CARITAU JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM terus berupaya mengawal berbagai proyek pembangunan industri petrokimia besar dengan nilai investasi mencapai 31 miliar dolar AS sepanjang 2020 sampai 2030.
"Industri petrochemical masih harus kita dorong. Kita lakukan percepatan-percepatan untuk memproduksi produk-produk atau barang-barang petrochemical," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya di Jakarta, Senin (4/7/2022).
Kementerian Perindustrian menyatakan industri petrokimia adalah industri strategis di sektor hulu karena menjadi modal dasar untuk pengembangan industri hilir, seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, obat-obatan, dan industri-industri penting lainnya.
Investasi itu untuk memperkuat komoditas sektor kimia hulu dan mampu melakukan substitusi produk petrokimia yang masih diimpor, seperti etilena; propilena; benzena, toluena, dan xilena; butadiena, polietilena, serta polipropilena.
Harga gas bumi yang dipatok pada angka 6 dolar AS per MMBTU merupakan salah satu cara pemerintah untuk mendorong perkembangan industri petrokimia di Indonesia.
Menteri Perindustrian mengungkapkan harga gas yang kompetitif untuk bahan baku industri berdampak baik terhadap daya saing dan pertumbuhan industri. Apabila daya saing sudah semakin tumbuh, artinya pertumbuhan industri manufaktur Indonesia juga akan semakin baik.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong kawasan industri agar segera bisa tersambung dengan pipa-pipa gas bumi agar industri petrokimia dapat tumbuh pesat. "Keinginan kami adalah semua industri yang membutuhkan gas sebagai bahan baku itu bisa mendapatkan gas," ucap Agus.
Industri petrokimia punya ciri khas berupa padat modal, investasi besar, kebutuhan bahan baku yang spesifik, risiko tinggi pada sisi keselamatan, serta persaingan yang sangat ketat dari sisi bisnis.
Sementara Menteri ESDM Arifin Tasrif menerangkan bahwa industri petrokimia merupakan industri skala besar yang membutuhkan banyak bahan baku, salah satunya nafta atau naphtha. Jenis hidrokarbon cair produk selang kilang minyak ini masih banyak diimpor oleh industri-industri di dalam negeri.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa jaminan ketersediaan pasokan bahan baku dan nilai keekonomian harus menjadi daya tarik, karena industri petrokimia sebelum terjadi krisis energi juga cukup tertekan karena ada banyak kompetisi.
"Indonesia ini adalah pasar, sehingga kita harus membuka peluang industri-industri besar lainnya untuk bisa masuk," kata Menteri Arifin Tasrif.(HAP)
pemerintah kawal investasi proyek industri petrokimia 31 miliar dolar as
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...