CARITAU DOHA - Mimpi buruk harus dilalui Justin Hubner (20), usai penampilan perdananya bagi Timnas Indonesia senior, pada laga uji coba pertama menghadapi Libya, Selasa (2/1/2024) —menjelang Piala Asia AFC 2023 Qatar— berujung kekecewaan.
Masuk di babak kedua, pemain klub Liga Premier Wolves itu harus merasakan getir daerah pertahanannya dibombardir tim lawan. Laga yang tersaji di Mardan Complex Stadium, Antalya, Turki berakhir dengan kekalahan empat gol tanpa balas.
Gol ketiga Libya begitu kentara. Berawal dari Hubner yang mencoba build up di wilayah pertahanan sendiri dan berencana mengirimkan umpan ke Jordi Amat. Keputusan tersebut lantas menjadi bencana, mengingat bola langsung disambar Nour Al Adin Ahmed yang tanpa ampun langsung menjebol gawang Syahrul Trisna.
Selepas pertandingan, pecinta sepak bola Tanah Air langsung menyorot pemain kelahiran Belanda itu. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang langsung menyerang dengan komentar tidak pantas di akun Instagram pribadinya @justinhubner5. Terkesan nyelekit, sang pemain sempat mengunci komentar dan mengunggah story permintaan maaf dirinya atas penampilan tersebut.
Setali tiga uang, pemain Timnas Indonesia lainnya, Jordi Amat tak luput mendapat 'sumpah serapah' dari netizen Indonesia. Dia sempat merasakan hal serupa ketika Indonesia mengalami kekalahan 5-1 atas Irak pada November lalu.
Padahal Jordi yang mendapatkan kewarnegaraan Indonesia pada November 2022, sempat mendapat acungan jempol atas penampilannya di Piala AFF 2022 lalu. Begitupun dengan kehadiran pemain keturunan lainnya yang tampil impresif di Kualfikasi Piala AFC U-23.
Sejumlah masyarakat, tak terkecuali pengamat sepak bola, ramai mempertanyakan kebijakan-kebijakan PSSI yang menabur serbuk untuk menyemaikan pemain keturunan di tubuh Timnas. Tidak lupa juga, mereka membandingkan kiprah di antara pemain keturunan dan lokal secara subjektif.
Kritik-kritik seperti ini bisa menjadi sebuah ironi, mengingat 'musim semi' pemain keturunan di Timnas Indonesia sejatinya diharapkan menjadi oase kebangkitan di periode selanjutnya. Terlebih, pemain keturunan atau naturalisasi, mempunyai hak yang sama dengan pemain lainnya di Timnas Indonesia, karena mereka sah secara hukum.
Setiap pemain berhak membela Timnas masing-masing, begitu dia secara sah memiliki kewarnegaraan dari negara tersebut. Sederhananya, ketika pemain secara sah tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), maka dia berkesempatan untuk bisa membela Timnas Indonesia.
WNI, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang ‘Kewarnegaraan’, adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara.
Selain itu, perihal kewarnegaraan juga diatur dalam Pasal 26 ayat (1) dan (2) UU No 39 Tahun 1999 tentang ‘Hak Asasi Manusia’ yang berbunyi: (1) setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status kewarnegaraannya. (2) Setiap orang bebas memilih kewarnegaraannya dan tanpa diskriminasi, berhak menikmati hak-hak yang sumber dan melekat pada kewarnegaraannya tersebut, serta wajib melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara.
Namun dalam beberapa situasi, seseorang bisa mendapat status kewarnegaraan dengan cara naturalisasi, yang memiliki arti proses memperoleh kewarnegaraan bagi penduduk non-pribumi (asing), setelah memenuhi semua syarat dan menjalankan semua prosedur naturalisasi. Pemerintah memiliki hak untuk dapat mengubah regulasi dalam perpindahan status kewarnegaraan untuk tidak menganggu stabilitas negara.
Naturalisasi dan pemain keturunan bukanlah suatu hal yang aneh di dunia si kulit bundar, jika mencermati Timnas Prancis dan Maroko yang prestasinya begitu memukau.
Pada Piala Dunia 2018, Prancis setidaknya menggunakan 15 pemain keturunan yang mayoritas merupakan imigran. Sebut saja N' Golo Kante, Paul Pogba, Raphael Varane, Samuel Umtiti, Presnel Kimpembe, hingga Kylian Mbappe yang tidak 100% memiliki darah Prancis.
Toh, pemain-pemain di atas tampil impresif sepanjang turnamen berlangsung, dan sukses menghadiahkan trofi Piala Dunia kedua mereka sepanjang sejarah.
Hal yang sama juga terlihat dari Maroko, yang tampil jadi kuda hitam di Piala Dunia Qatar 2022. Hakim Ziyech dan kawan-kawan mencatat tinta emas dengan menjadi Semifinalis turnamen.
Baca Juga: Troussier Komentari Banjir Pemain Naturalisasi di Timnas Indonesia
Lantas bagaimana di Indonesia? Bagi pesepakbola yang ingin memperoleh kewarnegaraan Indonesia, mereka bisa mendapatkan itu dengan mengikuti prosedur sebagaimana ditetapkan dalam perundang-undangan.
Sebut saja; mereka harus memiliki darah keturunan Indonesia, hingga harus menjalani kehidupan di Indonesia sekurangnya lima tahun berturut-turut, atau 10 tahun secara tidak berturut-turut jika berstatus sebagai pemain asing non-keturunan.
Gilang Kresnanda Annas, dalam jurnal berjudul ‘Analisis Persamaan Hak Kewarnegaaan Bagi Pemain Naturalisasi Sepak Bola di Indonesia’ (2023), menulis bahwa PSSI telah menaturalisasi puluhan pemain keturunan dan asing dari berbagai negara berbeda dengan mayoritas dari negara Belanda.
Hal tersebut diakibatkan jejak historis pada masa kolonialisme yang begitu lama menjajah Nusantara, sehingga tidak sedikit pribumi Indonesia yang menikah dengan Warga Negara Belanda dan memiliki keturunan.
Hubungan saling terikat antara negara Indonesia dengan Belanda akibat jejak historis yang kelam, berbanding terbalik dengan pesepakbolaan Indonesia pada era sekarang.
Sebab Belanda dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki talenta dengan ciri khas permainan sepak bola ala Belanda yang dikenal dengan Total Football, serta begitu banyak akademi berkualitas yang dibangun di sana, seperti Ajax Amsterdam, Feyenoord, hingga FC Utrecht. Alhasil, banyak masyarakat mengharapkan kualitas yang dimiliki dari pemain keturunan tersebut.
Adapun alasan pemberian kewarnegaraan Indonesia kepada pemain tersebut cukup beragam. Seperti halnya PSSI yang meminta langsung untuk kepentingan Timnas, hingga dibantu dibiayai oleh klub setelah pemain tersebut tinggal di Indonesia lebih dari lima tahun.
Pemain pertama yang dinaturalisasi oleh Indonesia adalah Van der Vin. Kiper berdarah Belanda ini dinaturalisasi lewat permintaan PSSI untuk membela Timnas Indonesia pada 1950. Setelahnya, kiprah pemain naturalisasi di Timnas maupun sepak bola Tanah Air tidak terlalu disorot karena mengusung semangat nasionalisme yang tinggi di masing-masing negara.
Proses naturalisasi baru kembali menggema, seiring pelatih Indonesia tahun 2004-2007 Pieter Withe, ingin menaturalisasi sejumlah pemain untuk membentuk timnas Piala Asia 2007. Walau pada akhirnya rencana ini sirna, seiring dipecatnya Withe sebelum Piala Asia 2007.
Kebijakan naturalisasi pemain terbilang masif dilakukan setelah tahun 2010. Hal ini dipicu berkilaunya Christian Gonzales di ajang AFF 2010. Gonzales yang sebelumnya warga negara Uruguay, mendapatkan kewarnegaraan Indonesia setelah lama berkarir di kompetisi Tanah Air. Eks Striker Persib Bandung hingga Persik Kediri itu disumpah sebagai WNI pada 3 November 2010.
Saat itu, Gonzales dinaturalisasi di usia 35 tahun. Meski terbilang gaek, kepiawaiannya mengolah si kulit bundar turut membawa sepak bola tanah air kala itu membuncah. Kontribusi besarnya ketika mencetak lima gol selama Piala AFF 2010 berlangsung membuat namanya dieluk-elukan publik, meski Indonesia tak juara kala itu.
Beberapa pemain naturalisasi seperti Gonzales karena telah lama berada di Indonesia, di antaranya Alberto Goncalves, Iljas Spasojevic, Bio Paulin, Esteban Vizcarra, hingga Victor Igboneffo.
PSSI selanjutnya mencoba melakukan langkah naturalisasi dengan tujuan mendongkrak prestasi Timnas Indonesia. Beberapa pemain dinaturalisasi karena memiliki darah Indonesia, seperti Kim Jeffrey Kurniawan, Irfan Bachdim, atau Rafael Maitimo.
Satu hal yang pasti, tidak semua pesepakbola yang dinaturalisasi memberi pengaruh positif bagi Timnas Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat memberi penilaian tersendiri untuk pemain naturalisasi keturunan, yakni kapasitasnya harus melebihi pemain lokal atau pribumi.
Sorotan tajam pernah diarahkan kepada status pemberian WNI ke Johnny Van Buekering. Dia bersedia melepas kewarnegaraan Belanda, demi merajut mimpi yang lebih baik di sepak bola Indonesia.
Namun pemain yang berposisi sebagai striker itu tak mampu menjawab ekspektasi. Postur tubuh dia yang gempal dan pergerakannya yang lambat, dinilai tidak cocok untuk seorang atlet. Alhasil dirinya hanya mencatatkan satu penampilan bersama Timnas Indonesia di ajang resmi, itupun sebagai pemain pengganti di Piala AFF 2012.
Dan setelahnya? Van Beukering malah luntang-lantung meski sempat membela Pelita Jaya di tahun 2012. Dirinya akhirnya memutuskan untuk pensiun empat tahun berselang di sebuah klub amatir Belanda. Nasib tidak jauh berbeda juga dialami beberapa pemain lainnya.
Presiden Jokowi pada tahun 2019 mengeluarkan Intruksi Presiden (Inpres) No 3 Tahun 2019 tentang ‘Percepatan Pembangunan Sepak Bola Nasional’.
Inpres No 3/2019 menunjang Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI untuk berkoordinasi lebih gencar lagi dalam mencari bakat-bakat bertalenta yang memiliki darah keturunan Indonesia, terlebih saat itu Indonesia tengah menyiapkan hajatan turnamen akbar Piala Dunia U-20 2021, meski kemudian batal digelar akibat pandemi.
Pada tiga tahun terakhir, belasan pemain keturunan akhirnya mendapatkan kewarnegaraannya. Di era Ketua PSSI, Mohamad Iriawan, pemberian status WNI sempat diberikan ke Mark Klok, Elkan Baggott, Jordi Amat, Sandhy Walsh, dan Shayne Pattynama.
Selanjutnya di era Erick Thohir, pemain-pemain yang dinaturalisasi cenderung berusia muda, yaitu Rafael Struick dan Ivar Jenner yang resmi jadi warga Indonesia pada Juni 2023, diikuti Justin Hubner.
Kini delapan pemain di atas diboyong oleh Shin Tae-yong untuk mengikuti Piala Asia 2023 yang akan berlangsung di Qatar pada 15 Januari - 10 Februari 2024.
Saat proses naturalisasi pemain di atas, ada peran besar dari Shin Tae-yong (STY) dalam mencari pemain berbakat yang memiliki darah Indonesia.
Sosok lainnya yang turut berjasa adalah mantan anggota Exco PSSI, Hamdan Hamedan. Dalam diskusi 'Naturalisasi Pemain, Mereduksi atau Memotivasi' yang digelar PSSI dan Pers, Hamdan menceritakan dirinya yang berkuliah di luar negeri pada 2021, diminta Mochamad Iriawan atau Iwan Bule untuk membuat database pemain diaspora yang bisa memenuhi syarat bermain di Timnas Indonesia.
Berbekal pengalaman sebagai Direktur Eksekutif Indonesian Diaspora Network United, dirinya mulai merekap pemain keturunan yang berpotensi. Data ini kemudian diberikan kepada Shin Tae-yong, yang kemudian dikembalikan dan merekomendasikan beberapa pemain untuk mendapatkan paspor Indonesia.
"Shin Tae-yong, sepengatahuan saya, saya membuat database dan saya share database tersebut, kemudian yang mengolah, memilih dan mengajukan adalah Shin Tae-yong," ucap Hamdan.
Kini, Hamdan tidak lagi bertugas di PSSI, melainkan di Kemenpora. Menpora RI, Dito Ariotedjo, menugaskan Hamdan sebagai Staf Ahli Departemen Diaspora untuk melanjutkan langkah serupa, tetapi di cabang olahraga yang lebih luas lagi.
Hamdan mengaku terharu, langkahnya mengumpulkan data-data pemain diaspora diteruskan PSSI. Terlebih pemain-pemain yang direkomendasikannya telah mencatatkan debut di Timnas.
"Saya menangis ketika Shayne mencetak gol saat melawan Irak," kata Hamdan.
Belakangan, Ketum PSSI Erick Thohir juga memiliki semangat yang sama dengan membuka sebesar-besarnya kesempatan bagi pemain yang ingin membela Merah Putih.
Pada 28 Desember 2023, Jay Idzes, pemain klub Venezia, resmi tercatat sebagai WNI. Dilanjutkan pemain Swansea, Nathan Tjoe-A-On, yang bakal mengambil sumpah pada Januari ini. Tiga pemain lainnya, yakni Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, dan Maarten Paes sudah menjalani tahap awal untuk dinaturalisasi.
“Ketika dia (Maarten) ketemu nenek dan orang tuanya untuk pamitan memperkuat tim Indonesia, nangis (terharu) keluarganya. Jadi dia memutuskan untuk memperkuat (Timnas Indonesia),” ungkap Erick Thohir, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin (8/1/2024).
Jelang Piala Asia AFC 2023 Qatar, seluruh Pemain Timnas Indonesia, termasuk Staff Pelatih kompak menyampaikan pesan persatuan. Mereka meminta kepada seluruh pihak untuk menghentikan pengelompokkan atau membandingkan pemain, Jumat (5/1/2024).
Sebelumnya, Skuad Garuda melakukan pemusatan latihan di Antalya, Turki, sejak 20 Desember 2023 silam. Pelatih Shin Tae-yong memanggil sejumlah nama, mulai dari pemain yang berkarir dalam negeri maupun luar negeri.
Terkini, seluruh pemain Timnas Indonesia dengan serentak mengunggah postingan foto bersama Timnas jelang Piala Asia 2023, serta menuliskan pesan agar masyarakat satu dukungan membela Tim Merah Putih di lapangan.
Mereka juga meminta kepada pecinta sepak bola Tanah Air untuk menghapus kebiasaan membeda-bedakan atau mendikotomikan pemain lokal dengan keturunan.
"Mari hentikan membandingkan pemain lokal dan pemain keturunan. Kita semua di sini adalah satu keluarga dengan satu impian, yaitu memberikan yang terbaik untuk Timnas dan rakyat Indonesia. Tidak masalah dari mana asal-usul kami, karena kami selalu bersatu, baik di dalam maupun di luar lapangan. Saat tim kami mengalami kekalahan, kita semua merasakannya, dan saat tim menang, itulah kemenangan bagi kita semua.
"Sebagai pemain, mengenakan jersey 'Merah Putih' bukan hanya kebanggaan, tetapi juga suatu kehormatan bagi kami. Mari bersama-sama, dukung, dan support kami dengan penuh semangat di Piala Asia 2024," tulis seluruh pemain Timnas Indonesia lewat akun masing-masing sosial medianya.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengapresiasi inisiatif seluruh pemain Timnas Indonesia yang kompak menyerukan persatuan jelang Piala Asia 2023. Dia mengatakan, Bangsa Indonesia selalu bersatu sebelum menjalani langkah besar, dalam kaitan ini adalah Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024.
“Kemarin saya cek dan telepon langsung ke pemain, apakah disuruh atau tidak, ternyata mereka benar-benar konsolidasi sendiri. Saya terharu, itulah Indonesia," kata Erick kepada sejumlah wartawan di SUGBK, Senin (8/1/2024).
Terlepas dari rekam jejak baik atau buruknya naturalisasi, PSSI perlu memperhatikan bahwa langkah tersebut hanya untuk meningkatkan kualitas sepak bola di Tanah Air. Berbagai komponen lainnya, seperti pengembangan pemain muda di Indonesia mesti digenjot, selaras dengan persaingan sehat di antara pemain tanpa adanya pengelompokan.
Naturalisasi hanya proses, mereka adalah bagian dari kita dan layak mendapat perlakuan yang sama sebagai Warga Negara Indonesia. Kita doakan mereka berkiprah terbaik di Piala Asia AFC 2023 Qatar.(Rahma Dhoni)
Baca Juga: Sempat Cedera dan Absen Bela Timnas, Kondisi Ernando Mulai Berangsur Pulih
timnas indonesia Piala Asia AFC 2023 Qatar shin tae yong justin hubner
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...