CARITAU DEPOK – Momentum Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah tentu menjadi sebuah kebahagiaan bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perayaan Idul Fitri merupakan momentum berbagi kebahagiaan atas kemenangan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan.
Salah satu yang menarik dari perayaan idul Fitri adalah budaya silaturahmi menyambangi sanak keluarga maupun tetangga di kampung halaman yang dikenal dengan mudik.
Baca Juga: Korlantas Polri Akhiri One way KM 47-KM 414 Pada Sabtu Pukul 08.00 WIB
Umat musim yang merayakan ada yang memilih mudik (pulang kampung) ada juga tetap dirumah bersilaturahmi dengan keluarga dekat ataupun para tetangga.
Mudik sendiri disinonimkan oleh KBBI menjadi istilah pulang kampung. Kata mudik Itu berarti kegiatan perantau/pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya.
Istilah mudik ternyata sudah ada sejak jaman kerajaan di Indonesia. Dahulu para nenek moyang kita melakukan perjalanan pulang kampung ke tempat asalnya seketika selesai dari tugas menjaga keamanan teritorial wilayah kekuasaan ataupun paska berhasil menduduki suatu wilayah jajahan.
Meski sudah menjadi tradisi sejak lama, istilah ‘mudik’ baru populer di tahun 1970-an.
Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengatakan, kebiasaan pulang ke kampung halaman (mudik) dimulai sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.
"Awalnya, mudik tidak diketahui kapan. Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam," kata Silverio.
Alkisah, dahulu wilayah kekuasaan Majapahit begitu luas hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya. Kerajaan Majapahit pun menempatkan para pejabatnya di titik-titik kekuasaan mereka.
Sampai pada suatu ketika, pejabat tersebut akan kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap raja sekaligus pulang ke kampung halaman. Kebiasaan ini lantas dikaitkan dengan lahirnya fenomena mudik.
"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," kata Silverio.
Di masa kini, mudik dilakukan oleh masyarakat perantau yang bekerja di kota-kota besar atau bahkan hingga ke luar pulau. Beragam moda transportasi digunakan untuk mudik, salah satunya yang jadi primadona adalah bus. Selain berbiaya murah, bus juga praktis karena tak perlu membeli tiket jauh-jauh hari alias booking ticket seperti pesawat terbang atau kereta api.
Kisah Herman, Supir Bus Berjibaku Antar Pemudik
Larisnya moda transportasi bus membuat profesi supir bus ikut kebanjiran rezeki. Salah satunya adalah Herman (41). Meski harus menahan rindu untuk bertemu sanak keluarga dalam momentum Lebaran Idul Fitri, Herman tetap antusias menjalankan tugasnya mengantar para pemudik sampai ke tujuan dengan selamat.
Herman yang asal Kebumen Jawa Tengah itu berprofesi sebagai Supir Bus PO. Sumber Alam di Terminal Jatijajar, Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan pengakuannya kepada caritau.com, pada momentum Lebaran tahun ini, Herman memilih untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai sopir bus yang bertugas mengantarkan para pemudik sampai ke kampung halamannya, dengan harapan dapat memberikan pundi-pundi rejeki untuk memenuhi kebutuhan keluarga tercintanya di kampung.
"Saya mah gak masalah, (tetap bertugas) karena kan harus mencari rezeki buat keluarga dan satu sisi ini juga menjadi kewajiban saya kepada perusahaan PO dan ketentuannya seperti itu mas," ucap Herman di sela-sela waktu kosongnya di terminal Jatijajar, Depok, Kamis (28/4/2022).
Herman mengatakan, pihaknya bersyukur tahun ini pemerintah telah mengizinkan masyarakat untuk mudik ke kampung halaman, sehingga dapat membantu dirinya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
"Saya bersyukur tahun ini masyarakat sudah diperbolehkan mudik, Alhamdulilah menambah pendapatan saya untuk kebutuhan keluarga," kata Herman semringah.
Pria yang dianugerahi tiga orang anak ini mengaku tak keberatan dengan padatnya jadwal sebagai supir bus karena tingginya animo masyarakat pasca dua tahun tidak dapat berkunjung ke kampung halaman akibat pendemi Covid-19.
"Ya dijalani saja mas, saya sendiri tidak keberatan, ya namanya momentum mudik jalanan macet sudah biasa. Biarpun saya gak mudik saya senang masyarakat bisa mudik bertemu dengan keluarga di kampung halaman," katanya.
Herman menjelaskan, untuk harga tiket pada momentum lebaran tahun ini telah mengalami kenaikan, sesuai dengan ketentuan dari pemerintah
"Untuk tarif naik mas, sebelum lebaran tarif bus Jakarta - Yogyakarta Rp 160.000, sekarang naik jadi Rp360.000," terang Herman
Kepada caritau.com Herman pun menceritakan suka dukanya berbagi pengalaman saat mengantarkan para pemudik menuju kampung halaman.
Sebagia supir bus dengan trayek Jakarta-Yogjakarta, waktu yang ia habiskan untuk mengangkut penumpang sekali jalan cukup lama di tengah kemacetan arus mudik tahun ini. Ia biasa menjemput penumpang di terminal Jatijajar, Depok dan Terminal KP Rambutan, Jakarta Timur.
Untuk mengatasi kejenuhan di tengah kondisi kemacetan, dirinya biasa menyediakan rokok dan kopi untuk menemani perjalananya.
Bagi Herman, kopi dan rokok yang selalu ia siapkan dalam setiap perjalanan, adalah obat untuk melawan kejenuhan dan kebosanan selama perjalanan mengantarkan para pemudik ke tempat tujuanya.
Selain itu, ada salah satu lagi triknya untuk menghibur diri saat jalan tengah macet. Herman biasa mengunyah kuaci untuk sekadar melepas stres karena harus menunggu antrian rentetan kepadatan mobil di jalur mudik.
"Kita mah ngerokok sambil makan kuaci aja uda cukup, buat ngatasin ngantuk sama stres di jalan karena situasi jalur mudik hari ini udah mulai padet, gak lupa kopi juga kita seruput," kata Herman dengan logat Jawa campur Betawi.
Dalam penutup obrolan, Herman mengatakan pihaknya bakal berjibaku dengan aspal dan deru mesin bus sampai paska mudik atau H+9 lebaran tepatnya tanggal 8-9 Mei mendatang.
"Salam saya buat keluarga yang sabar ya walaupun saya gak bisa gabung di hari H lebaran, namanya juga lagi nyari rejeki. Ya paling saya bisa pulang tanggal 8-9 Mei," pungkasnya. (GIBS)
Baca Juga: Anies Soroti Kepadatan Pemudik Akibat Bus Telat Tiba di Terminal
kisah perjuangan supir bus berjibaku lawan macet sedia kopi hingga kuaci atasi kebosanan mudik aman sehat
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...