CARITAU SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan data warga miskin sebanyak 75.069 KK (Kartu Keluarga) atau 219.427 jiwa dengan menempel stiker Keluarga Miskin di rumah warga yang sudah masuk dalam daftar.
“Yang sudah ditempeli stiker Keluarga Miskin sampai kemarin sebanyak 79,22% atau 59.473 KK dari total yang terdata 75.069 KK.,” kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Anna Fajriatin, di Surabaya, Rabu (18/1/2023).
Baca Juga: Serah Terima Jabatan Panglima Koarmada II
Menurut Anna, penempelan stiker itu dilakukan oleh semua elemen masyarakat, mulai dari RT-RW, LPMK, KSH, Babinsa dan Bhabinkamtibmas, pihak kelurahan dan kecamatan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan kembali kebenaran data tersebut, apakah warga yang akan ditempelkan stiker itu benar-benar warga miskin atau tidak. Meskipun sebenarnya data itu sudah melalui proses panjang yang diusulakan oleh RT dan RW.
“Bahkan, teman-teman saya juga minta untuk melakukan foto geotag, sehingga nanti ke depannya kita akan bisa memetakan stiker Keluarga Miskin itu terpasang di mana saja, dan warga miskin di Surabaya ada di mana saja. Bisa dibuat seperti peta nanti. Dengan cara ini, diharapkan semua bantuan atau intervensi yang akan dilakukan oleh pemerintah bisa tepat sasaran dan mereka bisa terangkat dari kemiskinan,” katanya.
Pada saat penempelan stiker ini, banyak hal yang dijumpai petugas di lapangan. Pasalnya, ada warga yang menolak rumahnya ditempeli stiker itu, namun banyak pula yang berbondong-bondong ke kantor Dinsos untuk meminta rumahnya ditempeli stiker itu.
Bagi warga yang menolak, Anna memastikan bahwa pihak kelurahan atau kecamatan akan membuat laporan bahwa warga tersebut menolak rumahnya ditempeli stiker Keluarga Miskin, sehingga secara otomatis dia juga menolak berbagai bantuan atau intervensi dari pemerintah, sehingga di periode selanjutnya warga tersebut akan diusulkan penghapusan dari Keluarga Miskin.
Anna memastikan kebijakan Pemkot Surabaya untuk menempeli stiker rumah warga miskin sangat diapresiasi oleh BPS. Pasalnya, ketika QR Code yang ada di stiker itu discan, akan muncul bantuan apa saja yang telah diterima oleh keluarga tersebut.
Dengan begitu apabila ada survey yang dilakukan oleh BPS, lalu rumah warga miskin itu kebetulan tidak ada orangnya, maka petugas BPS cukup scan barcode di stiker itu lalu akan muncul bantuan yang diterima oleh keluarga itu.
“Ke depan, semua bantuan dan intervensi yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi dan Pemkot Surabaya akan berpedoman pada data Keluarga Miskin tersebut. Apalagi sudah ada Surat Edaran Sekda bahwa semua intervensi harus mengacu pada data tersebut,” tegasnya.
Anna menjelaskan dari data Keluarga Miskin, yang masuk ke dalam kemiskinan ekstrem sebanyak 23.530 jiwa. Sebelum daftar warga miskin ini ditetapkan, Dinsos bersama kelurahan dan kecamatan serta RT/RW sudah melakukan proses yang sangat panjang, baik pencocokan data maupun verifikasi ulang ke lapangan bersama RT/RW, KSH, kelurahan dan kecamatan.
“Jadi, ini sudah keputusan bersama dan ini ditentukan dan diusulkan oleh warga sekitar di dalam satu RT itu,” katanya.
Target Satu Tahun
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berkomitmen untuk terus mengentas kemiskinan di Kota Surabaya. Dalam jangka waktu satu tahun ke depan, sebanyak 75.069 KK itu ditargetkannya segera bisa lepas dari garis kemiskinan.
"Targetnya satu tahun. Kita bergerak bersama dengan RW-nya. Karena saya ingin membangun Surabaya ini dengan guyub rukun," ujar wali kota.
Eri Cahyadi juga memastikan, bahwa intervensi yang diberikan pemkot tak hanya dilakukan kepada warga miskin. Namun juga dilakukan terhadap warga yang rentan atau pra miskin. Kedua kategori ini mendapatkan intervensi yang sama seperti bantuan seragam, sekolah gratis, BPJS Kesehatan hingga pekerjaan.
"Kita sentuh juga yang rentan miskin atau pra miskin agar tidak menjadi miskin. Tapi, kalau keluarga miskin, kita berikan tambahan seperti bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) dan macam-macam," terangnya.
Selain melalui sejumlah intervensi bantuan, Pemkot Surabaya juga berupaya menambah penghasilan warga miskin dan rentan miskin agar ekonominya meningkat. Salah satunya dengan mengalokasikan anggaran Rp3 triliun pada tahun 2023 untuk program kerja bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Melalui anggaran tersebut, pihaknya ingin mengangkat perekonomian UMKM yang berasal dari keluarga miskin.
"Kita angkat (ekonominya) agar tidak menjadi miskin dalam satu tahun ke depan. Sehingga orang Surabaya tidak njagakno (menggantungkan) bantuan saja. Tapi bagaimana dia bisa berusaha dan lepas dari kemiskinan," pungkas Eri Cahyadi. (HAP)
Baca Juga: Berikut Ramalan Cuaca Sabtu 21 Januari 2023 Menurut BMKG
stiker. keluarga miskin surabaya kadinsos wali kota eri cahyadi
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...