CARITAU SURABAYA – Nuansa multikultur menjadi tema yang digemari pengunjung perayan Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili yang digelar Kelompok Studi Psikologi Bencana (KSPB) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya).
“Satu tema yang diusung perayaan Tahun Baru Imlek 2002 adalah akulturasi budaya, karena tradisi tionghoa sudah menyatu di masyarakat jawa,” kata Listyo Yuwanto S.Psi., M.Psi., Koordinator Kelompok Studi Psikologi Bencana, yang juga Dosen Fakultas Psikologi Ubaya, Senin (31/1/2022).
Kegiatan menyambut Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili itu digelar di Gedung PC lantai 3, Kampus II Ubaya Tenggilis.
Ada empat tema serta permainan tradisional Tionghoa yang sudah hampir dilupakan jadi pertunjukan buat para pengunjung.
Berbagai aktivitas dan tradisi mengenang semarak Tahun Baru Imlek termasuk aktivitas membuat bunga teratai dari kertas sembahyang, termasuk menyiapkan empat theme table.
Perayaan Imlek di Pecinan menjadi theme table pertama, bernuansa keceriaan imlek lengkap dengan pagoda berwarna merah dan barongsai. Theme table kedua bernuansa makanan, dan memiliki aroma sedap yang semerbak ke seluruh ruangan.
Beragam makanan khas Tionghoa tersaji. Ada dimsum, kue ku (kue tempurung kura-kura merah), mie, kue kukus, tiga buah jeruk, ikan bandeng, permen, serta manisan segi delapan.
“Mengenalkan apa tradisi makanan saat imlek. Mie contohnya, berarti doa, panjang umur, kebahagiaan, serta kesuburan bagi yang belum punya anak. Manisan segi delapan menggambarkan hidup, ada manis asam asin kecut, macam-macam. Simbol kehidupan. Kalau makan manisan itu dipercaya panjang umur dan mengingatkan ragamnya tantangan dalam hidup,” terang Listyo.
Tema tempat sembahyang yang juga diwarnai dengan beberapa kertas doa, dupa hio berbagai warna, kacang kwaci, serta ornamen bunga teratai yang disusun menggunakan kertas doa.
Theme table keempat adalah theme table yang bernuansakan Indonesia dengan mengangkat nilai multikultur dengan menghadirkan suasana seperti di Jogja, serta juga beberapa tempat yang sudah kental dengan nuansa Tionghoa yang bercampur baur dengan budaya lokal.
“Theme table ini menampilkan figur-figur tentara dan beberapa bawaan lokal yang dimiliki yang kental dengan paduan budaya Tionghoa dan lokal,” kata Listyo. (HAP)
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...