CARITAU JAKARTA – Sabtu pagi itu masinis Febrian Zhary Mukti ditugasi mengemudi KA Tegal Bahari CC 201 92 20 dari Stasiun Senen Jakarta menuju Tegal Jawa Tengah. Ditemani asisten masinis Ahmad Iswandaru Qadri, keduanya menjalankan tugas seperti biasa. KA Tegal Bahari memulai perjalanan pada Sabtu (29/4/2023) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Febrian yang melajukan kereta dengan kecepatan 27 km/jam, sudah melintas di Stasiun Jatinegara sekitar pukul 09.29 WIB. Setelah melewati terowongan flyover Jatinegara, ia melihat sosok menggunakan jaket hitam sedang berdiri di sebelah kanan tembok jalan raya dalam jarak sekitar 200 meter.
Spontan Febrian membunyikan klakson untuk memberi tanda bahwa keretanya akan lewat. Fokusnya kemudian teralih karena saat itu ada wesel atau perpindahan jalur kereta yang harus ia lewati. Tak disangka, sosok pria berjaket hitam itu masih berada di posisi semula. Dan saat kereta hanya tinggal berjarak dua meter lagi, pria itu justru menyeberang rel sehingga tertabrak kuda besi.
Febrian lantas membuat laporan ke pusat pengendalian kereta api pusat dan mengisi form peristiwa luar biasa yang ada di lokomotif. KA Tegal Bahari terus melaju dan setibanya di Stasiun Cirebon Baru, barulah Febrian mengetahui bahwa korban yang tertabrak di Depan Pasar Enjo, Cipinang, Jakarta Timur tadi adalah seorang polisi berpangkat AKBP bernama Buddy Alfrits Towoliu yang menjabat Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur.
Pada awal peristwa, dugaan sementara pihak kepolisian menyebutkan bahwa AKBP Buddy tewas bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke kereta api.
"Didapatkan untuk sementara dari langkah-langkah yang kita lakukan, (kejaidan) ini patut diduga bunuh diri. Sementara ini dalam proses penyelidikan," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo saat olah TKP pada Sabtu (29/4/2023).
Menurut Trunoyudo, jauh sebelum kejadian, AKBP Buddy diketahui mengidap sakit empedu, berikhtiar berobat dan sempat menjalani operasi. Almarhum bahkan sempat menghadap Kapolres untuk meminta izin karena sakit, padahal dirinya baru saja diangkat menjadi Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur.
"Kalau izinnya ini baru dua minggu lalu dan kemudian menjalani operasi di RS Pondok Indah. Beliau ini baru serah terima. Begitu ke Polres Jaktim menghadap ke Kapolres langsung minta izin karena sakit," katanya.
Jadi, lanjut Trunoyudo, ada percakapan antatra AKBP Buddy dengan Kapolres yang menyatakan bahwa sakitnya sudah tidak tertahankan lagi dan tidak bisa berbuat apa-apa kalau sedang kambuh. Izin pun diberikan. Selama dua minggu tidak bertugas , AKBP Buddy terus melakukan sejumlah tindakan medis. Namun penyakitnya tak kunjung membaik.
Hal inilah yang diduga menjadi pemicu AKBP Buddy nekat mengakhiri hidupnya.
"Berobat, kemudian menjalani beberapa (tindakan) medis, yang tentunya juga bahan untuk proses penyelidikan," lanjutnya.
Publik pun dibuat terkejut dengan peristiwa tewasnya AKBP Buddy dengan cara tragis. Maklum saja, almarhum adalah sosok polisi dengan prestasi baik dan beberapa kali meraih penghargaan atas keberhasilan mengungkap kasus-kasus besar. Kecurigaan pun mencuat. Pada saat awal kejaidan, ada pihak keluarga yang sempat bereaksi dengan melontarkan berbagai dugaan skenario jahat yang menyebabkan tewasnya AKBP Buddy.
Sang Paman, Cyprus A Tatali, merasa curiga kematian AKBP Buddy berkaitan dengan jabatan barunya yang baru dua pekan sebelum kecelakaan. Menurut Cyprus, Buddy sempat mendapatkan telepon misterius sekitar pukul 9 pagi sebelum ditemukan tewas tertabrak kereta.
"Selama nggak sampai satu jam, tahu-tahu dapat berita dia meninggal. Nah, dugaan-dugaan ini karena kok nggak sampai satu jam dari telepon itu langsung datang berita meninggal," ungkap Cyprus kepada wartawan di Jakarta Timur, beberapa jam setelah kejadian.
"Dari pihak keluarga kalau dituduh bunuh diri itu kami menolak, sangat menolak," imbuh Cyprus.
Cyprus melanjutkan, penolakan keluarga terhadap dugaan bunuh diri lantaran dalam keseharian, keponakannya itu tidak mengalami gangguan jiwa atau mental. Secara ekonomi keluarganya juga berkecukupan, serta terbilang harmonis bersama anak dan istrinya.
"Kalau gangguan jiwa tidak mungkin. Dia kan sekarang mendapat tugas baru jadi Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur," kata Cyprus.
Pengangkatan menjadi Kasat Narkoba sempat disesali oleh pihak keluarga yang curiga ada kaitan dengan kecelakaan yang menimpanya. Apalagi sebelum diangkat menjadi Kasat Narkoba Polres Jaktim, Buddy memang punya karier cemerlang di kesatuan Propam Polda Metro Jaya. Sang paman bahkan mengaku lebih memilih keponakannya itu menjadi polisi biasa kalau promosi justru membuat nyawanya melayang.
"Ini jadi pertanyaan besar dari kami keluarga. Kalau tahu-tahu karena jabatan kasat narkoba, lebih baik tak perlu jabatan itu… ," sambungnya.
Dia pun menyebut dugaan Buddy bunuh diri di rel kereta api sangat tak masuk akal.
"itu jadi pertanyaan besar dengan kematian mendadak. Tahu-tahu ada berita ditabrak. Tak logis bagi kami, bagi keluarga," tambahnya.
Cyprus mengatakan bahwa sebelum tewas tertabrak kereta api, Buddy mendapatkan telepon dari seseorang misterius. Tak lama setelah menerima telepon itu, Buddy bergegas pergi. Korban menggunakan ojek online. Hal itu juga aneh bagi keluarga korban karena AKBP Buddy membawa mobilnya saat berangkat ke Polres Metro Jakarta Timur.
"Nah saat berangkat anehnya dia naik Grab, padahal dia ada mobil pribadi. Artinya kan bertanya juga keluarga . Yang telepon ini berarti tidak selevel atau tidak di bawah dia. Dia butuh waktu, butuh kecepatan agar segera bertemu. Kan kira-kira begitu," duganya.
Malang Melintang Jadi Reserse
AKBP Budi Alfrits Towoliu menghabiskan sebagian besar kariernya di Polda Metro Jaya. Terbilang cemerlang dan sempat meraih beberapa penghargaan bergengsi. Maka wajat jika Buddy kemudian diangkat menjadi Kanit I Subdit Jatanras Ditreskrimum PMJ pada tahun 2015 dengan pangkat Komisaris Polisi.
Saat bertugas di Jatanras, dia pernah mengungkap beberapa kasus penting yang menjadi perhatian publik, seperti pembunuhan Deudeuh Alfi Sahrin alias Tata Chubby (26) yang ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada 11 April 2015 silam. Buddy juga menjadi bagian dari tim yang menangani kerusuhan dalam aksi 411 pada November 2016.
Kapolda Metro Jaya saat itu, Tito Karnavian, bahkan memberikan apresiasi atas kinerja AKBP Buddy dengan menganugerahkan penghargaan bersama sederet personal PMJ berprestasi lainnya, seperti AKBP Herry Heryawan, Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Kompol Jerry Siagian.
Kariernya Buddy terus menanjak. Ia kemudian mendapatkan kenaikan pangkat menjadi AKBP dan mengemban jabatan baru di Bidang Propam sebagai Kasubbid Paminal Propam Polda Metro Jaya. Di Propam, kariernya juga moncer. Pada awal 2022, dia bahkan menerima penghargaan atas kinerjanya sebagai Paminal. Penghargaan diberikan langsung oleh Irjen Pol Ferdy Sambo selaku Kadiv Propam.
Kariernya di Propam ternyata tak berlangsung lama. Kemampuannya di bidang reserse membawanya menjadi Kasat Narkoba Polres Jaktim. Telegram Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto tertanggal 27 Maret 2023 mengamanatkan dirinya menjadi Kasat Narkoba Polres Jaktim, menggantikan AKBP Agung Wibowo yang bertukar jabatan menjadi Kasubbid Paminal Bid Propam PMJ.
Selain menjadi polisi handal, AKBP Buddy juga mengenyam pendidikan tinggi. Ia tercatat memiliki gelar S-1 sebagai Sarjana Ekonomi (SE) dan juga bergelar S-2 Magister Manajemen (MM)
Di luar tugasnya sebagai polisi, Buddy punya hobi lari. Dilansir dari berbagai sumber, dia tercatat beberapa kali mengikuti event lomba lari. Hampir setiap hari, Buddy selalu menyempatkan diri untuk melakukan push up.
“Setiap hari saya selalu push up. Ya pokoknya di mana saja dan kapan saja, saya suka push up. Di kantor, di rumah atau tempat mana pun saya sering push up,” katanya.
Kasus Bunuh Diri Anggota Polisi
Kasus kematian AKBP Buddy Alfritz Towoliu mengingatkan kembali fenomena bunuh diri di korps Bhayangkara. Polri mencatat, pada tahun 2016 terdapat 13 anggota mereka yang tewas bunuh diri, meningkat 117% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah enam anggota.
Tingginya angka bunuh diri di Korps Polri menimbulkan pertanyaan, apakah tekanan pekerjaan sebagai anggota Polri sangat berat sehingga menjadi penyebab mereka melakukan bunuh diri?
Seorang suiciolog atau pengamat bunuh diri, sekaligus pendiri Komunitas Into the Light, Benny Prawira Siauw, pernah melakukan penelitian tentang berita bunuh diri antara 2013 hingga 2017. Hasilnya cukup mengejutkan, dia menemukan berita bunuh diri berdasarkan jenis pekerjaan, di mana paling banyak ditemukan ternyata pelakunya anggota polisi.
Total jumlah berita polisi bunuh diri yang ia temukan adalah 32 berita, diikuti kasus bunuh diri siswa sebanyak 30 orang. Mahasiswa menempati peringkat ketiga dengan total kasus bunuh diri mencapai 21 orang. Peringkat selanjutnya ibu rumah tangga dengan 16 kasus. Disusul oleh pengangguran dengan 13 kasus, buruh 10 kasus, karyawan 10 kasus, guru sembilan kasus, narapidana tujuh kasus, serta pengusaha enam kasus.
Pada tahun 2016, Asisten Sumber Daya Manusia Kapolri saat itu, Inspektur Jenderal Arief Sulistyanto mengatakan, Polri sudah memberikan yang terbaik pada proses rekrutmen anggotanya. Namun ada banyak variabel yang membuat mereka stres dan kemudian ada yang berujung dengan bunuh diri.
"Kadang-kadang di dalam proses rekrutmen sudah bagus, tetapi dalam lingkungan pekerjaan, mungkin stres karena masalah keluarga dan menghadapi berbagai masalah. Banyak sekali variabelnya," kata Irjen Arief.
Sementara almarhum Neta S Pane yang menjadi Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), pada tahun 2017 pernah mengatakan bahwa beban dan tekanan yang harus ditanggung anggota Polri sangat berat dan tak jarang ada segelintir anggota yang tak bisa lagi berpikir realistis dan cenderung mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri.
"Ini mengindikasikan betapa beratnya beban dan tekanan yang mereka hadapi, sehingga mereka tak bisa lagi berpikir realistis dan cenderung mengambil jalan pintas dengan cara menembak kepalanya sendiri," kata Neta.
IPW Sebut Tak Ada Kejanggalan
Kembali ke penyebab kematian AKBP Buddy. Meski di awal sempat ada lontaran kecurigaan dari paman korban, namun pernyataan itu kemudian dicabut oleh pihak keluarga. Sementara Indonesia Police Watch (IPW) senada dengan Kabid Humas Polda Metro Jaya, menegaskan tak ada kejanggalan atas kematian Kasat Reserse Narkoba Polres Jakarta Timur (Jaktim) yang disebut tewas bunuh diri dengan menabrakan diri ke kereta api
"Dari hasil pemeriksaan kepolisian tak mendapatkan informasi adanya kejanggalan," kata Sugeng Teguh Santoso, Ketua IPW, saat dihubungi caritau.com, Rabu (3/5/2023).
Menurut Sugeng, sampai saat ini IPW belum mendapatkan laporan adanya dugaan kejanggalan kematian AKBP Buddy.
"Biasanya kalau ada kejanggalan-kejanggalan, akan ada informasi yang masuk kepada kami," ujarnya.
Dirinya pun membantah adanya kabar bahwa sebelum meninggal AKBP Buddy mendapatkan panggilan misterius. "Tidak ditemukan (telpon misterius). Tadi sudah diperiksa jalur-jalur telepon keluar dan yang masuk. Jadi selama ini terhubung dengan (nomor) yang biasa ditelepon," ungkap Sugeng.
Ia pun membantah adanya anggapan yang menyebut Buddy melakukan aksi bunuh diri lantaran mengalami stres karena pemeriksaan beberapa kasus terhadap dirinya. Ia menyebut dari hasil penyelidikan, yang bersangkutan mengalami depresi karena sakit yang dideritanya.
Sugeng pun menegaskan bahwa IPW menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kematian AKBP Buddy kepada pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya.(DIM/DID)
akbp buddy kasat narkoba polres jakarta timur akbp buddy bunuh diri akbp buddy tewas tertabrak kereta api fenomena bunuh diri anggota polisi
nmthpb
ubzy9n
Pertarungan Dukungan Eks Gubernur Foke dan Anies v...
Buka 35.000 Lowongan Pekerjaan, Pj Teguh Resmikan...
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...