CARITAU JAKARTA - Indonesian Essay Poetry Community menggelar kegiatan pembacaan puisi esai mengenang hari Martin Luther King seorang pendeta baptis dan aktivis hak asasi sipil yang terkenal di Amerika pada tahun 1960 an. Kegiatan itu digelar di pusat kebudayaan besar AS, dikawasan Pasifik Place, Sudirman Central Bisnis Distriki (SCBD), Jakarta Selatan.
Chairwoman of the Indonesian Essay Poetry Community, Monica JR, kegiatan itu digelar dalam rangka mengenang perjuangan Martin Luther King dan Denni JA dibidang seni puisi. Puisi-puisi yang dibuat Martin merupakan puisi yang membangkitkan semangat perlawanan.
Monica mengungkapkan, saat itu baik Martin maupun Denni JA sama-sama menyuarakan Gerakan anti diskriminasi melalui puisi-puisi karyanya. Pidato Martin Luther King ‘I Have a Dream’ di tahun 1960 diangkat dalam puisi esai dengan konteks yang berbeda di tahun 2020. Salah satunya, puisi Denny JA yang berjudul ‘Lennon Has a Dream Too.
Dimana puisi tersebut memberikan makna yang sangat mendalam memimpikan lebih meratanya ekonomi orang kaya dan orang miskin. Diketahui pula, satu persen orang terkaya menguasai 85 persen kekayaan dunia. Sedangkan, Martin Luther King memimpikan kesetaraan ras kulit hitam dan kulit putih.
Monica menjelaskan, Martin Luther King menyuarakan anti diskriminasi dalam konteks sosial politik di Amerika Serikat salah satunya diskriminasi kulit hitam dan kulit putih.
Sementara di Indonesia, lanjut Monica, diskriminasi ini terjadi akibat perbedaan keyakinan agama (Ahmadiyah, Shiah), Etnis Tionghoa yang pernah terjadi pada kerusuhan 1998, LGBT, orang kaya dan miskin.
"Maka dari itu, untuk menghormati Hari Martin Luther King Jr. Puisi Esai Network dengan @america menyelenggarakan acara bersama yang dilaksanakan di pusat kebudayaan Amerika Keduataan Besar AS, Pacific Place, Jakarta ," kata Monika kepada wartawan di lokasi, Jumat (20/1/2022).
Diketahui, acara terebut juga melibatkan dan turut mengundang komunitas pencinta sastra dan seni, aktivis hak sipil, dan publik generasi muda. Monika mengurutkan, mereka semua berkumpul dan membagikan puisi asli atau karya favorit yang terinspirasi dari pesan Dr. King tentang kesetaraan dan keadilan untuk semua.
“Dr. King adalah sosok ikonik dalam gerakan hak sipil dan dikenang atas perjuangannya memperjuangkan kesetaraan ras. Pesannya tentang antikekerasan dan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap keadilan telah mengilhami banyak orang di seluruh dunia, termasuk banyak anak muda," ujarnya.
Monica mengatakan, perjuangan tentang antikekerasan dan komitmennya yang tidak goyah terhadap keadilan, telah mengilhami banyak orang di seluruh dunia, termasuk anak-anak muda. Oleh karena itu, lanjut Monica, perjuangan Dr. King sejalan dengan spirit puisi esai.
Monica mengatakan, penggagas puisi esai, Denny JA selalu mengutip pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy yang mengatakan bahwa, jika banyak politisi membaca puisi dan lebih banyak penyair memahami politik, maka kita akan mewarisi dunia yang lebih baik.
Puisi esai lahir untuk menempatkan persoalan sosial yang nyata ke dalam jantung puisi dengan bahasa yang indah, serta mudah dipahami oleh publik.
“Jangan pernah meremehkan karya sastra. Buktinya novel Uncle Tom’s Cabin yang ditulis oleh Harriet Beecher Stowe berhasil membuat masyarakat Amerika tergugah dan pada akhirnya menghapus hukum perbudakan di konstitusi Amerika Serikat,” tandas monica. (GIB)
kenang martin luther king aktivis perempuan pembacaan puisi pusat kebudayaan as seni puisi
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...