CARITAU MAKASSAR - Kasus dugaan kekeraran yang dilakukanoknum guru Madrasah Ibtidayah di Kota Makassar, terhadap siswanya akhirnya berakhir damai setelah keduanya saling lapor.
Diketahui, orang tua korban berinsial A (7), E (31) melaporkan oknum guru tersebut ke Polrestabes Makassar dengan kasus dugaan kekerasan yang dilakukan SN pada 25 September 2023 lalu.
Sementara oknum guru tersebut juga melaporkan orang tua korban ke Polrestabes Makassar dengan dugaan pencemaran nama baik.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Ridwan JM Hutagaol mengatakan, kesepakatan damai itu ditandai dengan kedua belah pihak menandatangani surat pernyataan damai disaksikan pihak sekolah dan polisi.
"Iya sudah damai," singkatnya, Sabtu (14/10/2023).
Dari informasi, kesepakatan damai itu dilakukan kedua belah pihak saat melakukan pertemuan di Mapolrestabes Makassar, Jalan Ahmad Yani, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Selasa (10/10/2023).
Otomatis, laporan dugaan penganiayaan yang dilayangkan orangtua AA (7) dihentikan. Begitu juga laporan sang guru yakni S terkait perbuatan tidak menyenangkan juga dihentikan.
Terpisah, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidayah (MI) Al Abrar Makassar, Andi Harmiah Tannang juga membenarkan perihal jalur damai yang ditempuh oleh guru dan orangtua murid tersebut.
"Sudah damai, di kepolisian dipertemukan membuat surat pernyataan hari Selasa kemarin," ungkapnya.
Kata Harmiah, berharap agar kasus ini tidak terulang lagi di lingkup sekolah dibawah kepemimpinannya.
'Iya sekarang sudah tidak ada lagi," kata Harmiah.
Sebelumnya, Seorang oknum guru aparatur silil negara (ASN) di salah satu sekolah Madrasah Ibtidayah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) diduga melakukan kekerasan dengan cara mencubit seorang murid yang masih duduk di kelas 1.
Oknum guru yang diketahui berinsial SN diduga mencubit murid berusia 7 tahun berinisial A.
Orang tua korban, E (31) menceritakan, dugaan kekerasan itu dilakukan oknum guru Pendidikan Bahasa Arab itu pada Sabtu (23/9/2023) lalu.
"Kejadiannya itu kan Sabtu. Anak saya katanya main-main di musallah, terus dicubit sama gurunya. Terus gurunya bilang ini bukan panggung, ini tempat salat. Dicubit berkali-kali, sebanyak empat kali," ungkapnya saat ditemui awak media.
Saat itu, kata dia, anaknya bersama teman kelasnya bermain-main di musallah tersebut. Kemudian ditegur oleh guru tersebut.
"Teman-temannya lari, terus dia tinggal sendiri. Namanya juga anak 7 tahun, masa main-mainnya," ujarnya.
Dugaan kekerasan itu terungkap, kata dia, saat sang anak sudah tiba di rumah. Saat itu, ibu korban hendak memakaikan minyak telon kepada anaknya.
"Setelah itu malam pas mau tidur saya pakaikan minyak telon, mamakku nanya, kenapa ini? Awalnya nda mau ngomong, tapi setelah dibentak baru ngomong. Kalau Pak SN yang mencubit dia di musallah," katanya.
"Saya kemudian hubungi gurunya yang lain malam itu juga. Saya bilang Kenapa pak SN sampai seperti ini. Saya tunggu sampai Minggu untuk itikad baiknya, minta maaf. Karena kebetulan sekolah juga tidak jauh dari rumah," sambungnya.
Singkat waktu, pada Seninc 25 September 2023, ibu korban kemudian mendatangi sekolah untuk memperjelas kasus dugaan kekerasan tersebut.
"Setelah itu saya datang pada Senin ke sekolah, tapi pak SN ini cuma ketawa-ketawa. Tidak ada itikad baik. Justru kepala sekolah yang menangis-menangis minta maaf. Nah saya kasih dua pilihan, bapak keluar dari sekolah atau saya laporkan ke Polisi. Tapi dia tetap ketawa terus," jelasnya.
Karena tidak ada itukad baik dari SN, ibu korban kemudian melaporkan kasus dugaan kekerasan tersebut ke Polrestabes Makassar.
"Laporan di kepolisian, saya sudah beberapa kali nelpon sama polisi di sana, katanya masih menunggu tandatangan apa gitu. Anak saya sudah divisum, hari itu juga visumnya. Pas saya laporkan pada Senin lalu," ungkapnya.
Bahkan, kata dia, dugaan kekerasan yang dialami sang anak bukan pertama kalinya dilakukan oknum guru tersebut.
"Pertama itu kejadiannya bulan lalu, biru seperti dipukul sapu. Tapi anak itu nda pernah mau ngomong," katanya.
Tak sampai di situ, pasca anaknya mengalami dugaan kekerasan, pihak sekolah diduga juga mengucilkan A.
"Kondisi anak saya trauma, dia sudah belajar di ruang guru, tidak di kelas lagi. Semua guru sentimeni anak saya, dikucilkan. Dikucilkan karena saya laporkan ke Polrestabes, saya perpanjang ini semua. Makanya mereka kayak bagaimana sama anakku," ujarnya.
"Sampai anakku ditanya, Aiman kemarin ke mana? Kemarin ke rumah sakit ibu sama kantor polisi dua kali bolak-balik. Anakku ditanya begitu," tandasnya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Ridwan JM Hutagaol mengaku akan melakukan mediasi terhadap dugaan kasus kekerasan tersebut.
"Kita sementara akan lakukan mediasi," katanya.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan mempertemukan keduanya untuk menemui titik terang terkait kasus tersebut.
Mengingat, oknum guru tersebut juga melapor ke Polrestabes Makassar.
"Akan kita pertemukan. Karena saling lapor," tandasnya. (KEK)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024