CARITAU JAKARTA – Final Liga Champions yang mempertemukan Liverpool vs Real Madrid dijadwalkan akan berlangsung pada Minggu (29/5/2022) pukul 02.00 WIB di Stadion Stade de France, Saint-Denis, Perancis. Duel tersebut diprediksi akan berlangsung ketat mengingat kedua tim berhak menyandang status klub elit di benua Eropa jika melihat koleksi gelarnya di Liga Champions.
Selain soal materi pemain dan statistik di atas kertas, pengamat sepak bola, Kesit Budi Handoyo melihat ada hal menarik lain yang juga menarik untuk dilihat yaitu aroma balas dendam. Ya, Liverpool pernah menelan kekalahan pahit atas Madrid di final Liga Champions (UCL) empat tahun lalu.
Baca Juga: Jurgen Klopp Resmi Umumkan Perpisahan dengan Liverpool di Akhir Musim 2023/24
Kekalahan itu diraih dengan cara yang menurut Liverpool tidak sportif karena sengaja membuat bintang mereka Mohamed Salah cedera. Oknumnya, siapa lagi jika bukan bek sekaligus kapten Madrid saat itu, Sergio Ramos. Tanpa Salah, ditambah blunder yang dilakukan kiper mereka Loris Karius, Liverpool keok 3-1.
"Jadi buat Liverpool ini memang menjadi pertandingan balas dendam di mana untuk melampiaskan kekalahan, melampiaskan kekecewaan mereka saat dikalahkan Madrid pada final liga champion empat tahun lalu," kata Kesit kepada caritau.com, Sabtu (28/5/2022).
Kesit mengungkapkan, pertandingan final liga champion kali ini bisa disebut sebagai momentum mengulang sejarah di mana kedua tim besar Eropa ini sama-sama pernah dipertemukan dalam ajang perebutan juara UCL tahun 2018 silam.
"Ini kan sebenarnya pertandingan final yang sebelumnya juga pernah berlangsung antara Madrid dengan Liverpool yang berlangsung 2018 dan berakhir Madrid keluar sebagai juara. Jadi saya pikir ambisi Liverpool kali ini sangat besar untuk bisa meraih gelar juara," ungkap Kesit.
Berdasarkan catatan yang coba dihimpun caritau.com, tim yang dikenal dengan julukan The Reds itu merupakan klub yang berhasil menorehkan prestasi di liga champion dengan koleksi gelar terbanyak ke-3 di Liga Champions dengan perolehan gelar juara yang sejajar dengan Bayern Munchen.
Klub elit asal Inggris itu berhasil mencapai puncak juara dan memboyong piala tropi UCL sebanyak 6 kali yaitu pada tahun 1977, 1978, 1981, 1984, 2005, dan terakhir 2019.
Sementara itu, Madrid memiliki catatan yang lebih menterang lagi. Mereka merupakan tim yang tercatat sebagai pemegang rekor terbanyak juara UCL dengan jumlah 13 trofi yaitu pada tahun 1956, 1957, 1958, 1959, 1960, 1966, 1998, 2000, 2002, 2014, 2016, 2017, dan terakhir 2018.
"Kita tau bahwa DNA nya Madrid itu kan memang mental juara di Liga Champions. Artinya, mereka sebagai klub di negara Eropa yang paling banyak memperoleh gelar juara liga champion," ujar Kesit.
Menurut Kesit, meski Liverpool tetap ngotot untuk memenangkan pertandingan, ambisi Real Madrid untuk meraih gelar juara liga champion yang ke 14 juga tidak begitu saja dapat dipandang sepele.
Mentalitas dan kepercayaan diri para pemain Real Madrid sepertinya juga sudah terbangun mengingat empat tahun lalu mereka berhasil menumbangkan Liverpool di partai final dengan skor yang cukup telak yakni 3-1.
"Kalo buat Madrid pertandingan kali ini juga sangat penting untuk menambah gelar yang ke 14 kalinya juara Liga Champions. Apalagi sama-sama kita ketahui Madrid juga pernah mengalahkan Liverpool pada partai final lalu yang berdampak secara otomatis dapat menambah mental dan kepercayaan diri para pemain Madrid," imbuh Kesit.
Gemilang di Level Domestik
Prestasi kedua tim di level domestik bisa dibilang sangat gemilang. Kedua tim berhasil memboyong piala bergengsi di kompetisi domestik negaranya masing-masing.
Real Madrid menjuarai Liga Spanyol sedangkan Liverpool meski tidak bisa mengangkat tropi Liga Primer Inggris, namun berhasil mengangkat dua trofi yaitu Piala FA dan Carabao Cup.
Melihat performa gemilang kedua tim, baik di level domestik maupun Eropa, Kesit menilai sulit diprediksi siapa yang lolos menjadi juara. Kedua tim punya materi pemain yang sama kuat, kedalaman tim yang bagus, serta pelatih jempolan yang pasti memiliki strategi jitu di final nanti.
"Jadi kalo mau di head to head sama Madrid, ya seperti yang saya bilang DNA Madrid itu memang sudah mental juara UCL, kemudian ditambah lagi tradisi juara dalam Liga Champions itu sangat melekat untuk mereka. Namun di satu sisi, siapapun tim yang melawan Madrid di final Liga Champions biasanya punya motivasi yang berlipat untuk bisa mengalahkannya," ucap Kesit.
Kesit menuturkan, menjelang laga final yang berlangsung Minggu (29/5) dini hari WIB, kedua tim raksasa ini pastinya telah mempersiapkan strategi-stategi sangat matang untuk jadi pemenang.
Selain itu, Kesit menilai, kedua tim dalam pertandingan nanti juga memiliki skuad pemain utama yang sama-sama mampul tampil sempurna untuk mengkontrol alur permainan di lapangan hijau.
"Saya pikir kekuatanya nyaris sama. Baik di lini depan, tengah maupun belakang. Kalo di Madrid memilikk skuad depan Benzema, Vinicius Junior dan Rodrygo yang tampil gemilang sedangkan Liverpool punya trisula yang sangat tajam yaitu, Mane, Salah dan Luis Diaz. Kedua tim sama-sama memiliki lini depan, tengah, belakang yang mentereng," katanya.
Dengan kekuatan yang nyaris sama, peluang untuk laga berlanjut hingga babak tambahan waktu kemudian penalti, menurut Kesit juga sangat besar. Di sini faktor mental akan sangat berpengaruh.
“Paling biasanya dalam babak adu penalti masalahnya adu mental dan adu ketenangan. Saya pikir masing-masing tim baik Madrid ataupun Liverpool punya pengalaman yang baik untuk menghadapi babak adu penalti mengingat mereka sama-sama punya penjaga gawang yang kuat,” pungkas Kesit. (GIBS)
Baca Juga: Bantai Bournemouth 4-0, Liverpool Kian Nyaman di Puncak Klasemen Liga Premier
madrid dan liverpool punya kekuatan nyaris sama pemenang bisa ditentukan lewat penalti final liga champions the reds
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...