CARITAU JEMBER – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember KH Abdul Haris menganggap bacaan sholawat Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang melakukan ritual di Pantai Payangan dan mengakibatkan 11 orang pengikutnya tewas dihantam ombak tinggi, tidak ada yang aneh.
"Kalau dari sisi bacaan sholawat tidak ada yang aneh, kemudian menjadi aneh ketika ritual dilaksanakan di pantai, apalagi ketika ombak besar, dan konon katanya sudah dilarang. Itu yang jadi masalah," kata KH Abdul Haris di Kabupaten Jember, Selasa (15/2/2022).
Baca Juga: Ritual Pantai Payangan Abaikan Larangan Aladin, Khofifah Santuni Korban
Ia mengaku baru mengetahui padepokan tersebut setelah tragedi maut yang terjadi di Pantai Payangan Jember pada Minggu (13/2/2022), sehingga MUI Jember tidak punya banyak data terkait dengan ritual yang dilakukan Padepokan Tunggal Jati Nusantara.yng
"Kami coba menelusuri dari video yang sudah viral dan teman-teman di Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi. Dari tayangan video itu, kami menegaskan bahwa dari sisi bacaan tidak ada yang aneh," tuturnya seperti dikutip Antara.
Menurutnya, Pantai Payangan yang dijadikan lokasi ritual yang menjadi masalah karena seakan-akan kelompok tersebut memiliki keyakinan bahwa ritual yang dilakukan di pantai lebih bagus dibandingkan tempat yang lain.
"Padahal, sesuai ajaran agama Islam sudah jelas bahwa tempat istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam segala hal adalah masjid dan tempat ibadah," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Fatwa untuk melakukan wawancara dan mencari data terkait Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Dukuhmencek.
"Bisa jadi orang-orang di kelompok itu serius punya sesuatu yang diajarkan kepada orang lain, namun kami belum bisa menjawab hal itu, karena kami masih kumpulkan data dan informasi," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan kejadian ritual di Pantai Payangan itu mengingatkan kembali terkait adanya fenomena patologi sosial yang banyak terjadi di masyarakat.
“Patologi sosial, yakni penyakit sosial atau gejala sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat baik, yang ingin cepat kaya, ingin digdaya, dan lain- lain, yang ingin cepat tercapai tujuannya,” kata Gubernur Khofifah saat meninjau lokasi kejadian, Senin (14/2/2022).
Patologi sosial yang terjadi di masyarakat, salah satunya keinginan cepat kaya secara instan, ingin tercapai segala cita-citanya melalui langkah pendek, sehingga pihaknya ingin mengajak perguruan tinggi untuk hadir menjadi bagian dalam mencari solusi dari fenomena tersebut.
"Saya menyarankan, jika punya masalah dan ingin mendekat kepada Allah SWT, sebaiknya berzikir dan mencari tempat yang tenang, bukan tempat yang berbahaya," kata Khofifah. ( HAP)
padepokan tunggal jati nusantara ritual maut pantai payangan
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...