CARITAU JAKARTA – Chef Vindex Tengker mengatakan memasak daging sapi ternyata juga perlu memahami kegunaan dari bagian daging tersebut, selain kualitasnya.
“Sebenarnya kita harus tahu daging bagian mana, untuk masak apa. Karena ada daging yang bisa dimasak dry cooking method, misal disatai, atau tumis. Sama yang dimasak lama atau yang disebut wet cooking method," kata Vindex, Rabu (23/11/2022).
Dengan begitu, lanjut Vindex, orang harus tahu ini bisa dipakai buat steak atau tidak. “Bisa dipakai buat masak lama nggak. Karena ada kalau daging yang bagus, dimasak lama malah kering. Rasanya jadinya dry, kurang juicy rasanya," tambah Vindex.
Jika salah memilih jenis daging sapi untuk dimasak maka hal tersebut dapat mengakibatkan rasa alot saat dimasak.
Misalnya, daging sapi bagian betis tidak bisa dimasak menjadi satai. Sebab, bagian ini memiliki tekstur keras.
"Supaya nggak keras pun tekniknya harus menggunakan daging yang tepat. Kalau rump, dia ada bagian yang bisa dibikin satai. Tapi kalau bagian betis itu nggak bisa dibikin satai. Mau diapain juga, nggak bisa. Karena dia keras, harus dimasak lama," ujar Vindex.
"Kalau sirloin misalnya daging yang bisa dibikin steak, terus dibikin rendang, ya kering," sambungnya.
Durasi memasak daging juga sangat bervariasi. Namun, Vindex mengungkapkan bahwa jika memasak daging sapi Australia, proses memasak pun bisa lebih cepat dibandingkan jenis daging sapi lain.
"Kalau masak lama, tergantung ya. Kalau pakai daging sapi Australi, karena dia (sapi) makannya bagus, diternakan dengan benar, jadi kalaupun perlu dimasak lama itu paling lama satu setengah jam, dua jam," kata Vindex.
"Kalau di sini kan, sapinya misal disuruh nyawah dulu baru dipotong. Otomatis dagingnya cenderung lebih keras. Tapi kalau untuk masakan Indonesia, masih oke. Karena rasanya lebih ber-flavor. Tapi kalau steak, belum bisa pakai lokal. Pasti alot," lanjutnya dikutip Antara.
Di sisi lain, Meat & Livestock Australia Regional Manager South-East Asia, Valeska, menjelaskan memang bukan tanpa alasan daging sapi Australia memiliki kualitas yang berbeda.
Hal ini disebabkan, sapi di Australia sendiri diternak dengan sangat baik. Mulai dari pakan, hingga tingkat stres sapi juga sangat diperhatikan di negara tersebut.
Terlebih lagi, para peternak di sana juga telah berpengalaman selama 200 tahun secara turun temurun. Sehingga, segala sistem peternakannya sudah semakin disempurnakan. Tak hanya itu, daging sapi Australia juga telah tersertifikasi halal dari MUI.
"Untuk daging sapi Australi itu memang sudah punya sejarah yang panjang. Jadi para peternak di sana sudah memelihara sapi lebih dari 200 tahun, dan semua sistem peternakannya sudah disempurnakan selama 200 tahun," papar Valeska.
"Hasil dagingnya juga berbeda dan cukup khas. Karena peternak di sana benar-benar memperhatikan semua langkah. Mulai dari pakan, jenis sapi, tingkat stres sapi, dan juga standar lainnya," pungkasnya. (HAP)
Demonstrasi PW GPII Desak Penyelidikan Tuntas Kasu...
KJP Plus dan KJMU Tahap II Segera Cair, Disdik DKI...
Steve Madden Buka Store Ketiga di Surabaya
GKJ Siap Kawal Hasil Pilkada 1 Putaran untuk Pramo...
Peluang Pilkada Jakarta Dua Putaran, RK-Suswono Bi...