk respons COVID-19 di dunia. Jadi apakah Anda yakin mau berlibur karena sudah tidak lagi dibatasi PPKM level 3? (DIM)
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...