CARITAU CAPE TOWN – Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa menyatakan akan menolak seruan untuk mengutuk Rusia yang digaungkan oleh Amerika dan sekutu dari negara-negara barat.
Dalam konteks perang yang terjad di Ukraina, Ramaphosa ikut menyalahkan NATO atas sikapnya yang tidak mengindahkan peringatan dari sejumlah pemimpin dan pejabatnya sendiri.
Baca Juga: Rusia Meminta Penyelidikan Internasional Terhadap Jatuhnya Pesawat Il-76
"Perang bisa dihindari jika NATO telah mengindahkan peringatan dari para pemimpin dan pejabatnya sendiri selama bertahun-tahun, bahwa ekspansi ke arah timur akan menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar, tidak kurang, dikawasan itu," kata Ramaphosa, seperti dikutip Reuters, Kamis (17/3/2022) lalu.
Meski begitu, Ramaphosa mengatakan, sikap Afsel tidak dapat memaafkan penggunaan kekuatan dan pelanggaran hukum internasional, sebuah referensi yang jelas untuk invasi Rusia pada 24 Februari ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata dan mendenazifikasi Ukraina.
Kendati demikian, Ramaphosa mengungkapkan, bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah meyakinkannya secara pribadi, bahwa negosiasi sedang membuat kemajuan. Pemimpin Afrika Selatan itu juga mengatakan, dia belum berbicara dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ramaphosa menuturkan, Afsel telah diminta untuk menengahi konflik Rusia-Ukraina, ia mengaku telah mengatakan kepada Putin bahwa hal itu harus diselesaikan melalui negosiasi. Dia tidak mengatakan siapa yang memintanya untuk campur tangan.
"Ada orang-orang yang bersikeras bahwa kita harus mengambil sikap yang sangat bermusuhan terhadap Rusia. Pendekatan yang akan kita ambil (sebagai gantinya) adalah bersikeras bahwa harus ada dialog. Berteriak dan berteriak tidak akan mengakhiri konflik ini," tambah Ramaphosa.
Diketahui hingga kini, invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki pekan ke-4. Paska invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Amerika Serikat beserta sekutunya telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
tak hanya itu, imbas dari invasi tersebut, sejumlah sanksi juga turut dirasakan oleh para konglomerat Rusia, perusahaan, pengusaha Rusia, dan memutus Rusia dari sebagian besar ekonomi dunia.
Sementara itu dalam siaran persnya, Putin seperti dirilis Antara mengatakan, apa yang dia sebut operasi militer khusus di Ukraina diperlukan, karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Menyikapi hal ini, menurut Putin wajar rasanya jika Rusia harus bertahan melawan hal tersebut.
Menanggapi hal itu, Ukraina menyatakan bahwa klaim genosida Putin adalah omong kosong. Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengatakan kepada anggota parlemen Uni Eropa, bahwa mereka harus mengakui Putin sebagai penjahat perang. (GIBS)
Baca Juga: Bertemu dalam Sidang PBB, Presiden Zelenskyy dan Menlu Rusia Saling Menghindar
konflik rusia dan ukraina presiden afrika selatan tuding nato
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...
Pertarungan Dukungan Eks Gubernur Foke dan Anies v...