CARITAU PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un dalam sebuah rapat pleno meminta pasukan bersenjatanya untuk bersiap menghadapi perang melawan Amerika Serikat. Kim Jong-un menyalahkan Washington atas ketegangan terbaru di Semenanjung Korea.
Pada hari kedua Rapat Pleno ke-9 Komite Sentral Partai Pekerja Korea (WPK) ke-8 pada Rabu (27/12/2023), Kim Jong-un mengatakan bahwa Amerika Serikat terlibat dalam konfrontasi "yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap Korut.
“Menetapkan tugas-tugas bagi Tentara Rakyat dan industri amunisi, senjata nuklir dan sektor pertahanan sipil untuk lebih mempercepat persiapan perang," kata Kim sebagaimana dikutip oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Jumat (29/12/2023).
Baca Juga: Jurgen Klinsmann Ingin Tularkan Pengalaman Piala Dunia 1990 ke Skuad Korea Selatan
Putra dari Kim Jong-il itu mengatakan, situasi politik dan militer telah mencapai tingkat yang ekstrem. Hal itu merupakan akibat dari sikap anti-Korut yang dilakukan Amerika Serikat.
Kim juga berjanji akan memperluas hubungan kerja sama strategis dengan negara-negara yang mereka sebut sebagai negara merdeka anti-imperialis.
Pekan lalu, Kim memperingatkan bahwa negaranya "tidak akan ragu untuk meluncurkan serangan nuklir jika ada "musuh" yang memprovokasinya dengan nuklir.
Pyongyang baru-baru ini melakukan uji coba meluncurkan rudal balistik antarbenua Hwasong-18 berbahan bakar propelan padat, yang meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Tensi Semenanjung Korea Naik
Tanggal 27 Desember 1945 menjadi saksi bagi pembagian Semenanjung Korea menjadi dua bagian, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Semenanjung Korea, yang melintang sekitar 1.100 kilometer dari daratan Asia hingga Samudra Pasifik, sebelumnya merupakan entitas politik tunggal selama berabad-abad sebelum Perang Dunia II.
Selama berpuluh tahun, hubungan kedua negara tersebut memang naik turun dan tak pernah akur. Terlebih saat Amerika Serikat mulai terlibat di dalamnya. Kerjasama Korea Selatan dan Amerika Serikat menjadi salah satu pemicunya. Pada saat Korea Selatan memiliki hubungan yang intens dengan Amerika Serikat, Korea Utara cenderung menunjukkan respon yang agresif terhadap Korea Selatan.
Kerjasama militer dari masing-masing negara baik Korea Selatan dengan Amerika Serikat maupun Korea Utara dengan China juga menjadi salah satu faktor penentu ketegangan Semenanjung Korea.
Belum lama ini ketegangan kembali meningkat. Korea Selatan dalam sebuah pernyataan Senin (27/11/2023) menuding Korea Utara meluncurkan satelit mata-mata yang memicu ketegangan di semenanjung Korea.
Aksi Korea Utara meluncurkan satelit mata-mata direspons keras oleh Korsel. Seoul menangguhkan persetujuan untuk meredakan ketegangan di perbatasan yang diteken pada 2018. Pihak Seoul memutuskan perjanjian dan menegaskan tak akan kembali pada persetujuan tersebut.
Pada Senin ini seorang sumber militer Korsel kepada AFP mengatakan, bahwa Korut mengirimkan tentara bersenjata dan peralatan lain demi membangun kembali pos penjagaan di perbatasan.
Kantor berita Korsel, Yonhap, turut melaporkan pembangunan kembali pos penjagaan oleh tentara Korut. Sebelumnya ada 11 pos penjagaan yang dihancurkan usai perjanjian pada 2018 diteken. (IRN)
Baca Juga: Meski Diveto Amerika Serikat, Sekjen PBB Kembali Serukan Gencatan Senjata
korea utara rudal korea selatan amerika serikat Konflik Semenanjung Koera nuklir aktivitas nuklir pertahanan negara
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...